Apakah hanya itu saja? Oh tidak. Perjalanan masih seru menuju pancuran songo. Yaitu sumber mata air berjumlah sembilan (9) yang mengeluarkan air yang katanya bisa mengobati penyakit.
Yup, seperti yang saya sebutkan sebelumnya bahwa kita disuguhi berbagai macam makanan tradisional di sana.
Pernah makan gethuk, ongol-ongol, ketan bubuk, horog-horog, lepet, dan berbagai makanan lainnya. Kamu bisa menikmatinya di sini. Sementara urap-urap, botok, sambel terasi menjadi santapan makan siang yang sangat menggugah selera makan.
Mas Yasin memberitahu kami bahwa pengunjung diilarang membawa makanan dari luar. Tujuannya agar pengunjung bisa merasakan makanan tradisional yang sudah disediakan.
Khawatir harganya mahal? Tenang, karena semua makanan yang disuguhkan kepada pengunjung tadi sama sekali tidak dipatoki harga. Mau bayar monggo, gak bayar juga gak apa-apa. Bayar seikhlasnya.
Saya terus terang kaget mendengar pengakuan jujur mas Yasin. Mengingat pengunjung situs yang selalu ramai setiap harinya, apa gak rugi mas kalau makanannya dibuat sukarela begitu bayarnya?
"Kami tidak pernah merasa rugi. Bahkan untung karena sudah diberikan nikmat sama Yang Maha Kuasa. Jadi setiap hari bersyukur terus karena diberikan nikmat yang tak ada habisnya. Saya malah bingung kalau gak ada yang datang ke situs." Begitu kata mas Yasin dengan polosnya.
Deg!! Saya kok langsung tertohok ya..
Mas Yasin yang berpenampilan sederhana dengan rambut gondrongnya itu memberikan penjelasan mengenai tujuannya mengelola situs.