Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.
Ada Tiga Panggilan Allah yang sering kita dengar, Apa Sajakah Itu?
Oleh: Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd (Omjay)
Setiap manusia yang beriman pasti akan merasakan bagaimana Allah SWT memanggil hamba-Nya. Panggilan itu datang bukan sekadar dalam bentuk suara yang terdengar, melainkan dalam peristiwa nyata kehidupan. Panggilan Allah adalah bentuk kasih sayang-Nya, tanda perhatian-Nya agar kita senantiasa ingat kepada Sang Pencipta.
Dalam perjalanan hidup ini, ada tiga panggilan Allah yang begitu penting, sakral, dan menentukan arah hidup manusia: panggilan sholat, panggilan ke Baitullah, dan panggilan kematian. Tiga panggilan ini bagaikan rangkaian perjalanan spiritual seorang muslim, dari awal hingga akhir hayat.
1. Panggilan Sholat
Panggilan pertama adalah adzan, seruan suci yang dikumandangkan lima kali sehari. Saat muadzin melantunkan Allahu Akbar, Allahu Akbar, sejatinya Allah sedang memanggil kita untuk menghadap kepada-Nya.
Sholat adalah tiang agama, sekaligus penanda keimanan seseorang. Rasulullah SAW bersabda bahwa sholat adalah amalan pertama yang akan dihisab di hari kiamat. Jika sholatnya baik, insya Allah amal lainnya akan baik pula. Karena itu, menjawab panggilan sholat berarti menjaga hubungan langsung dengan Allah SWT.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan banyak orang sering menunda atau bahkan mengabaikan panggilan sholat. Sibuk bekerja, sibuk berdagang, atau sekadar terhanyut dalam kesenangan dunia. Padahal, sholat adalah jeda yang menyejukkan hati, obat bagi kegelisahan, dan penopang jiwa.
Saya sering merenung. Betapa bahagianya hati ketika kita bisa sholat berjamaah di masjid. Melangkahkan kaki, bertemu sahabat, berdiri sejajar dalam satu shaf tanpa membedakan jabatan dan harta. Sejenak dunia terlepas, digantikan dengan ketenangan yang sulit digambarkan dengan kata-kata.
Barang siapa setia menjawab panggilan sholat, sesungguhnya ia sedang menyiapkan dirinya untuk panggilan berikutnya.
2. Panggilan ke Baitullah
Panggilan kedua adalah kesempatan untuk menunaikan ibadah haji atau umroh. Tidak semua orang bisa mendapatkannya. Ada yang memiliki harta berlimpah, tetapi belum juga terpanggil. Ada pula yang sudah mendaftar, namun tertahan karena panjangnya antrean. Bahkan ada yang sudah bersiap, namun kesehatannya tidak mendukung.
Inilah panggilan istimewa. Allah memilih siapa saja dari hamba-Nya untuk menjadi tamu di rumah-Nya.
Saya sendiri, Omjay, bersyukur pernah mendapatkan kesempatan itu pada tahun 2017. Bersama rombongan guru dan siswa Labschool Jakarta, saya berangkat umroh ke tanah suci. Ketika pertama kali melihat Ka'bah, air mata tak terbendung. Ada rasa haru, syukur, sekaligus takjub. Rasanya, seluruh perjalanan hidup terbayar ketika bisa berdiri di hadapan rumah Allah.
Saya melihat langsung betapa banyak orang dari berbagai bangsa datang dengan wajah penuh rindu. Mereka berdesakan bukan karena dunia, tetapi karena ingin mendekat kepada Sang Khalik. Panggilan ke Baitullah adalah puncak kerinduan spiritual, momentum untuk menyucikan diri dari dosa.
Tidak sedikit yang menabung puluhan tahun hanya untuk sampai ke tanah suci. Ada pula yang rela mengorbankan kenyamanan hidup demi bisa berhaji. Semua itu menunjukkan bahwa panggilan ke Baitullah adalah anugerah besar. Dan bagi mereka yang berhasil menjawabnya, Allah janjikan pahala dan keberkahan yang luar biasa.
3. Panggilan Kematian
Panggilan terakhir adalah ajal. Tidak ada seorang pun yang bisa menolak, menunda, atau mempercepatnya. Ia pasti datang, kepada setiap jiwa yang bernyawa. Firman Allah dalam Al-Qur'an begitu jelas: "Kullu nafsin dzaiqotul maut" -- setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.
Kematian sering datang tanpa tanda. Ada orang yang sehat bugar, esok harinya sudah terbujur kaku. Ada yang masih muda, dipanggil lebih dulu daripada yang tua. Karena itu, tidak ada yang bisa merasa aman dari panggilan kematian.
Saya masih ingat jelas ketika mengantar almarhum ayahanda ke peristirahatan terakhir. Beliau wafat dengan tenang setelah seumur hidupnya menjaga sholat tepat waktu dan menunaikan ibadah haji. Saat itu, hati saya bergetar. Saya menyaksikan sendiri bahwa orang yang setia menjawab panggilan Allah semasa hidup, akan berpulang dengan husnul khatimah.
Selain itu, saya juga pernah kehilangan seorang sahabat guru yang begitu rajin berdakwah melalui tulisan. Tanpa diduga, Allah memanggilnya ketika ia sedang dalam perjalanan mengajar. Kepergiannya begitu mendadak, namun meninggalkan jejak kebaikan yang tidak akan lekang oleh waktu. Dari peristiwa itu, saya kembali diingatkan: tidak ada seorang pun yang tahu kapan panggilan terakhir itu akan datang.
Kematian sejatinya bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan abadi. Karena itu, menyiapkan bekal amal sholeh adalah langkah paling bijak yang bisa kita lakukan.
Menyikapi Tiga Panggilan
Ketiga panggilan Allah ini bukan sekadar tahapan, melainkan sebuah rangkaian yang saling berkaitan. Orang yang selalu menjawab panggilan sholat, insya Allah akan dimudahkan untuk menjawab panggilan ke Baitullah. Dan orang yang setia menjaga dua panggilan itu, akan menghadapi panggilan kematian dengan hati yang lapang.
Dalam hidup ini, kita sering terjebak oleh urusan dunia yang fana. Namun, panggilan Allah selalu mengingatkan kita untuk kembali kepada tujuan hidup yang hakiki: beribadah kepada-Nya.
Maka, jangan pernah remehkan panggilan pertama, yaitu sholat. Jangan pernah lelah berdoa agar Allah memberikan kesempatan berkunjung ke rumah-Nya. Dan jangan pernah lalai mempersiapkan diri untuk panggilan terakhir, yaitu kematian.
Semoga kita semua tergolong hamba yang senantiasa menjawab panggilan Allah dengan penuh keikhlasan. Dan semoga ketika panggilan terakhir itu tiba, kita berpulang dalam keadaan husnul khatimah, tersenyum karena yakin akan berjumpa dengan Rabb yang kita rindukan.
Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd (Omjay)
Guru Blogger Indonesia. Blog https://wijayalabs.com