Wahyu Indah Retnowati
Wahyu Indah Retnowati Blogger

content creator dan script writer

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Wisata Edukasi ke Situs Ngawonggo yang sempat viral

21 Februari 2021   19:01 Diperbarui: 21 Februari 2021   20:55 1008 7 4

salah-satu-titik-patirtaan-603247bd8ede4839757ce903.jpg
salah-satu-titik-patirtaan-603247bd8ede4839757ce903.jpg
Segala sesuatu yang viral itu memang cepat sekali tersebar ya. Seperti keberadaan situs Ngawongwo yang jadi bahan perbincangan di beberapa media. Bahkan kunjungan ke situs yang bersangkutan pernah membludak hingga seribu pengunjung. 

Sementara di hari-hari biasa tetap ramai dan selalu penuh. Sampai-sampai pengelolanya memberlakukan sistem reservasi untuk bisa berkunjung. Tentunya agar tempat yang disediakan dapat dipersiapkan terlebih dulu dengan maksimal. 

Mengunjungi tempat yang viral memang harus paham resiko. Yaitu bejubel dengan pengunjung lain yang sama-sama penasaran. Tapi tetap ya harus mematuhi protokol kesehatan karena kita masih dalam masa pandemi. Penasaran boleh, tapi kesehatan juga harus diperhatikan. 

Karena itulah saya bersyukur sekali ketika bisa mendatangi Situs Ngawonggo bersama komunitas Bolang Kompasiana Malang. Tentunya kami sudah reservasi terlebih dahulu. Sehingga kedatangan kami di sanapun disambut dengan baik. 

Persis seperti dugaan saya. Situs Ngawonggo ramai pengunjung saat kami ke sana. Ada komunitas sepeda juga yang memarkirkan sepedanya di depan pintu masuk. Pengunjung lain ada yang datang bersama keluarga besar, atau teman-teman sepermainan. Sementara saya datang bersama rombongan komunitas bolang kompasiana malang beserta suami dan anak-anak. 

Yup, moment mbolang seperti ini sayang kalau hanya saya nikmati sendiri. Keluarga kecil saya harus ikut menikmati, sekalian memberikan wisata edukasi kepada anak-anak saya yang masih kecil. 

Mengenal situs Patirtaan Ngawonggo

pancuran-songo-60324809d541df5f0a41a6b2.jpg
pancuran-songo-60324809d541df5f0a41a6b2.jpg
Apa sih situs Patirtaan Ngawonggo? 

Pertanyaan seperti itu pasti singgah di pikiran teman-teman. Sama. Saya juga awalnya tidak tahu nama Ngawonggo. Sampai akhirnya mas Yasin, salah satu pengelola situs Ngawonggo memberikan penjelasan mengenai nama Ngawonggo yang diambil dari nama daerah setempat. Yaitu di dusun Nanasan, Ngawonggo, Tajinan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Warga setempat menamainya dengan sebutan "reco" yang berada di tengah sawah. Mungkin dulu memang dikelilingi sawah ya. Tapi saat saya dan rombongan ke sana, justru tombohan yang mengelilinginya. Itu loh, diambil dari bahasa jawa yang maksudnya adalah tumbuhan dan diberi suguhan bagi para pengunjung. 

Masih menurut mas Yasin. Rupanya situs Patirtaan Ngawonggo punya sejarah yang masih misteri loh. 

Konon katanya situs yang memiliki 4 titik ini dibangun oleh Mpu Sendok pada abad ke 10. Tujuanya untuk tempat ibadah dan suci. Saking sucinya, sampai-sampai perempuan yang sedang datang bulan dilarang memasuki area situs. 

Sejarah lain mengatakan bahwa situs yang terkenal dengan pancuran songonya ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Khadiri. Terbukti dari relief yang ada. Sayangnya arcanya sudah banyak yang tak utuh lagi. Dimakan usia dan ditumbuhi lumut. 

Meski begitu, keberadaan arca dan relief tersebut membuktikan bahwa sejarah situs Patirtaan Ngawonggo memang ada. Patut dilestarikan ini agar menjadi wisata edukasi anak-anak zaman sekarang.

Cara Mencapai Lokasi Situs Patirtaan Ngawonggo

sungai mantenan yang dilalui menuju lokasi situs ngawonggo
sungai mantenan yang dilalui menuju lokasi situs ngawonggo
Saya berangkat ke lokasi menggunakan mobil bersama teman teman dari bolang kompasiana. Jadi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi situs, tergantung darimana lokasi kita berangkat. Betul ya. hehe..

