Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Mengubah Gagasan Jadi Tulisan. Inilah Kisah Omjay atau Wijaya Kusumah (Omjay), Guru Blogger Indonesia yang kemarin ikut kegiatan mafindo di hotel Royal Kuningan Jakarta. Kami diskusi soal pemanfaatan kecerdasan buatan atau AI, dan setiap gagasan akan menjadi tulisan bila kalian mampu mengubahnya menjadi tulisan yang menarik berkat bantuan kecerdasan buatan. Gagasan yang awalnya mentah menjadi matang berkat bantuan kecerdasan buatan.
Setiap orang sebenarnya memiliki banyak gagasan dalam pikirannya. Gagasan itu bisa muncul dari pengalaman, pengamatan, percakapan, atau bahkan dari perasaan yang paling dalam. Namun sayangnya, tidak semua orang mampu menuangkan gagasan tersebut menjadi sebuah tulisan yang utuh dan bermakna. Padahal, menulis adalah cara paling sederhana namun paling ampuh untuk mengabadikan gagasan agar tidak hilang ditelan waktu.
Menulis bukan hanya soal kemampuan merangkai kata, tetapi tentang keberanian menuangkan isi pikiran ke dalam bentuk yang bisa dibaca dan dipahami orang lain. Dalam proses inilah, gagasan yang tadinya hanya berputar-putar di kepala berubah menjadi karya nyata. Banyak orang yang memiliki ide cemerlang, tetapi karena tidak menuliskannya, ide itu menguap begitu saja. Seperti kata pepatah lama, "Ide yang tidak ditulis sama dengan ide yang hilang."
Sebagai seorang guru sekaligus blogger, saya (Omjay) sering menemui banyak rekan guru dan siswa yang sebenarnya memiliki banyak ide menarik untuk ditulis. Mereka ingin menulis pengalaman mengajar, kisah inspiratif, atau pandangan tentang dunia pendidikan. Namun kendala terbesar mereka bukan pada kekurangan ide, melainkan pada ketakutan untuk memulai. Mereka sering berkata, "Saya tidak tahu harus mulai dari mana," atau "Takut tulisan saya jelek." Padahal, sejatinya tulisan yang baik itu lahir dari keberanian untuk menulis dan kesediaan untuk belajar dari proses.
Langkah pertama dalam mengubah gagasan menjadi tulisan adalah menangkap ide itu dengan cepat. Saat gagasan muncul, segeralah catat, baik di buku kecil, ponsel, atau bahkan di secarik kertas. Jangan biarkan ide itu pergi begitu saja. Ide bagaikan kupu-kupu --- indah tapi cepat menghilang bila tidak segera ditangkap.
Langkah kedua adalah mengembangkan gagasan tersebut menjadi kerangka tulisan. Misalnya, bila idemu tentang "guru yang inspiratif", buatlah poin-poin penting seperti: siapa tokohnya, apa yang membuatnya inspiratif, pengalaman apa yang berkesan, dan nilai apa yang bisa dipetik. Dengan kerangka ini, kita punya panduan arah menulis agar tidak keluar jalur.
Langkah ketiga adalah menulis draf pertama tanpa takut salah. Jangan pikirkan dulu soal ejaan, tanda baca, atau keindahan kalimat. Biarkan ide mengalir apa adanya. Tulisan pertama sering kali belum sempurna, tapi di situlah keindahan proses menulis. Setelah selesai, barulah masuk ke tahap revisi dan penyuntingan, di mana kita memperbaiki tata bahasa, menambah ilustrasi, dan memperkuat pesan utama.
Menurut Omjay, menulis itu ibarat memasak. "Kalau bahan-bahannya sudah ada, tinggal kita olah dengan cara yang benar. Kadang rasanya belum pas, tapi lama-lama kita akan terbiasa menakar bumbu dan tahu mana yang enak dibaca," ujarnya sambil tersenyum. Artinya, semakin sering kita menulis, semakin tajam kemampuan kita mengubah gagasan menjadi tulisan yang menggugah.
Selain itu, penting juga untuk menemukan gaya menulis sendiri. Jangan terlalu sibuk meniru orang lain. Biarkan tulisanmu mencerminkan kepribadianmu. Seorang penulis sejati menulis dengan hati, bukan dengan ambisi. Tulis apa yang kamu yakini, rasakan, dan alami. Dengan begitu, pembaca akan merasakan kejujuran dan kedalaman pesanmu.
Dalam dunia pendidikan, kemampuan menulis menjadi sangat penting. Guru yang mampu menulis akan lebih mudah menyebarkan gagasannya dan menginspirasi banyak orang. Tulisan guru bisa menjadi refleksi, catatan pembelajaran, bahkan solusi bagi permasalahan di dunia pendidikan. Karena itu, Omjay sering mengingatkan para guru: "Jangan biarkan gagasanmu berhenti di kepala. Tulislah, dan biarkan dunia tahu bahwa guru juga bisa berkarya melalui tulisan."
Proses menulis memang membutuhkan waktu, ketekunan, dan latihan terus-menerus. Tak ada penulis hebat yang lahir dalam semalam. Semua melalui proses panjang penuh revisi dan pembelajaran. Tapi percayalah, setiap tulisan yang lahir dari kejujuran hati akan menemukan pembacanya.
Akhirnya, mengubah gagasan menjadi tulisan adalah perjalanan menuju kedewasaan berpikir. Saat kita menulis, kita sebenarnya sedang berdialog dengan diri sendiri kemudian menyusun ulang pikiran, menimbang makna, dan menemukan jati diri. Tulisan bukan hanya untuk dibaca orang lain, tapi juga untuk memahami diri sendiri dengan lebih baik.
Omjay selalu berpesan, "Menulislah setiap hari, walau hanya satu paragraf. Karena dari satu paragraf itulah lahir seribu gagasan baru yang bisa mengubah dunia." Maka jangan tunggu sempurna untuk mulai menulis. Mulailah sekarang, dari apa yang kamu pikirkan dan rasakan. Sebab, dunia membutuhkan gagasanmu dan tulisanmu adalah jembatan agar gagasan itu abadi. Mari kita tonton video 3 Rahasia unik mengubah ide mentah menjadi tulisan matang di bawah ini.
https://www.youtube.com/watch?v=KYDSB7ooUI4
Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah - omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com