KS Story
KS Story Petani

Don't forget to smile today🙂!

Selanjutnya

Tutup

Video

Potret Kehidupan Episode 91 Belajar Bersifat Secukupnya

19 April 2024   16:58 Diperbarui: 19 April 2024   17:16 622 3 1

dokpri
dokpri



Potret Kehidupan Episode 91

Belajar Bersifat Secukupnya

Bertahun tahun menjalani arus kehidupan, KS belajar bersifat secukupnya. Bahagia secukupnya, sedih seperlunya, mencintai secukupnya, dan benci juga sekedarnya. Tapi, bersyukur yang sebanyak-banyaknya. Ini adalah warisan ilmu dari kedua orang tua. Episode ini merupakan refleksi perjalanan hidup yang dialami KS sejak kecil hingga dewasa seperti sekarang. Lihat konten!

Alhamdulillah hari ini terasa lapang, setelah sepekan bergulat dengan aktivitas dirumah yang begitu menguras tenaga. Pikiranku menerawang jauh kala mengingat warisan ilmu tentang belajar bersifat secukupnya ini. "Jadilah orang yang tetap sejuk ditempat yang panas, tetap manis di tempat yang begitu pahit, tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar, dan tetap tenang di tengah badai menghantam, serta tetap mengandalkan Tuhan dalam setiap perkara kehidupan." Begitulah ayahku dulu pernah mengatakannya. Kurakit kisah itu, bermula dari sini.

Menjelang lebaran kemaren, memoriku mengembara. Sujud syukurku dengan masa lalu, yang banyak menggoreskan kenangan indah dan pembelajaran dalam hidup. Sengaja kutuliskan curahan hati ini pada Episode 91, teruntuk almarhum ayah tercinta. Kembali menyeruak kesedihan kala mengenang ayah. Hal yang ku ingat, ia tidak pernah membentak kasar apalagi memaki-maki anaknya saat aku bandel sebagai seorang bocah dulu. Ia mengajariku dengan lembut dan penuh kesabaran. 

Aku lahir dan tumbuh di keluarga yang sederhana yang penuh kehangatan cinta kasih. Sehari-hari ibuku berdagang pakaian di pasar, sedangkan ayah seorang guru yang mendidik anak-anaknya dengan penuh perjuangan untuk disiplin dan berprestasi. Meski didikan ayah dan ibu tergolong keras, namun kami bisa merasakan hasilnya sekarang. Setiap waktu ayah dan ibu mengajarkan untuk senantiasa belajar bersifat secukupnya, serta mengukir prestasi di manapun berada. Selain itu mereka mengajarkan untuk tak mudah berputus asa dalam menghadapi kesulitan hidup. 

Tiga puluh tahun waktu bersama ayah, terasa tidak akan pernah cukup. Sejuta kenangan menggunung terpatri dalam memori otakku. Cintanya masih terasa hangat meski ayah telah lama tiada. Warisan ilmu belajar untuk bersifat secukupnya ini, tentunya yang paling mengukir dalam ingatanku adalah almarhum ayahku. Meskipun pada awalnya terasa berat untuk menuliskan kenangan tentang almarhum, tapi aku ingin mengukir indah kenangan dan jejak ayah sesederhana tulisan ini.

Cerita lagi....,

Setiap malam ayah terjun langsung menemani kami belajar. Dengan sabar dan telaten ia mengajari kami. Mulai dari belajar membaca hingga berhitung. Kami akan berkumpul di ruang tamu dan menantikan kehadirannya, juga papan tulis butut yang sering digunakannya. Meskipun cara mengajar Ayah tergolong keras, namun kami bisa merasakan hasilnya sekarang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4