Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.
Mari Kita Belajar dari Vietnam dalam Reformasi Guru, Kesejahteraan, dan Harapan Indonesia Emas 2045. Inilah kisah Omjay kali ini di kompasiana tercinta. Omjay dan siswa SMP Labschool Jakarta setiap hari melaksanakan sholat berjamaah di sekolah. Kecuali hari libur Sabtu dan Minggu.
https://youtu.be/-fMYBChKfPM?si=Fi4pj1sEEQGh4peK
Pembukaan
Vietnam, adalah negara yang dulunya dikenal miskin pasca perang, kini muncul sebagai salah satu bintang baru pendidikan di Asia Tenggara. Pemerintah Vietnam fokus dengan kesejahteraan guru dan pendidikan tinggi.
Hasil studi internasional seperti PISA menunjukkan bahwa murid Vietnam mampu bersaing dengan negara-negara maju. Kita dibuat kagum oleh prestasinya.
Salah satu kunci keberhasilan mereka adalah reformasi pendidikan yang serius, termasuk menaikkan gaji guru dan menempatkan guru sebagai profesi terhormat.
Pertanyaannya adalah bisakah Indonesia menempuh jalan serupa menjelang 100 tahun kemerdekaan Indonesia di 2045? Seharusnya bisa karena Indonesia sudah lebih dulu merdeka dibandingkan Vietnam.
Vietnam: Dari Luka Perang ke Kebangkitan Pendidikan
Vietnam pernah mengalami masa kelam setelah perang panjang melawan Amerika Serikat. Banyak rakyatnya ikut menderita.
Namun, sejak era reformasi ekonomi i Mi tahun 1986, mereka tidak hanya fokus membangun sektor industri dan perdagangan, tetapi juga pendidikan.
Pemerintah Vietnam menyadari bahwa kualitas sumber daya manusia adalah kunci kebangkitan bangsa.
Reformasi pendidikan di Vietnam mencakup beberapa hal:
1. Pembaruan kurikulum yang menekankan literasi, numerasi, dan keterampilan abad ke-21.
2. Peningkatan pelatihan guru agar mereka siap menghadapi perubahan zaman.
3. Peningkatan kesejahteraan guru melalui gaji dan tunjangan yang lebih layak.
4. Penguatan infrastruktur sekolah, khususnya di daerah terpencil.
Langkah-langkah itu membuat Vietnam melesat. Pada PISA 2022, Vietnam mencatat skor rata-rata math 483, reading 462, science 485 dan jauh lebih tinggi dibanding rata-rata Indonesia (math 366, reading 371, science 383).
Skor ini mendekati negara-negara maju, padahal Vietnam termasuk negara berpendapatan menengah.
Indonesia: Masih Tertinggal, Tapi Berpotensi
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia punya jumlah guru dan siswa yang jauh lebih besar dibanding Vietnam. Namun, masalah mendasar masih menjerat yaitu:
Pertama Gaji guru honorer rendah. Banyak guru hanya mendapat Rp300 ribu--Rp1 juta per bulan, jauh dari cukup untuk hidup layak.
Kedua Status tidak jelas. Meski ada program PPPK, masih banyak guru honorer yang menunggu kepastian.
Ketiga Beban administrasi tinggi. Guru lebih banyak mengisi laporan daripada fokus mengajar.
Keempat Infrastruktur pendidikan tidak merata. Sekolah di perkotaan jauh lebih maju dibanding di pelosok.
Disamping itu. Skor PISA Indonesia masih rendah, menandakan kualitas pendidikan yang belum optimal. Namun, bukan berarti harapan itu hilang.
Dengan penduduk muda yang besar dan komitmen anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN, peluang untuk memperbaiki sistem masih terbuka lebar.
Gaji Guru Adalah Kunci Reformasi
Satu pelajaran penting dari Vietnam adalah menyejahterakan guru. Pemerintahnya berani menaikkan gaji guru hingga 70 persen.
Guru yang sejahtera tidak lagi pusing memikirkan kebutuhan hidup, sehingga mereka bisa mengajar dengan hati yang tenang. Kesejahteraan guru benar-benar diperhatikan pemerintah.
Di Vietnam, walau masih ada perbedaan antarwilayah, pemerintah Vietnam berusaha menaikkan tunjangan dan memberikan tambahan insentif untuk menarik orang-orang terbaik menjadi guru.
