Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Guru

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Iran Dikeroyok Amerika dan Israel: Ketika Perlawanan Menjadi Identitas Bangsa

23 Juni 2025   07:19 Diperbarui: 23 Juni 2025   07:19 183 4 0

Omjay Guru Blogger Indonesia/dokpri
Omjay Guru Blogger Indonesia/dokpri

Iran Dikeroyok Amerika dan Israel: Ketika Perlawanan Menjadi Identitas Bangsa

Oleh: Wijaya Kusumah (Omjay), Guru Blogger Indonesia

Konflik geopolitik kembali menyita perhatian dunia. Kali ini, Iran kembali menjadi pusat sorotan setelah digempur berbagai tekanan dari Amerika Serikat dan Israel. Di balik laporan-laporan diplomatik dan analisis militer, ada satu hal yang jarang disorot: kekuatan sebuah bangsa yang tetap bertahan, bahkan ketika dikeroyok dua kekuatan besar dunia.


Iran memang bukan pemain baru dalam panggung perlawanan. Sejak Revolusi Islam tahun 1979, negeri ini telah membentuk dirinya sebagai simbol resistensi terhadap dominasi Barat. Kini, saat Amerika dan Israel memperkuat tekanan---baik melalui militer, ekonomi, teknologi, maupun media---muncul pertanyaan besar: mampukah Iran terus bertahan?

Kekuatan yang Tak Terlihat: Perlawanan Jadi Identitas

Dalam perspektif banyak analis Barat, Iran adalah "masalah" yang harus dihadapi dengan kekuatan. Namun bagi banyak rakyat Iran sendiri, tekanan dari luar justru memperkuat rasa nasionalisme. Perlawanan bukan lagi sekadar strategi politik, tetapi telah menjadi identitas kebangsaan.

Iran bukan hanya mengandalkan senjata, tetapi juga keberanian ideologis dan semangat rakyatnya. Ketika rudal dijatuhkan, mereka merespons dengan keyakinan bahwa mereka sedang mempertahankan kehormatan negara. Ketika sanksi ekonomi diberlakukan, mereka menggalang kekuatan dalam negeri, meski dengan harga yang mahal.

Di sinilah kita belajar bahwa sebuah negara bisa saja secara ekonomi tidak sekuat Amerika, atau secara teknologi tidak secanggih Israel, tetapi mampu bertahan karena memiliki daya juang yang tidak tumbang oleh tekanan luar.

Narasi Perlawanan vs Hegemoni Global

Amerika dan Israel melihat Iran sebagai ancaman. Bukan hanya karena kemampuan militernya, tetapi karena pengaruh ideologisnya di kawasan. Iran dikenal sebagai pendukung kelompok perlawanan seperti Hizbullah, Houthi, dan Hamas. Dalam kaca mata Barat, ini adalah ancaman langsung terhadap stabilitas regional. Tapi dalam kaca mata Iran dan para pendukungnya, ini adalah bentuk solidaritas terhadap bangsa-bangsa yang tertindas.

Narasi inilah yang kemudian menjadi kekuatan besar Iran. Mereka tidak hanya melawan di medan perang, tetapi juga di medan wacana. Di dunia yang terhubung lewat internet, perang informasi menjadi bagian dari pertahanan. Iran pandai memainkan posisi ini, dan di sinilah salah satu kekuatan besarnya berada.

Pesan dari Seorang Guru Blogger: Belajar dari Keteguhan

Sebagai guru yang sehari-hari mendidik generasi muda, saya (Omjay) melihat peristiwa ini bukan hanya dari kacamata geopolitik, tetapi juga dari sisi kemanusiaan dan pembelajaran. Apa yang bisa kita petik dari Iran yang dikeroyok dua negara kuat tapi tetap berdiri?

Saya sering menyampaikan kepada siswa dan rekan guru, "Kekuatan sejati suatu bangsa bukan hanya pada militernya, tetapi pada daya tahan moral dan keteguhan rakyatnya. Ketika kita percaya pada nilai yang kita perjuangkan, tidak mudah bagi pihak luar untuk menghancurkan kita."

Generasi muda Indonesia perlu belajar dari krisis global ini. Bahwa menjadi bangsa besar bukan hanya soal teknologi dan ekonomi, tetapi juga soal karakter, harga diri, dan keteguhan sikap. Dunia boleh berubah, kekuasaan bisa berganti, tetapi nilai-nilai perjuangan harus tetap hidup.

Saya juga sering menulis di blog dan Kompasiana bahwa Indonesia sebagai negara dengan prinsip bebas aktif harus terus mendorong dialog dan perdamaian. Bukan berdiri di sisi manapun, tetapi berdiri bersama kebenaran dan keadilan.

Iran dan Pilihan Jalan Mandiri

Salah satu hal yang membuat Iran bertahan adalah keberaniannya mengambil jalan mandiri. Negara ini memutuskan untuk membangun industri dalam negeri, termasuk teknologi pertahanan, energi nuklir, dan pangan. Mereka memilih berdikari dalam tekanan, dan ini adalah pelajaran penting.

Tentu, harga dari kemandirian itu mahal. Rakyat Iran harus menghadapi krisis ekonomi, inflasi tinggi, dan isolasi internasional. Tapi justru di sinilah kekuatan mereka diuji.

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia juga harus bersiap menghadapi dunia yang tidak ramah. Ketika kekuatan global beradu kepentingan, negara-negara berkembang seperti kita harus memiliki daya tahan sendiri. Dan daya tahan itu hanya bisa dibangun dengan pendidikan yang kuat, ekonomi yang mandiri, serta karakter rakyat yang tangguh.

Haruskah Dunia Diam?

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: sampai kapan dunia membiarkan satu negara dikeroyok oleh dua kekuatan besar? Apakah karena mereka berbeda sistem politik, lalu menjadi sah untuk ditekan habis-habisan?

Dunia internasional, khususnya negara-negara yang menjunjung HAM dan keadilan, harus bersuara. Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi kawasan harus hadir menjadi penengah, bukan penonton. Iran bukan tanpa kesalahan. Tapi tidak ada negara yang layak dipaksa tunduk dengan cara-cara kekerasan.

Penutup: Dari Iran Kita Belajar

Iran mungkin bukan negara ideal. Tapi dalam keterpojokan mereka, ada satu hal yang bisa kita ambil: bahwa kekuatan bukan hanya soal senjata dan uang. Kekuatan juga datang dari keyakinan, dari ideologi yang membentuk jati diri, dan dari kesatuan rakyat yang tak goyah meski dihimpit tekanan luar.

Dan seperti yang saya sampaikan kepada para guru dan siswa, "Bangsa yang ingin merdeka sepenuhnya harus siap tidak disukai oleh kekuatan besar. Tapi selama kita berpihak pada kebenaran dan menolak dijajah secara halus, kita sedang menjaga martabat kita sebagai bangsa."

Dunia boleh menilai Iran dengan berbagai sudut pandang. Tapi dari negeri yang dikeroyok ini, kita belajar bahwa perlawanan bisa menjadi identitas, dan identitas itulah yang membuat mereka tetap berdiri di atas kaki mereka sendiri.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay/Kakek Jay

Guru Blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

Omjay Guru Blogger Indonesia/dokpri
Omjay Guru Blogger Indonesia/dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4