Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.
Iran Dikeroyok Amerika dan Israel: Ketika Perlawanan Menjadi Identitas Bangsa
Oleh: Wijaya Kusumah (Omjay), Guru Blogger Indonesia
Konflik geopolitik kembali menyita perhatian dunia. Kali ini, Iran kembali menjadi pusat sorotan setelah digempur berbagai tekanan dari Amerika Serikat dan Israel. Di balik laporan-laporan diplomatik dan analisis militer, ada satu hal yang jarang disorot: kekuatan sebuah bangsa yang tetap bertahan, bahkan ketika dikeroyok dua kekuatan besar dunia.
Iran memang bukan pemain baru dalam panggung perlawanan. Sejak Revolusi Islam tahun 1979, negeri ini telah membentuk dirinya sebagai simbol resistensi terhadap dominasi Barat. Kini, saat Amerika dan Israel memperkuat tekanan---baik melalui militer, ekonomi, teknologi, maupun media---muncul pertanyaan besar: mampukah Iran terus bertahan?
Kekuatan yang Tak Terlihat: Perlawanan Jadi Identitas
Dalam perspektif banyak analis Barat, Iran adalah "masalah" yang harus dihadapi dengan kekuatan. Namun bagi banyak rakyat Iran sendiri, tekanan dari luar justru memperkuat rasa nasionalisme. Perlawanan bukan lagi sekadar strategi politik, tetapi telah menjadi identitas kebangsaan.
Iran bukan hanya mengandalkan senjata, tetapi juga keberanian ideologis dan semangat rakyatnya. Ketika rudal dijatuhkan, mereka merespons dengan keyakinan bahwa mereka sedang mempertahankan kehormatan negara. Ketika sanksi ekonomi diberlakukan, mereka menggalang kekuatan dalam negeri, meski dengan harga yang mahal.
Di sinilah kita belajar bahwa sebuah negara bisa saja secara ekonomi tidak sekuat Amerika, atau secara teknologi tidak secanggih Israel, tetapi mampu bertahan karena memiliki daya juang yang tidak tumbang oleh tekanan luar.
Narasi Perlawanan vs Hegemoni Global