Allahumma sholli wa sallim ‘ala
Sayyidina wa Maulana Muhammadin
Adada ma fi’ilmillahi sholatan
Daimatan bidawami mulkillahi
Artinya:
Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada
Junjungan kami, Nabi Muhammad SAW.
Sebanyak bilangan yang ada dalam ilmu Allah, dengan limpahan rahmat yang abadi,
seabadi kerajaan Allah".
Saat saya datang, sholawat sa'adah berkumandang dari lantunan grup Hadroh Ya Bulbul MI Bahrul Ulum, Mbuluh Krandegan Kebonsari Madiun.
Hiburan Seni Hadroh ini khusus didatangkan untuk menghibur para tamu dan mengiringi acara Temon Manten Mbak Luthfiana Sa'adah, Putri Bapak Saeroden.
Kenapa justru seni Hadroh yang mengiringi acara Temon Manten sekaligus Walimatul 'Ursy?
Sebagai masyarakat Jawa, tentunya nguri-uri budaya adalah langkah yang patut diapresiasi. Namun begitu, sebagai masyarakat relegius, tentunya hal-hal yang bernuansa spiritual tidak boleh ditinggalkan. Akhirnya terjadi akulturasi yang indah antara budaya Jawa Temon Manten dan seni budaya yang mengiringinya.
Seni hadroh, dengan irama tabuhan rebana yang khas, mengiringi acara Temon Manten dan lantunan sholawat yang syahdu, tak hanya menjadi medium dakwah, tetapi juga cerminan indah akulturasi budaya di Indonesia, khususnya dengan kebudayaan Jawa, yang terjadi di sebagian besar daerah di Jawa Timur.
Kesenian ini, yang berakar dari tradisi Islam di Timur Tengah, telah menyatu padu dengan kearifan lokal Jawa, menciptakan harmoni yang unik dan memikat.
Secara etimologis, "hadroh" berasal dari bahasa Arab yang berarti "kehadiran".