PGRI Abal-Abal sekarang ini mengalami Kekecewaan yang Luar Biasa. Kami menyebutnya PGRI KLB. Hasil Kongres Luar Biasa yang tak dihadiri pengurus PGRI dari Aceh sampai Papua. Hanya sedikit orang yang hadir di Surabaya.
Mereka ingin menggulingkan Unifah Rosyidi dari Surabaya Jawa Timur tanpa kongres yang sah sesuai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) PGRI.
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) adalah organisasi profesi yang seharusnya menjadi wadah bagi para guru untuk bersatu, berbagi pengalaman, dan memperjuangkan hak serta kesejahteraan anggotanya.
Namun, belakangan ini muncul istilah "PGRI abal-abal" yang mencerminkan kekecewaan luar biasa dari banyak pihak terhadap organisasi ini.
Apa yang Dimaksud dengan PGRI Abal-Abal?
Istilah "PGRI abal-abal" merujuk pada pandangan negatif terhadap beberapa oknum yang mengaku sebagai perwakilan PGRI, tetapi tidak menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik.
Hal ini mencakup penyalahgunaan wewenang, ketidaktransparanan dalam pengelolaan dana, dan kurangnya advokasi yang nyata bagi guru. Mereka akhirnya mengalami kekecewaan luar biasa setelah bergabung di PGRI, karena mereka hanya hidup dari PGRI, dan tidak menghidupkan PGRI.
Pengurus PGRI yang hidupnya hanya dari PGRI, tentu saja tidak menjadi mandiri, dan akhirnya hanya hidup dari kegiatan PGRI. Mereka kurang melayani anggotanya dengan baik. Seharusnya pengurus PGRI itu bekerja dengan hati, dan rendah hati.
Kekecewaan Anggota PGRI
Banyak guru merasa kecewa, karena PGRI seharusnya menjadi suara mereka di tingkat nasional. Namun, dalam beberapa kasus, anggota PGRI merasa bahwa organisasi ini lebih fokus pada kepentingan segelintir orang daripada memperjuangkan hak dan kesejahteraan seluruh guru di Indonesia.
Beberapa kekecewaan yang dirasakan anggota PGRI antara lain:
Dampak Negatif
Kekecewaan ini tidak hanya berdampak pada kepercayaan anggota terhadap PGRI, tetapi juga pada moral dan motivasi para guru. Ketika organisasi yang seharusnya menjadi pelindung dan advokat tidak menjalankan fungsinya dengan baik, maka dampaknya bisa sangat luas:
Harapan untuk Perbaikan Kepengurusan PGRI
Meskipun banyak kekecewaan, masih ada harapan untuk PGRI agar kembali menjadi organisasi yang kuat dan berfungsi dengan baik. Hal itu mulai terasa dibawah kepemimpinan Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd. Beliau guru besar UNJ yang pandai mengelola organisasi sehingga PGRI mampu berkiprah secara nasional dan internasional.
Beberapa kader muda PGRI muncul, seperti Dudung Abdul Qodir, Wijaya Winarja, Sumardiansyah, Catur Nurrochman Oktavian, Basyaruddin Thayib, Kiki, Jejen Musfah, Eko Indrajit, Dian Mahsunah, Fathiaty Murtadho, Siska, Dudi Wahyudi, dan lain-lain.
Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:
Penutup, dan kesimpulan
Kekecewaan terhadap "PGRI abal-abal" adalah panggilan untuk perubahan. Para guru berharap agar PGRI dapat bertransformasi menjadi organisasi yang lebih baik, yang benar-benar memperjuangkan hak dan kesejahteraan anggotanya.
Dengan transparansi, komunikasi yang baik, dan komitmen untuk melayani, PGRI dapat kembali menjadi kekuatan yang positif bagi dunia pendidikan di Indonesia. Omjay berharap PGRI mampu menjadi kekuatan negara yang semakin solid.
Omjay bersyukur diberikan kepercayaan membantu Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd yang terpilih kembali menjadi ketua umum PB PGRI secara aklamasi. Lebih dari 500 pengurus PGRI kota dan kabupaten memilih beliau. Semoga beliau selalu sehat dan dapat memimpin PGRI menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Demikianlah kisah Omjay kali ini tentang PGRI Abal-abal yang Kecewa Luar Biasa (KLB). Mereka ingin mengambil alih kepemimpinan Unifah Rosyidi dengan berbagai cara.
Mereka para oknum PGRI selalu menyebarkan berita hoax yang seolah-seolah merekalah pengurus PGRI paling sah dan sesuai AD/ART PGRI. Namun semua itu gagal, karena anggota dan pengurus PGRI tahu siapa yang layak memimpin PGRI.
Hidup guru, Hidup PGRI, Solidaritas yes!
Salam Blogger Persahabatan
Omjay/Kakek Jay
Guru blogger Indonesia