Sejarah lain mengatakan bahwa situs yang terkenal dengan pancuran songonya ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Khadiri. Terbukti dari relief yang ada. Sayangnya arcanya sudah banyak yang tak utuh lagi. Dimakan usia dan ditumbuhi lumut.
Meski begitu, keberadaan arca dan relief tersebut membuktikan bahwa sejarah situs Patirtaan Ngawonggo memang ada. Patut dilestarikan ini agar menjadi wisata edukasi anak-anak zaman sekarang.
Ketika kita sampai di lokasi situs, bukan berarti kita langsung melihat relief dan arca-arca peninggalan sejarah loh. Kita memasuki pintu masuk dulu yang dituliskan dengan aksara jawa. Disuguhi makanan dan minuman tradisional dulu sambil ngobrol santai di tempat duduk yang sudah disediakan.
Setelah puas bersantap dan berbincang-bincang, barulah dimulai petualangan menuju situs bersejarah zaman Mpu Sendok ini.
Kita harus melewati jembatan bambu dulu yang menjembatani sungai mantenan. Aliran sungainya cukup deras, jadi hati-hati saat melewatinya.
Setelah melewati jembatan sungai Mantenan, kita akan berjalan melalui jalan setapak. Dimana sisi kanan adalah sungai mantenan yang dalam, sementara sisi kiri adalah sungai kecil dengan aliran air yang tenang. Di sungai kecil itulah terdapat sumber air yang konon dipercaya bisa menyembuhkan penyakit demam.
Perjalanan makin seru ketika mulai menapaki jalanan turun. Saya bawa anak-anak, sehingga saya dan suami kadang menggendong mereka, karena jalanannya berbatu dan bertanah. Licin. Khawatir mereka jatuh.
Jaraknya tak lebih dari 500 meter ketika kita sampai di situs yang dimaksud. Yaitu beberapa tempat berbentuk persegi panjang dengan mata air yang mengalir dari beberapa sumbernya. Di ujung bentukan persegi panjang itulah terdapat beberapa relief dengan arca yang sudah lumutan dan tak utuh lagi.
Ada semacam sesaji yang dipasang di salah satu tempat dekat situs. Itu menandakan bahwa tempat tersebut memang diperuntukkan untuk ibadah orang zaman dulu.