Kurikulum Hijau Ayah Didi yang Bermanfaat Buat Semuanya

Kurikulum Hijau: Saatnya Lingkungan Hidup Masuk ke Hati Siswa. Inilah kisah Omjay setelah bertemu langsung Dr. Didi Supriyadi, M.Pd atau ayah Didi di rumah beliau. Seorang Pegiat Literasi dan Lingkungan | Penggerak Kelompok Tani Hutan Rumah Kaum Jayakarta. Omjay bertemu dengannya di rumah beliau di Jatinegara Kaum  Rawamangun Pulo gadung Jakarta Timur. Rumahnya persis di depan SDN 14 pagi Jatinegara Kaum Jakarta Timur.

Omjay bersama ayah Didi/dokpri

Isu lingkungan hidup tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Krisis iklim, pencemaran air dan udara, hingga ancaman sampah rumah tangga sudah menjadi persoalan serius. Maka dari itu, pendidikan lingkungan bukan lagi tambahan, melainkan kebutuhan utama dalam kurikulum kita hari ini.

Saatnya Kurikulum Merdeka Berbasis Ekologi

Kurikulum lingkungan hidup harus menjawab tantangan zaman. Tidak cukup hanya memahami teori tentang daur ulang atau pemanasan global, siswa perlu berinteraksi langsung dengan alam, mengolah sampah, dan mengembangkan keterampilan hidup berkelanjutan.

Rumah Kaum Jayakarta: Laboratorium Edukasi Hijau di Jakarta Timur

Di tengah pemukiman padat Jakarta Timur, Rumah Kaum Jayakarta hadir sebagai ruang belajar terbuka bagi siswa dan masyarakat. Dikelola secara kolektif oleh kelompok tani hutan urban, tempat ini menyatukan urban farming, edukasi literasi lingkungan, hingga teknologi pengelolaan sampah organik.

Ayah Didi/dokpri

Salah satu program unggulan kami adalah:

Budidaya Maggot: Dari Sampah Menjadi Berkah

Kami memperkenalkan budidaya maggot (larva Black Soldier Fly/BSF) sebagai metode cerdas mengelola limbah organik. Anak-anak belajar memberi makan maggot dengan sisa dapur rumah tangga seperti nasi basi, kulit buah, atau sayuran layu.

"Anak-anak kami ajak mengenal bahwa sisa makanan pun bisa menjadi kehidupan baru bagi maggot. Dari sana, mereka melihat bahwa tidak ada yang benar-benar 'sampah' di bumi ini,"

Maggot yang tumbuh digunakan sebagai pakan ternak alternatif bernutrisi tinggi, yang mendukung ketahanan pangan lokal dan mengajarkan ekonomi sirkular kepada siswa sejak dini.

Pendidikan Kontekstual Berbasis Komunitas

Kegiatan agro-eduwisata dan lingkungan ini kami integrasikan dengan pendekatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Anak-anak tidak hanya belajar berkebun, membuat kompos, atau memanen sayur, tetapi juga menulis jurnal, membuat karya puisi, menghitung hasil panen, hingga mengembangkan produk dari hasil olahan.

Wawancara dengan ayah didi/dokpri

Kami percaya:

"Pendidikan lingkungan hidup adalah jembatan antara ilmu pengetahuan dan kearifan lokal."

Harapan: Sekolah sebagai Taman Ekologi

Sekolah bisa menjadi laboratorium kecil untuk praktik hidup ramah lingkungan. Dengan kolaborasi bersama komunitas, guru dan siswa bisa mengembangkan program seperti:

Kebun sekolah
Budidaya maggot dan kompos
Bank sampah digital
Literasi hijau
Proyek pangan lokal berbasis pekarangan

Semua kegiatan ini membuat siswa lebih mencintai alam, lebih bertanggung jawab, dan lebih sadar akan peran mereka menjaga bumi.

Penutup: Menanam Kesadaran Sejak Dini

Mendidik anak menjaga lingkungan bukan tugas satu mata pelajaran. Ini adalah tanggung jawab kolektif. Dengan menghadirkan kurikulum hijau yang hidup, kita sedang menyiapkan generasi masa depan yang tangguh, peduli, dan bertindak.

Mari kita mulai dari sekolah, dari siswa, dan dari halaman sendiri.

"Kalau anak-anak bisa merawat maggot, mereka juga bisa merawat bumi."

Dr. Didi Supriyadi, M.Pd
Pegiat Literasi & Agro Edu Wisata
Penggerak Jelimpok Tani Hutan Rumah Kaum Jayakarta
Jakarta Timur

Bila Bapak/Ibu ingin versi modul ajar atau proyek lingkungan untuk siswa SD/SMP/SMA, silakan saya bantu kembangkan. Perlu juga infografis maggot dan bank sampah sekolah? 

Salam blogger persahabatan

Omjay/kakek jay

Guru blogger Indonesia

Blog https:// wijayalabs.com

Omjay guru blogger indonesia/dokpri