Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makanš )
Potret Kehidupan Episode 1
Gadis Remaja Itu, Adalah Aku Sekarang
Tidak seperti biasanya, tadi aku tertidur lebih awal. Karena sebelum aku tertidur lelap, Kak Ara sempat memijit kedua kaki ku sambil bercerita tentang KS periode Gadis Remaja. Kak Ara serius mendengarkan dan semakin enak terasa pijatannya.Ā
Dengar ya anakku! Tidak ada yang salah dengan hidup kita dan tidak ada yang keliru dalam jalan kita. Semua telah terangkum rapi dalam Lauhul Mahfudz sebelum kita diciptakan. Yang harus kita lakukan ialah berusaha melewati semuanya, dan sebuah bukti ternyata kita mampu menghadapi semuanya. Buktinya, kita masih bisa bernafas hingga sekarang, sayang! Maka tiada pernah boleh kita mengeluh, karena itu hanya akan membuang waktu kita secara sia-sia. Yang harus kita lakukan ialah berkata kepada diri sendiri bahwa kita mampu melewati semua rintangan dalam hidup ini meskipun itu terkadang membuat batin kita lelah dan terkadang tersiksa. Artinya apa? Itu artinya, semua akan kembali membaik seperti sebelumnya.
Kak Ara memperbaiki duduknya. Dan aku, aku terus bercerita perihal kehidupan ini.Ā
Dua puluh delapan tahun berlalu. Semua terasa membaik pada waktunya. Jam-jam tidur yang berantakan agak semakin teratur kembali seperti sediakala. Pun, jika selama ini masih ada senyum-senyum palsu, semua menjelma menjadi senyum termanis pada waktunya. Luka-luka yang tergores pernah begitu dalam, telah menemukan kalimat usai sebagaimana yang lainnya. Waktu memang tidak pernah gagal memperbaiki apa yang sudah kita rasa berantakan.
Tiada Mama pernah lupa, bahwa setiap perjalanan selalu membawa hikmah. Seiring berjalannya waktu, Mama telah berpindah tempat hidup sejak dari gadis remaja, se Kak Aya sekarang inilah. Waktu itu tahun 1996, Mama satu-satunya dari Kecamatan ini yang lulus SMU terfavorit di Riau kala itu. Sejak itulah Mama mulai hidup nomaden. Kak Ara harus tahu potret kehidupan KS remaja ini, agar dapat dijadikan pelajaran dan diambil hikmahnya jika Kak Ara kelak sekolahnya jauh dari Mama.
"Kalo Kak Ara menginginkan pelangi, kakak harus menerima hujan juga, ya!". Percaya saja, setiap kali hujan berhenti turun maka terciptalah pelangi, setiap daun yang gugur akan tumbuh kembali daun yang lebih segar, dan disetiap perjuangan yang melelahkan ada sebuah impian yang telah tercapai. Begitu pula dengan hidup kita, percaya saja..., dibalik kesedihan dan kesengsaraan yang sudah-sudah, selalu akan ada kebahagiaan yang membuat kita sampai lupa apa itu arti kesedihan. Tugas kita hanyalah tetap bergerak dalam ta'at. Ya sayang, ya!".
Kak Ara menganggu, pelan.
Cerita ini, adalah potret kehidupan Mama remaja. Nanti..., ketika Mama terbangun di malam-malam hari akan Mama tulisankan malam ini juga.
***
Begini ceritanya;Ā
Perempuan itu membanting pintu depan. Berdebam. Menyisakan rasa takut gadis remaja yang sekarang sudah hampir berusia empat puluh tiga tahun. Gadis remaja itu, adalah Mama SMA kelas satu, Kak Ara!
"Kenangan apa yang Mama ingat?"
"Tidak ada dipan gratis. Kau kira menampungmu di rumah ini biayanya murah? Nasi yang kau makan, sayur, lauk, itu tidak gratis."
