Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Lainnya

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Lagu - Ibu yang Menyembunyikan Luka

7 Desember 2025   13:01 Diperbarui: 7 Desember 2025   13:01 80 0 0



Ibu...
Engkau berjalan pelan di lantai rumah yang retak,
Menutup perut lapar dengan doa yang kau bisikkan diam-diam.
Empat anak yatim menatapmu dengan mata yang penuh harap,
Tak tahu bahwa hatimu sudah remuk berkali-kali.
Dapurmu sepi, kompor pun lama tak bernyala,
Namun engkau tetap mengaduk angin, seolah ada masakan di sana.
Hanya agar mereka percaya...
Bahwa besok mungkin ada keajaiban kecil dari langit.

Ibu...
Kadang kau menangis di belakang pintu,
Menahan suara agar tidak mengusik tidur mereka.
Air matamu jatuh membasahi jilbab lusuh,
Yang menjadi saksi betapa beratnya menua dalam kesendirian.
Kau terlalu sering berpura-pura kuat,
Sampai dunia percaya bahwa engkau memang tidak pernah lelah.
Padahal di dadamu ada luka yang tidak pernah sembuh,
Luka yang kau simpan sendirian sejak ayah mereka tiada.

Ibu...
Engkaulah cahaya yang terus menyala dalam badai,
Meski tubuhmu digerus waktu tanpa belas kasihan.
Nasi tak ada, lauk pun entah ke mana,
Namun engkau tetap mengumpulkan sisa-sisa harapan.
Ibu...
Engkau menahan ribuan kelaparan hanya agar mereka tidak menangis,
Engkau hancur... agar mereka tetap utuh.

Kadang malam datang terlalu cepat,
Membawa dingin yang menusuk tulangmu yang rapuh.
Tapi engkau tetap memeluk empat anak itu,
Seakan pelukanmu bisa menggantikan ayah yang sudah pergi.
Dan ketika mereka bertanya,
"Bu, besok kita makan apa?"
Kau tersenyum sambil menatap langit yang gelap,
Dan menjawab, "Besok insyaAllah ada rezeki..."
Walau dalam hatimu kau sendiri tidak tahu dari mana.

Oh ibu...
Betapa sunyinya perjuanganmu,
Betapa banyak luka yang tidak pernah kau ceritakan.
Setiap langkahmu adalah tangis yang tertahan,
Setiap harimu adalah perang tanpa perisai.
Tapi engkau tetap berdiri,
Karena empat anak kecil itu adalah alasanmu untuk hidup,
Walaupun hidup sendiri sering tak berpihak padamu.

Di malam paling gelap, kau menatap foto suamimu yang telah tiada,
Bertanya tanpa suara,
"Bang... aku harus kuat sampai kapan?"
Foto itu diam,
Tapi air matamu menjawab semuanya.
Kau merasa kalah,
Namun pagi tetap memaksamu untuk bangun.

Ibu...
Engkaulah kesedihan paling indah yang pernah diciptakan dunia.
Engkau patah berkali-kali,
Tapi tetap berdiri demi empat jiwa yang menempel di hatimu.
Walau hidup menutup semua pintu,
Engkau tetap mencari celah, walau luka menyayat langkahmu.
Ibu...
Suatu hari empat anak itu akan tumbuh,
Dan mereka akan tahu...
Bahwa engkau adalah alasan mereka selamat dari kelaparan,
Selamat dari dunia yang terlalu kejam.
Engkau ibu...
Yang menyembunyikan neraka dalam senyuman.