Dalam sebuah momen suka cita pun, kadang orang-orang masih sibuk mencari pelampiasan dahaga penasaran mereka, urusan perasaan orang yang ditanya tidak dipedulikan. "Bisa juga orang tomboy kayak saya hamil atau kapan lahiran anak pertama?", apakah ada kaitannya dengan mereka? Apa mereka mau membantu biaya kebutuhan cek kandungan saya, lahiran dan segala keperluan bayi? Tidak, mereka hanya ingin tahu, menjadikan bahan gosip, lalu kembali membuat persepsi dengan apa yang hanya dilihat dari kacamata nya saja.
Pernah suatu waktu saat saya duduk di aracafe, saya sayup-sayup dengar obrolan dua orang yang lagi nunggu giliran bayar juga. Kira-kira, gini nih obrolannya: Cewek A: "Scroll IG-nya kak KS ini males deh, isinya video jualan dia mulu! Kenapa ya dia nggak pernah posting foto suaminya?". Cewek B: "Ih, suaminya kak KS tu kan emang nggak suka di foto. Nggak tahu deh, mungkin karena dia item jelex jadi takut dikatain bagai bumi dan langit sama gayanya kak KS. Hahahahaha..". Padahal, yang kebetulan kasir waktu itu suami saya.Â
Sekilas ya wajar aja. Tapi kalau kita telisik lebih jauh, nge-ghibahin orang dengan topik semacam itu sama saja menilai sesuatu yang nggak patut dinilai. Kayak kalau boleh bilang, "ya terserah gue dong mau posting foto laki gue atau nggak!".
Saya ga ada posting kemesraan keluarga. Dipikir, saya ga bahagia. Saya juga ga ada posting masakan dulunya, karena kami dirumah pas saya masak kebetulan orang-orang dirumah dah lapar sangat, gess. Jadi ga sempat post. Itulah awalnya saya kepikiran buka aracafe. Karena tanggapan dari orang yang melihat lifestyle KS yang ketika itu sering beli nasi bungkus haha.
Saya juga bukan pengguna sosial media yang sangat aktif. Sehari bisa ngilang, bahkan berbulan-bulan, follower juga sudah diatas 5K. Saya post pas pengen nulis aja, setelah dari buku yang saya baca..., dan setelah pertemuan yang saya nikmati. Sedangkan perihal tempat-tempat hype buat nongkrong, wisata yang saya kunjungi, foto selfie berbagai sisi dan lain sebagainya, itu di save aja. Pokoknya isinya sosial media saya 50% dokumentasi, 48% cari perhatian dan 2% pengen pamer aja sih.
3,5 tahun setelah menikah saya alhamdulillah mulai berhijab, dan berdagang hijab fesyen mulanya. Tentunya saya arsip foto-foto pake hijab di Instagram. Jadi tinggal beberapa foto saja yang tidak menampakkan diri saya lagi. Kemudian saya sakit hati karena dikira ga bisa masak. Lalu saya sambil kerja kantor mengambil  kursus memasak. Rencananya sih saya mau pamer juga tentang pandai masak.
Ha, tercengang pulak orang pas saya buka aracafe. Lai kan iyo, saya endak ada masak-masak dulu kan...? Saya kan waktutu sering beli nasi bungkus, gess! Karena waktutu saya mau makan ditempat usaha suami. Dipikir lak tu, saya istri yang pemalas. Coba ya, kalo suami saya bawa nasi dari rumah ke tempat usahanya, pasti suami saya dikira perhitungan oleh karyawan nya. Ya kan?
Saya ga ada posting teman-teman klo kongkow-kongkow. Dipikir, saya ga punya teman hua-ha-ha. Giliran saya keliatan diluar pas kebetulan saya ketemu tanpa sengaja dengan teman-teman SD/SMP/SMA atau eks bank, jadinya kan saya kongkow-kongkow di tempat makan dan seru-seruan gituuuw. Dipikir, apalah KS niy. Akrab-akrab banget sama orang-orang yang, ha sudah tu diberinya label A B C dan D. Apalah-apaalah.Â
Saya mikir nya simple aja dulu. Pas anak masih kecil-kecil, fokus kantor-rumah, kantor-rumah. Lha ngapain juga harus pergi-pergi atau anak kecil ditinggal-tinggal. Dipikir tu, alaaah saya takut ninggalin suami. Giliran anak dah besar, sering dinas keluar. Eh dikira ga sayang lak sama anak dan suami.Â
Suami saya, pas saya kuliah S2 dulu sering makan di rumah gaeknya, "lu bilang binik nya tak bisa ngurusin suami laaaa, hayyya lu taktababoolaaa". Emangnya ga boleeh...? Seorang anak laki-laki sering-sering mengunjungi ibunya yang sudah renta? Kan rumahnya lumayan dekatan sama usahanya. Anak laki-laki kan..., emang senang masakan ibunya. Dulu, pas usahanya dia dekat rumah saya, "lu bilang dia ga pernah lihat orang tuanya laa". Lu gimana sih jadi orang? Ngapain pulak doi kan bilang-bilang kemanapun ia mau pergi. Ahhaha.Â
Kayak yang iya pulak benar hidup lu. Eyy. Macam kan kenal baik pulak lu sama kami. Saya kadang ketawa menulis orang lawak-lawak di atas dunia ni. Jarang nampak orang suami istri, dikira apa gitu ya. Padahal ya, orang kita juga ga bilang-bilang sedang apa dan sedang dimana. Lu kira kami masih di level mencari validasi, haa? Enggak gesss. Kami emang gitu, banyak ga jelasnya. Penasaran? Kasyan deh. Tak kan den sobuik an segalo apo yang kami karajokan dowww.