Mama terdiam, membawa piring kotor ke dapur. Mama tidak berani menatap wajah perempuan itu. Kemudian, Mama mendorong kain pel perlahan. Lalu, Mama termangu menatap pintu dapur yang terbuka lebar. Teras depan lengang. Sebenarnya Mama ingin sekali menangis, Kak Ara. Mata mama mulai berkaca-kaca, padahal Mama sudah habis-habisan mencegah air mata itu tumpah, kadang Mama menggigit bibir. Mama menunduk semakin dalam, sambil menyeka keringat di kening. Pe eR Mama banyak, banyak sekali. Dan cita-cita Mama tentu selalu ingin menjadi Juara Kelas, dimanapun Mama sekolah. Karena itulah, Mama sering sekali lambat tidur. Tapi perihal Mama ga bisa tidur cepat ini, sebenarnya sudah sejak SMP. Karena Mama sebelum tidur terbiasa mendengar dongeng, membaca komik, dan menulis. Kadang, Mama juga suka menulis, mencatat hal-hal yang perlu untuk dikenang. Entah itu buruk ataupun baik, hanya untuk sebagai pelajaran hidup. Iya, pelajaran hidup.
Selama kelas Satu SMA itu, bulan-bulan berlalu seperti merangkak, Kak Ara! Apakah sabar mendengarkan orang-orang yang senang berkata buruk itu ada batasnya? Dulu sebelum Mama pergi merantau, Datukmu dan Datuk Mama menyuruh agar Mama menjadi wanita yang kuat dan sabar. Mama sudah berjanji, tidak akan pernah menangis demi apa-apa yang Mama cita-citakan. Dulu Mama ga punya hape untuk menelepon dari kejauhan, kecuali hanya bisa menulis surat pada Datukmu.
Beruntung sekali seminggu Datuk Unyangmu selalu datang melihat Mama, Datukmu juga berkunjung sekali sebulan, karena wajib datang ke Pekanbaru untuk mengirim bulanan abang tertua Mama yang kuliah di Bogor waktu itu. Tempat kita ini kan ga ada Bank BCA dari dulu kak Ara, pun klo pake pos agak lama. Saat mereka datang secara bergantian, Mama riang bukan kepalang. Dan kami akan berkeliling kota bersama supir pribadi Datuk, sambil jalan kami akan bercerita panjang lebar, tentang banyak hal.
"Aku bukan pembantu, Datuk!".Ā
"Siapa bilang kau pembantu, kau adalah cucuku KS, cucu terbaikku! Berbahagialah, raihlah cita-citamu. Sejak kecil aku mengenalmu dengan baik. Baik laku ya KS, bila kau tinggal dimana pun atau bersama siapapun, maka sadar diri itu perlu."Ā
Mama menunduk, lamat-lamat mendengarkan percakapan Datuk, dan menggaris bawahi kata SADAR DIRI. Sesekali, mama mengangguk pelan. Datuk menyentuh bahu cucunya; "...jaga dirimu dengan baik, KS!" Mama mengangguk lagi. "Selama Datuk pergi, hormati dan patuhi seisi rumah ini. Lakukan apa yang mereka suruh tanpa bertanya. Turuti apa yang mereka perintahkan tanpa membantah. Jangan mudah menangis, jangan suka mengeluh. Kau adalah cucu seorang pelaut tangguh. Bersabarlah dalam setiap perkara."
"Iya Tuk." Gadis remaja itu memahat janji dihatinya sebelum Datuk pergi. Datuk mencium ubun-ubun Mama, lantas menuruni anak tangga. Gerimis menderas seperti malam ini, Kak Ara. Lima menit kemudian gadis remaja itu menatap punggung Datuknya dari kejauhan, menaiki mobil, melambaikan tangan kearah rumah besar itu. Mama balas melambai.
Begitulah lah, Kak Ara. Tak ada yang mudah dalam meraih cita-cita. Besok lusa, kau akan tahu persis bagaimana kehidupan seorang pejuang. Kak Ara catat satu kalimat ini dulu ya, nak; Tak Mudah, untuk menjadikan semuanya indah, ada banyak resah yang harus diubah menjadi tabah. Ada banyak lelah yang tak boleh menyerah. Biarkan waktu yang menyiram semua kesedihan kita diwaktu lalu, hingga kemudian...,___hilang tak berbekas".
Kak Ara menatap linangan air mata wanita empat puluh tiga tahun itu dengan wajah sedih.Ā
Gadis Remaja itu, adalah aku sekarang.
#KSStory #KSLifestyle #KSMotivasiĀ
#PotretKehidupan #Episode1
#GadisRemajaItuAdalaAkuSekarang