Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.
Amerika dan Israel melihat Iran sebagai ancaman. Bukan hanya karena kemampuan militernya, tetapi karena pengaruh ideologisnya di kawasan. Iran dikenal sebagai pendukung kelompok perlawanan seperti Hizbullah, Houthi, dan Hamas. Dalam kaca mata Barat, ini adalah ancaman langsung terhadap stabilitas regional. Tapi dalam kaca mata Iran dan para pendukungnya, ini adalah bentuk solidaritas terhadap bangsa-bangsa yang tertindas.
Narasi inilah yang kemudian menjadi kekuatan besar Iran. Mereka tidak hanya melawan di medan perang, tetapi juga di medan wacana. Di dunia yang terhubung lewat internet, perang informasi menjadi bagian dari pertahanan. Iran pandai memainkan posisi ini, dan di sinilah salah satu kekuatan besarnya berada.
Pesan dari Seorang Guru Blogger: Belajar dari Keteguhan
Sebagai guru yang sehari-hari mendidik generasi muda, saya (Omjay) melihat peristiwa ini bukan hanya dari kacamata geopolitik, tetapi juga dari sisi kemanusiaan dan pembelajaran. Apa yang bisa kita petik dari Iran yang dikeroyok dua negara kuat tapi tetap berdiri?
Saya sering menyampaikan kepada siswa dan rekan guru, "Kekuatan sejati suatu bangsa bukan hanya pada militernya, tetapi pada daya tahan moral dan keteguhan rakyatnya. Ketika kita percaya pada nilai yang kita perjuangkan, tidak mudah bagi pihak luar untuk menghancurkan kita."
Generasi muda Indonesia perlu belajar dari krisis global ini. Bahwa menjadi bangsa besar bukan hanya soal teknologi dan ekonomi, tetapi juga soal karakter, harga diri, dan keteguhan sikap. Dunia boleh berubah, kekuasaan bisa berganti, tetapi nilai-nilai perjuangan harus tetap hidup.
Saya juga sering menulis di blog dan Kompasiana bahwa Indonesia sebagai negara dengan prinsip bebas aktif harus terus mendorong dialog dan perdamaian. Bukan berdiri di sisi manapun, tetapi berdiri bersama kebenaran dan keadilan.
Iran dan Pilihan Jalan Mandiri
Salah satu hal yang membuat Iran bertahan adalah keberaniannya mengambil jalan mandiri. Negara ini memutuskan untuk membangun industri dalam negeri, termasuk teknologi pertahanan, energi nuklir, dan pangan. Mereka memilih berdikari dalam tekanan, dan ini adalah pelajaran penting.
Tentu, harga dari kemandirian itu mahal. Rakyat Iran harus menghadapi krisis ekonomi, inflasi tinggi, dan isolasi internasional. Tapi justru di sinilah kekuatan mereka diuji.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia juga harus bersiap menghadapi dunia yang tidak ramah. Ketika kekuatan global beradu kepentingan, negara-negara berkembang seperti kita harus memiliki daya tahan sendiri. Dan daya tahan itu hanya bisa dibangun dengan pendidikan yang kuat, ekonomi yang mandiri, serta karakter rakyat yang tangguh.