Dalam dinginnya malam telaga ngebel Ponorogo, ada aroma minuman khas tetangga kabupaten sebelah yang menyambut kedatangan peserta halal bihalal dan silaturahmi alumni D3 Biologi/84 IKIP Negeri Surabaya yang baru tiba.
"Wedang cemoenya enak!" Ada yang berkata sambil menyesap eksotika wedang cemoe yang tersimpan rapi dalam mangkok putih.
Wedang Cemoe ini dihidangkan bersama menu makan malam yang kami pesan dari Angkringan Side. Pengusaha muda, Mas Fatsal bersama Ibunya, Bu Ranti menggawangi angkringan side yang juga menerima pesanan catering.
Meski berjudul angkringan, tapi kuliner yang dihasilkan tidak kaleng-kaleng. Penyajiannya cantik memikat, memperlihatkan keseriusan melayani pelanggan sekaligus aroma profesionalisme yang patut diacungi jempol.
Di jantung kota Madiun yang menyimpan sejuta pesona, tersembunyi sebuah mahakarya kuliner yang tak hanya menghangatkan raga, namun juga membisikkan cerita tentang tradisi dan kehangatan masa.
Dialah Wedang Cemoe, sebuah simfoni rasa yang terangkai dari santan kelapa yang lembut, jahe yang membakar semangat, serai yang menebarkan aroma memikat, dan gula merah yang melarutkan kebekuan. Ditambah brambang goreng yang mencolek rasa gurih yang tak biasa.
Santan kelapa, dengan kelembutannya yang membelai lidah, berpadu mesra dengan pedasnya jahe yang membangkitkan sensor indra. Sementara roti tawar dan kacang bawang mengirimkan sinyal modernisasi yang kencang menyusupi jaman.
Aroma serai yang menguar, bagai hembusan napas dari kebun rempah yang subur, membawa serta kesegaran alam dalam setiap tegukan. Sementara itu, manisnya gula merah hadir bagai sentuhan kasih sayang, melengkapi orkestra rasa yang memanjakan penikmat nya.
Setiap gelas Wedang Cemoe adalah perjalanan rasa yang tak terlupakan. Kehangatannya merayapi tubuh, mengusir dingin yang menusuk tulang, dan menyisakan kehangatan yang membekas di hati.
Lebih dari itu, Wedang Cemoe adalah penjelmaan dari kearifan lokal, warisan turun-temurun yang dijaga dengan cinta dan kesetiaan yang dalam. Berlawanan dengan cinta dangkal dan semu manusia kini yang seringkali mesum berselimut kasih sayang palsu.