Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com
Pertama soal Product (produk). Baik di Ramadan atau di luar Ramadan, mereka tetap berjualan dengan menu utama kolak campur yang terdiri dari pisang, bubur sumsum, candil, dan sekoteng. Pelanggan boleh memilih sesuka hati campuran untuk kolaknya. Bisa semuanya, atau hanya item tertentu saja.
Produknya yang fokus berpengaruh kuat terhadap branding KCIS sebagai 'ahli' penjual kolak. Kasarnya, pelanggan yang sudah berniat ingin membeli kolak sebagai takjil, sangat mungkin untuk menjadikan KCIS sebagai pilihan utama.
KCIS tidak terpengaruh oleh euforia penjual takjil dadakan yang kadang menjajakan banyak jenis menu takjil. Yang mereka lakukan hanyalah meningkatkan stok barang dagangnya selama Ramadan.
Branding yang kuat dari sisi produk, diperkuat juga dari sisi pemilihan Place (lokasi). KCIS berjualan di jalan Buah Batu No. 245 yang strategis dalam arti dilalui oleh kendaraan dalam volume yang banyak. Tapi apakah itu sudah cukup?
Ada banyak tempat strategis tapi tidak mampu membuat kendaraan berhenti sementara hanya untuk membeli dagangan. Maka pemilihan titik lokasi yang menjadi pusat aktivitas masyarakat menjadi lebih penting.
KCIS berjualan tepat di depan salah satu apotek paling diminati di Buah Batu. Apotek ini hampir selalu ramai karena terkenal dengan harga obatnya yang murah dibanding apotek lain. Di seberangnya juga terdapat minimarket biru yang punya tempat buat nongkrong. Belum lagi ada beberapa kantor (khususnya perbankan) yang berada di dekat KCIS berjualan.
Secara tidak langsung, orang-orang yang sering beraktivitas di sekitar kawasan ini akan dengan mudah menyadari keberadaan KCIS. Bandingkan saja dengan penjual takjil dadakan yang tiba-tiba jualan di suatu titik. Mereka tidak sempat 'memperkenalkan diri' akan keberadaannya dan hanya mengandalkan konsumen yang lewat saja.
Hal ini juga berkaitan dengan aspek lainnya seperti Promotion (promosi). Sebelumnya, KCIS sudah melebarkan promosi ke kanal online seperti GoFood, GrabFood, ataupun ShopeeFood. Hal ini yang tidak dilakukan oleh penjual takjil dadakan.
Saya sempat sedih ketika menonton salah satu video di TikTok yang memperlihatkan penjual takjil dadakan yang dagangannya belum ada yang laku satupun. Padahal dagangan yang ia jajakan cukup banyak dan bervariasi mulai dari gorengan, kue basah, kolak, hingga es buah.
Lalu, content creator yang menayangkan video tersebut memborong dagangannya untuk dibagikan ke masyarakat sekitar. Kenapa ini bisa terjadi?
Ya, rata-rata atau katakanlah sebagian besar penjual takjil dadakan memang 'terjebak' euforia Ramadan saja. Mereka tidak memperhitungkan soal pemasarannya. Sebabnya warga menjadi tidak tahu jika ada penjual takjil baru di sekitarnya.