Di sudut malam aku menulis
Surat panjang yang tak pernah terkirim
Tentang hatiku yang diam-diam mencintaimu
Meski aku tahu kita berbeda dunia
Engkau hidup dalam gemerlap cahaya
Sedang aku hanya yatim yang tinggal di balik doa
Kupandang namamu berulang-ulang
Seolah jarak ini bisa diruntuhkan
Tapi pena berhenti bergetar
Saat kubaca kenyataan
Inilah surat bertinta air mata
Cinta yang kutitipkan pada angin semesta
Tak pernah tersampaikan, tak pernah terucap
Hanya jatuh di antara halaman yang basah
Engkau si kaya dengan takhta dan cahaya
Aku si miskin yang hanya punya doa
Namun cintaku tetap setia
Walau tak pernah sampai padamu selamanya
Kudengar kabar engkau bahagia
Tertawa dalam istana penuh warna
Aku tersenyum meski hatiku luka
Karena mencintaimu sudah cukup bagiku
Aku menjaga jarak demi kehormatan
Meski hatiku ingin mendekat setiap malam
Kupeluk bayangmu dalam diam
Walau kau tak tahu namaku yang tenggelam
Dalam lautan perbedaan
Yang tak bisa kuseberangi sendirian
Inilah surat bertinta air mata
Cinta yang kutitipkan pada angin semesta
Tak pernah tersampaikan, tak pernah terucap
Hanya jatuh di antara halaman yang basah
Engkau si kaya dengan takhta dan cahaya
Aku si miskin yang hanya punya doa
Namun cintaku tetap setia
Walau tak pernah sampai padamu selamanya
Andai suatu hari engkau membaca
Surat lama yang kusimpan dalam dada
Ketahuilah cinta ini tulus apa adanya
Meski tak ditakdirkan untuk bersama
Aku bahagia bisa mencintaimu
Walau hanya dalam sunyi yang tak kau tahu
Inilah surat bertinta air mata
Yang kubakar sebelum dunia membacanya
Biarlah cinta ini tinggal rahasia
Antara aku, malam, dan selembar kertas
Engkau si kaya dengan dunia yang megah
Aku si yatim yang hidup dari harapan dan pasrah
Namun cinta kita tetap ada
Di batas takdir dan luka yang tak bersuara