Sementara itu. Di Indonesia, kondisi sebaliknya masih sering ditemui. Guru masih digaji murah dan tidak layak.
Banyak guru honorer mencari pekerjaan sampingan, dari berjualan online hingga menjadi ojek, hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Ironis, mengingat guru adalah aktor utama dalam mencetak generasi emas 2045. Inilah wajah dunia pendidikan kita yang harus segera dibenahi dan direformasi.
Peran Strategis PGRI
Di sinilah PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) berperan penting. PGRI harus mampu menjadi fasilitator dan dinamisator agar kesejahteraan guru terus meningkat.
PGRI bukan hanya organisasi profesi, tapi seharusnya menjadi kekuatan politik moral untuk memperjuangkan guru. PGRI harus konsisten menuntut:
A. Kenaikan gaji guru yang layak.
B. Perbaikan status guru honorer.
C. Pengurangan beban administratif.
Selain itu, Program pelatihan dan sertifikasi yang benar-benar meningkatkan kompetensi, bukan sekadar formalitas.
Jika PGRI hanya diam, guru akan terus menjadi korban kebijakan yang setengah hati. PGRI harus mampu menjadi organisasi profesi guru yang berani membela kepentingan guru.
Komentar Omjay guru blogger Indonesia
Menurut Omjay (Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd), Guru Blogger Indonesia, reformasi pendidikan tidak bisa ditunda lagi:
"Kalau Vietnam bisa, mengapa Indonesia tidak bisa? Semua tergantung pada kemauan politik kita. Guru adalah kunci utama. Naikkan gaji guru, berikan pelatihan berkualitas, dan hargai profesinya. Jangan biarkan guru terus dibebani masalah birokrasi tanpa kejelasan kesejahteraan. Indonesia Emas 2045 hanya bisa tercapai kalau guru diberi tempat terhormat di negeri ini."
Kata-kata Omjay ini sangat menyentuh, dan mengingatkan kita bahwa tanpa guru yang sejahtera, mustahil ada murid yang cerdas. Mari kita tonton pesan pak Rohmani di media sosial TikTok.
https://vt.tiktok.com/ZSDaY969S/
Komentar Pak Rohmani di tiktok
Pak Rohmani, mantan anggota DPR RI dari PKS, juga menekankan pentingnya keberpihakan politik terhadap guru:
"Guru itu bukan sekadar profesi, tapi pilar utama bangsa. Kalau kita serius ingin Indonesia menjadi negara maju di 2045, jangan lagi jadikan guru sebagai kelas dua. Pemerintah harus berani seperti Vietnam: berikan gaji layak, perbaiki sistem rekrutmen, dan kurangi beban administratif. Biarkan guru fokus mendidik anak bangsa."
Komentar ini menegaskan bahwa reformasi pendidikan bukan hanya urusan teknis, melainkan urusan keberanian politik.
Roadmap Menuju 2045
Jika Indonesia ingin mengejar atau bahkan melampaui Vietnam, ada beberapa langkah penting:
1. Meningkatkan anggaran pendidikan secara efektif, bukan hanya besar di atas kertas tapi juga sampai ke sekolah dan guru.
2. Menjamin kesejahteraan guru lewat gaji, tunjangan, dan jaminan sosial.
3. Menguatkan profesionalisme guru lewat pelatihan berkelanjutan dan evaluasi yang adil.
4. Mengurangi birokrasi, agar guru bisa fokus mengajar, bukan mengurus berkas.
5. Membangun kolaborasi antara PGRI, pemerintah, DPR, dan masyarakat untuk bersama-sama mengawal reformasi.
Penutup
Vietnam menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa yang serius mengangkat derajat guru akan menuai hasil nyata. Indonesia punya kesempatan yang sama. Tahun 2045 bukanlah waktu yang lama.
Jika guru terus dipandang sebelah mata, cita-cita Indonesia Emas 2045 hanya akan menjadi jargon. Tetapi jika guru diberi penghargaan setinggi-tingginya, diberi gaji layak, dan dibebaskan dari beban yang tidak perlu, maka Indonesia bisa melahirkan generasi emas yang sesungguhnya.
Guru adalah pelita bangsa, pondasi peradaban, sekaligus arsitek masa depan. Karena itu, reformasi pendidikan harus dimulai dari guru, dan dimulai sekarang juga.
Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah - omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com