Ketika kita sampai di lokasi situs, bukan berarti kita langsung melihat relief dan arca-arca peninggalan sejarah loh. Kita memasuki pintu masuk dulu yang dituliskan dengan aksara jawa. Disuguhi makanan dan minuman tradisional dulu sambil ngobrol santai di tempat duduk yang sudah disediakan. 

Setelah puas bersantap dan berbincang-bincang, barulah dimulai petualangan menuju situs bersejarah zaman Mpu Sendok ini. 

relief-dengan-arca-yang-tak-utuh-lagi-60324abe8ede4812921608d2.jpg
relief-dengan-arca-yang-tak-utuh-lagi-60324abe8ede4812921608d2.jpg
Tanah yang kita lalui masih tanah ya. Tapi dengan pemandangan sekeliling yang hijau. Banyak pohon dan sungai. 

Kita harus melewati jembatan bambu dulu yang menjembatani sungai mantenan. Aliran sungainya cukup deras, jadi hati-hati saat melewatinya. 

Setelah melewati jembatan sungai Mantenan, kita akan berjalan melalui jalan setapak. Dimana sisi kanan adalah sungai mantenan yang dalam, sementara sisi kiri adalah sungai kecil dengan aliran air yang tenang. Di sungai kecil itulah terdapat sumber air yang konon dipercaya bisa menyembuhkan penyakit demam. 

Perjalanan makin seru ketika mulai menapaki jalanan turun. Saya bawa anak-anak, sehingga saya dan suami kadang menggendong mereka, karena jalanannya berbatu dan bertanah. Licin. Khawatir mereka jatuh. 

Jaraknya tak lebih dari 500 meter ketika kita sampai di situs yang dimaksud. Yaitu beberapa tempat berbentuk persegi panjang dengan mata air yang mengalir dari beberapa sumbernya. Di ujung bentukan persegi panjang itulah terdapat beberapa relief dengan arca yang sudah lumutan dan tak utuh lagi. 

Ada semacam sesaji yang dipasang di salah satu tempat dekat situs. Itu menandakan bahwa tempat tersebut memang diperuntukkan untuk ibadah orang zaman dulu. 

Apakah hanya itu saja? Oh tidak. Perjalanan masih seru menuju pancuran songo. Yaitu sumber mata air berjumlah sembilan (9) yang mengeluarkan air yang katanya bisa mengobati penyakit.

Memberi lebih banyak dan menerima lebih banyak 

makanan-tradisional-enak-603249fbd541df537b496a42.jpg
makanan-tradisional-enak-603249fbd541df537b496a42.jpg
jajanan-pasar-60324a15d541df334a4b3bb3.jpg
jajanan-pasar-60324a15d541df334a4b3bb3.jpg
Perjalanan mempelajari situs Ngawonggo ini bukan hanya membuat kita berwisata religi. Melainkan juga berwisata kuliner. 

Yup, seperti yang saya sebutkan sebelumnya bahwa kita disuguhi berbagai macam makanan tradisional di sana. 

Pernah makan gethuk, ongol-ongol, ketan bubuk, horog-horog, lepet, dan berbagai makanan lainnya. Kamu bisa menikmatinya di sini. Sementara urap-urap, botok, sambel terasi menjadi santapan makan siang yang sangat menggugah selera makan. 

Mas Yasin memberitahu kami bahwa pengunjung diilarang membawa makanan dari luar. Tujuannya agar pengunjung bisa merasakan makanan tradisional yang sudah disediakan. 

Khawatir harganya mahal? Tenang, karena semua makanan yang disuguhkan kepada pengunjung tadi sama sekali tidak dipatoki harga. Mau bayar monggo, gak bayar juga gak apa-apa. Bayar seikhlasnya. 

Saya terus terang kaget mendengar pengakuan jujur mas Yasin. Mengingat pengunjung situs yang selalu ramai setiap harinya, apa gak rugi mas kalau makanannya dibuat sukarela begitu bayarnya? 

"Kami tidak pernah merasa rugi. Bahkan untung karena sudah diberikan nikmat sama Yang Maha Kuasa. Jadi setiap hari bersyukur terus karena diberikan nikmat yang tak ada habisnya. Saya malah bingung kalau gak ada yang datang ke situs." Begitu kata mas Yasin dengan polosnya. 

