Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Lainnya

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Reog, Jejak Sejarah Nusantara yang Viral dan Mendunia

30 Oktober 2024   16:44 Diperbarui: 30 Oktober 2024   19:52 984 35 20

Reog, Jejak Sejarah Nusantara yang Viral dan  Mendunia( Dokumentasi pribadi)
Reog, Jejak Sejarah Nusantara yang Viral dan  Mendunia( Dokumentasi pribadi)
Telolet...telolet..telolet...suara musik selompret beserta gamelan mendayu-dayu mengiringi dadak merak yang menggambarkan singo barong.

Suara musik pengiring reog bergema, 2 dadak merak memasuki arena dan meliuk-liukkan topeng raksasa berwujud singa dengan keindahan bulu burung merak yang bertengger di bahunya.

Satu dadak merak berguling-guling dan terus berguling, tapi kesulitan bangun. Beruntung tim penari dadak merak cepat tanggap menolong dadak merak yang kesulitan bangun, dan berhasil bangun dengan bantuan teman-temannya.

Dadak merak beraksi, berguling-guling (dokumentasi pribadi)
Dadak merak beraksi, berguling-guling (dokumentasi pribadi)

Apa itu dadak merak?

Dalam sebuah pertunjukan reog biasanya ada 3 jenis pertunjukan tari, yaitu:

1. Tari dadak merak 

2. Tari Bujang Ganong

3. Tari Jaranan.

Yuk kita ulas satu persatu.

Tari Dadak Merak.

Tarian ini ditarikan oleh beberapa pemain yang mengenakan topeng berwujud singa dengan surainya dan bulu burung merak yang menghiasi punggungnya. Dadak Merak atau topeng singo barong ini beratnya sekitar 50-60 kg yang dipanggul dan digigit oleh seorang penari dadak merak.

Penari dadak merak bisa bangkit lagi saat dibantu teman-temannya 1 tim (dokumentasi pribadi)
Penari dadak merak bisa bangkit lagi saat dibantu teman-temannya 1 tim (dokumentasi pribadi)

Di daerah Madiun Selatan, biasanya dadak merak menjadi tari pembuka seni reog.

Setelah penari dadak merak beraksi dan menepi, acara dilanjutkan penampilan penari Ganongan.

Tari Bujang Ganong/Pujangga Anom/Ganongan.

Penari bujang Ganong sedang menunjukkan kelincahannya (dokumentasi pribadi)
Penari bujang Ganong sedang menunjukkan kelincahannya (dokumentasi pribadi)

Bujang ganong atau Pujangga Anom adalah menggambarkan Patih Prabu Kelana Sewandana yang perilakunya kocak, tapi lincah dan terampil olah Kanuragan dengan menggunakan topeng berwajah seram tapi lucu. Matanya melotot dan giginya togos. Gerakannya lincah dan pandai berakrobat.

Tari Ganong ini biasanya menjadi daya tarik tari barong karena kelincahan penari nya, dan terkadang ada juga yang diimprovisasi dengan dialog lucu yang menghibur.

Tari Jaranan/ Jathilan 

Tari jaranan, kini banyak ditarikan penari perempuan sebagai daya tarik(dokumentasi pribadi)
Tari jaranan, kini banyak ditarikan penari perempuan sebagai daya tarik(dokumentasi pribadi)

Jathilan adalah tari yang menggambarkan pasukan berkuda yang gagah rupawan. Dahulu, tarian ini ditarikan oleh seorang gemblak atau laki-laki yang halus rupawan. 

Tapi di era sekarang Jathilan ditarikan oleh beberapa perempuan cantik. Mungkin ini karena terjadinya pergeseran budaya dengan tidak adanya lagi gemblak, dan perempuan tentunya lebih cantik rupawan dan menjadi daya tarik tersendiri dalam dunia hiburan termasuk kesenian daerah. 

Hal ini mengingatkan saya pada seni dolalak perempuan yang jauh lebih diminati dalam industri seni daripada dolalak laki-laki di daerah Purworejo, Jawa Tengah. 

Penampilan penari Jathilan pada seni reog dan penari dolalak agak mirip. Bahkan kemiripan  kostumnya. Tapi jika penari Jathilan menggambarkan prajurit berkuda, maka penari dolalak menggambarkan prajurit kerajaan di jaman Belanda.

Dalam sendratari reog, biasanya ada penampilan prabu Kelana Sewandana dan para warok. Tapi untuk seni pertunjukan yang biasa dipentaskan dalam tanggapan di Madiun Selatan, biasanya penampilan grup reog terdiri dari 3 tarian itu yang tampil bergantian.

Sejarah Reog

Menurut sejarahnya, asal- usul reog berasal dari 3 versi.

1. Cerita reog berasal dari Legenda Dewi Songgolangit.

Hal ini berawal dari keinginan Prabu Kelana Sewandana yang ingin meminang Dewi Songgolangit. Dewi Songgolangit bersedia menerima lamaran, dengan syarat Prabu Kelana Sewandana berhasil membawa binatang berkepala 2. 

Kebetulan dalam perjalanan, Prabu Kelana Sewandana bertemu Singo barong yang menghadang dan berniat menggagalkan keinginan Prabu Kelana Sewandana meminang Dewi Songgolangit. 

Prabu Kelana Sewandana nyaris dikalahkan Singo barong, tapi akhirnya Singobarong justru ditaklukkan oleh burung merak peliharaan Prabu Kelana Sewandana yang nangkring di punggung Singa barong dan mematuk kutu yang mengganggu kenyamanan singo barong, sehingga membuat Singo Barong terlena.

Terjadi keajaiban saat burung merak dan Singobarong menyatu, sehingga menjadi binatang berkepala 2. Berkepala singa dan burung merak. Hal ini sekaligus memenuhi keinginan Dewi Songgolangit untuk diberi mahar Binatang berkepala dua.

Saat perayaan pernikahan Dewi Songgolangit ini Sang Patih Bujang Ganong ikut bergembira dan berpesta menari dan berjumpalitan sesukanya seperti orang mabok, menghibur para tamu yang hadir.

Sedang pasukan berkuda tetap siap siaga agar tidak terlena jika ada musuh yang mengganggu.

2. Tari reog merupakan tari yang dilakukan untuk menyambut dan menghibur para prajurit yang lelah setelah pulang dari Medan perang.

3. Tari reog adalah tari yang digubah oleh Ki Ageng Kutu untuk menyindir penguasa.

 Tersebutlah Prabu Brawijaya V yang menjadi lemah dan mati kutu karena saking cintanya pada permaisurinya, sehingga menuruti semua keinginannya. Ini digambarkan sebagai singa barong yang ditunggangi burung merak .

Apapun sejarah yang melatarbelakanginya, Reog adalah warisan tak benda bangsa Indonesia yang harus dilestarikan, apalagi pernah diklaim oleh negara lain. Dengan tetap melestarikan dan mementaskan reog di setiap festival budaya, maka diharapkan reog tetap lestari dan diakui sebagai kesenian Nusantara yang telah mendunia.

Reog juga bisa menjadi wisata budaya dan bagian dari pariwisata berkelanjutan yang patut dijaga kelestariannya.

Ingin menyaksikan pertunjukan reog juga?

Yuk tonton video nya ..

Sumber : YouTube @Isti Yogiswandani channel 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4