Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Penulis

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Video

Akhir Cerita Tragis Roro Jonggrang: Pentas Sendratari di Prambanan

23 Mei 2024   13:17 Diperbarui: 23 Mei 2024   13:35 756 7 4

Akhir Cerita Tragis Roro Jonggrang: Pentas Sendratari di Prambanan


Seni drama dan tari (sendratari) Roro Jonggrang dipentaskan setiap hari Jumat di kawasan candi Prambanan. Sendratari itu dipentaskan di Gedung Kesenian Tri Murti (indoor).

Tempat pentas sendratari Roro Jonggrang (dokpri)
Tempat pentas sendratari Roro Jonggrang (dokpri)
Kami berombongan menyaksikan pentas sendratari tersebut. Dengan satu mobil carter dari Klaten, kami berangkat lebih awal. Mengingat jam pertunjukan sudah ditentukan, kami tidak ingin ketinggalan atau terlambat.

Berfoto sebelum masuk ke gedung (dokpri)
Berfoto sebelum masuk ke gedung (dokpri)
Sebelum masuk ke gedung tempat pertunjukan, kami berfoto lebih dahulu pada spot yang menarik. Berhubung suasana malam dan kami berfoto dengan kamera ponsel, hasil gambar kurang bagus.

Penonton Wisatawan Mancanegara

Pertunjukan sendratari Ramayana memang menyasar wisatawan mancanegara. Objek wisata candi Prambanan hanya bisa dikunjungi pada pagi hingga sore hari. Pada malam hari umumnya wisatawan yang datang ke Yogya ingin hiburan lokal. Untuk itu, sendratari yang dipentaskan masih di kawasan candi Prambanan menjadi alternatif.

Di belakang saya penonton wisman (dokpri)
Di belakang saya penonton wisman (dokpri)
Pada saat kami sudah masuk ke gedung pertunjukan, ada wisatawan mancanegara yang ikut nonton pula. Kami duduk di kelas dengan harga tiket Rp 150.000 (seratus lima puluh ribu) per orang. Bukan kelas VIP.

Kisah Roro Jonggrang

Pertunjukan dimulai sesuai jadwal. Tidak ada iringan musik live. Video ilustrasi pada layar menyatu dengan musik audio yang ditata begitu apik.

Setiap babak sudah diatur latar video dan musik pengiringnya. Tata lampu yang begitu bagus membuat mata enggan berkedip. Setiap babak berupa tari-tarian balet. Namun, ada ilustrasi pada layar. Ada kalimat-kalimat yang merupakan deskripsi aktivitas yang dilakukan para penari pada babak bersangkutan.

Roro Jonggrang sangat sedih ketika ayahnya dibunuh oleh Bandung. Adegan pada saat Bandung membunuh ayah Jonggrang itu dilihat langsung oleh sang anak.

Pemanfaatan fokus lampu sorot sangat mendukung cerita. Ada lampu khusus yang menyorot Roro Jonggrang dan ada lampu sorot khusus yang membidik Bandung ketika membunuh ayah Jonggrang.

Kemudian, Bandung mendekati Jonggrang untuk mempersuntingnya. Pada awalnya, Jonggrang menolak. Selanjutnya ,Jonggrang bersedia dijadikan istri asalkan Bandung mampu membuat seribu buah candi dalam waktu satu malam.

Bandung pun menyanggupi permintaan Jonggrang. Adegan tersebut dapat disaksikan pada cuplikan sendratari berikut ini.  

Cerita terus bergulir dengan selingan kocak dari para penari lain. Ada momen para penari mengajak penonton untuk ikut bersama-sama berjoget di atas pentas.

Pada momen lain, ada penampilan para jin yang membantu Bandung untuk membuat candi tersebut. Anak-anak dari yang bertubuh sangat kurus hingga yang berbadan gemuk ditampilkan dengan kocak.

Pada akhir cerita digambarkan suasana tengah malam. Jonggrang telah meminta prajuritnya untuk membakar jerami pada tengah malam. Api yang berkobar-kobar digambarkan seolah-olah suasana sudah menjelang pagi.

Para jin tentu tidak dapat bekerja pada suasana yang terang. Mereka  pun berlarian karena takut "kepanasan". Sementara itu, para wanita, anak buah Jonggrang, diminta untuk membunyikan alat penumbuk padi. Hal itu dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa suasana benar-benar sudah menjelang pagi hari. Pada zaman dahulu para wanita desa menumbuk padi pada pagi hari.

Roro Jonggrang segera menemui Bandung bahwa waktu pengerjaan candi sudah habis dan setelah dihitung, jumlah candi kurang satu.

Atas laporan Jonggrang itu, Bandumg sangat marah. Untuk meluapkan amarahnya, Bandung mengutuk Jonggrang untuk menjadi arca (candi) ke seribu untuk menggenapi jumlah yang kurang satu tersebut.

Saat kutukan itu diucapkan, para penari mengangkat tubuh Jonggrang sehingga ia tampak lebih tinggi daripada penari lain. Ia seolah-olah sudah berubah menjadi arca (candi) ke-1.000.   


Berfoto dengan para penari
Berfoto dengan para penari
Para penonton bertepuk tangan karena ada tulisan The End pada layar. Lampu pun dipadamkan sebentar. Pertunjukan berakhir. Selanjutnya, para penari berdiri berjajar di dekat layar untuk berfoto bersama penonton.***

Penajam Paser Utara, 22 Mei 2024 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3