Deg!! Saya kok langsung tertohok ya.. 

bersama-bolang-kompasiana-lagi-60324af38ede480fad41f4f4.jpg
bersama-bolang-kompasiana-lagi-60324af38ede480fad41f4f4.jpg
Filosofi asah, asih, asuh yang dipraktekkannya benar-benar membuat kami terinspirasi. 

Mas Yasin yang berpenampilan sederhana dengan rambut gondrongnya itu memberikan penjelasan mengenai tujuannya mengelola situs. 

Berawal dari iseng mengunggah foto-foto situs pada 24 April 2017 lalu, Mas Yasin tak pernah menyangka jika foto-fotonya membuat banyak orang tertarik untuk berkunjung. Itulah awal mula, situs Ngawonggo mulai dikenal masyarakat luas. Hingga akhirnya dilirik oleh Badan Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur untuk dievaluasi. 

Kekuatan Nitizen itu memang dasyat. Terbukti dari omongan satu mulut ke mulut lain, akhirnya berita keberadaan situs Ngawonggo semakin dikenal banyak orang, sampai akhirnya viral di medsos. 

Pengunjung selalu membludak dan ramai. Ditambah suguhan yang diberikan memang tidak biasa. Yaitu makanan tradisional lengkap dengan jajanan pasar. Sementara kamu bisa bayar seikhlasnya. Mas Yasin tidak mematok harga. 

Secara pribadi saya jadi berkaca pada diri sendiri yang masih mengukur untung rugi. Apa yang harus saya dapatkan ketika saya mengeluarkan banyak tenaga dan pikiran. Sementara mas Yasin dan kawan-kawan justru berpikir bagaimana memberikan sesuatu yang lebih dan membuat orang lain merasa nyaman.

Saat itulah saya langsung melihat sekeliling. Tempat saya dan kawan-kawan dari komunitas bolang kompasiana berkumpul sambil menikmati suguhan tradisional. 

Banyak gazebo di sana. Juga beberapa tempat duduk yang terbuat dari bambu. Semua itu tentu saja diproduksi kan. Pasti butuh biaya untuk pembuatannya. Biayanya darimana? 

"Ya dari dana yang terkumpul." Kata mas Yasin. 

Masih menurut laki-laki yang selalu tersenyum ramah dan berkata lirih tersebut, selalu ada dana untuk memenuhi segala fasilitas yang dibutuhkan di tomboan. 

Mas Yasin tak pernah menghitung. Mungkin itu yang dimaksud anugerah Tuhan ya. Jika tidak menghitung nikmat yang diberikan kepada kita. Maka Allah pun tak pernah menghitung pemberiannya. Masya Allah.

Kesimpulan 

bersama-bolang-kompasiana-60324a8c8ede48150471a063.jpg
bersama-bolang-kompasiana-60324a8c8ede48150471a063.jpg
Berwisata ke situs Patirtaan Ngawonggo memberikan manfaat berlebih bagi saya dan teman-teman dari bolang kompasiana. Bukan hanya sejarah mengenai situs yang cantik ini saja. Tapi juga filosofi pengelolanya yang benar-benar menerapkan sistem asah, asih dan asuh. Memberi lebih banyak dan tidak mengharapkan lebih banyak. Ikhlas. 

Kamu wajib datang ke sini nih. Dijamin puas dan pengen datang lagi. Saya pun begitu. Terutama kangen jajanan tradisionalnya yang sekarang mulai jarang kita jumpai. Sambutan pengelolanya selalu hangat dan kita disapa dengan bahasa Jawa halus. 

Oh ya, kalau mau datang jangan lupa reservasi dulu ya. Agar mas Yasin dan kawan-kawan bisa menyiapkan makanan enak buat kamu dan rombongan. Kalau tidak reservasi dulu, takutnya gak kebagian tempat. Soalnya setiap hari selalu banyak pengunjung. 

Reservasinya lewat instagram ya. Dan pastikan kamu datang sesuai jadwal. Soalnya kasihan mas Yasin dan kawan-kawan yang sudah menyiapkan segala sesuatunya buat kamu dan rombongan, eh kamunya gak jadi datang. Masakan yang banyak itu jadi mubadzir dong.  Kasihkan ke saya saja. hehe. 

Perjalanan menuju situs Ngawonggo saya bersama teman-teman bolang kompasiana bisa kamu tonton di youtube channel saya ya.

 Silahkan mampir and happy watching..


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5