Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Guru

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Kisah Omjay Asyiknya Menulis dan Mencerahkan Semua Akhirnya Jadi Sarjana di Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

19 November 2025   08:54 Diperbarui: 19 November 2025   08:54 138 2 1


Kisah omjay guru blogger indonesia kali ini adalah: Asyiknya Menulis dan Mencerahkan Semua. Guru dapat Menjadikan Kelas Bersinar dan Guru Tetap Tangguh Berhati Cahaya dari apa yang dituliskannya. Uangpun mengalir dari rezeki yang datang tak terduga. Kisah Omjay Asyiknya Menulis dan Mencerahkan Semua Akhirnya Jadi Sarjana di pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Di tengah hiruk-pikuk dunia pendidikan yang semakin kompleks, salah satu keterampilan yang sering terlupakan namun memiliki kekuatan luar biasa adalah menulis. Padahal, menulis bukan hanya aktivitas menuangkan kata-kata, tetapi sebuah proses menyelami makna, memperjelas pikiran, dan membangun jembatan antara pengalaman dan pengetahuan.

Bagi seorang guru, menulis dapat menjadi cahaya sekaligus penerang dalam perjalanan panjang pengabdian yang kadang melelahkan, kadang membahagiakan, namun selalu bermakna. Melalui tulisan, seorang guru dapat menemukan versi terbaik dari dirinya: reflektif, peka, kreatif, dan terus berkembang.

Tidak heran bila guru yang terbiasa menulis sering terlihat lebih bijak dalam mengambil keputusan, lebih sabar menghadapi dinamika kelas, dan lebih mampu melihat hal-hal kecil yang kerap luput dari orang lain. Menulis menjadikan guru bukan hanya pengajar, tetapi juga penjaga api pengetahuan, pelestari pengalaman, serta pengabdi ilmu yang berhati terang.

IPK Omjay/dokpri
IPK Omjay/dokpri

Menulis Sebagai Cahaya Batin Guru

Menulis dapat menjadi refleksi harian yang membantu guru memahami apa yang terjadi di kelas. Setiap pembelajaran membawa cerita. Ada tawa, ada tanya, bahkan ada air mata. Semua itu sering berlalu tanpa sempat dipahami secara mendalam. Padahal di balik setiap kejadian ada hikmah dan pelajaran.

Ketika seorang guru menulis catatan harian pembelajaran, ia sesungguhnya sedang melakukan dialog batin dengan dirinya sendiri: Apa yang berhasil hari ini? Mengapa aktivitas tertentu berjalan lancar? Mengapa ada siswa yang tampak tidak semangat? Apa yang bisa diperbaiki esok hari?

Dari sinilah cahaya muncul. Guru mulai menyadari bahwa tidak ada hari yang benar-benar buruk. Setiap hari selalu menyimpan hal baik yang dapat dicatat, dipahami, dan diambil manfaatnya. Menulis menjadikan guru lebih tangguh, karena ia terbiasa melihat sisi terang dalam setiap situasi.

Alumni dan siswa SMP Labschool Jakarta/dokpri
Alumni dan siswa SMP Labschool Jakarta/dokpri

Asyiknya Menulis di Kelas: Ketika Siswa Menemukan Suaranya

Menulis bukan hanya untuk guru. Kelas yang aktif menulis adalah kelas yang hidup. Di dalamnya, siswa tidak sekadar menerima pengetahuan, tetapi juga mengolah dan mengekspresikan apa yang mereka pahami. 

Guru yang membiasakan siswanya menulis akan melihat perubahan besar: siswa menjadi lebih percaya diri, lebih jujur terhadap dirinya sendiri, dan lebih terampil mengkomunikasikan ide.

Menulis memberi ruang bagi siswa untuk memiliki "suara". Bahkan siswa yang pendiam sekalipun akan menemukan keberanian ketika ia diberi kesempatan mengekspresikan pikirannya melalui tulisan. 

Kadang tulisan menjadi cara terbaik bagi siswa untuk menyampaikan emosi yang tidak bisa mereka ucapkan. Menulis menjadi media yang dapat digunakan untuk menampilkan pikiran yang terpendam di dalam hati.

Kelas pun menjadi tempat yang lebih manusiawi, lebih penuh empati, lebih kaya makna. Kelas menjadi terasa menyenangkan untuk semua karena menulis membuat mereka nyasman dengan apa yang dipikirkan.

Tips dan Trik Implementasi Menulis yang Mencerahkan di Kelas

Agar kegiatan menulis dapat membawa cahaya dalam pembelajaran, beberapa langkah sederhana dapat dilakukan oleh guru di satuan pendidikan mana pun.

1. Mulai dengan Catatan Harian Singkat (5 sampai 7 menit di awal atau akhir pelajaran)

Ajak siswa menulis refleksi pendek:

Apa hal paling menarik hari ini?

Apa yang kamu pahami?

Apa hal yang ingin kamu tanyakan?

Apa perasaanmu selama belajar?

Latihan singkat ini melatih kepekaan, memperkuat memori belajar, dan memperbaiki proses berpikir siswa.

2. Gunakan Free Writing Tanpa Takut Salah

Berikan 3 sampai 5 menit bagi siswa untuk menulis apa saja tanpa berhenti. Tidak perlu terlalu memikirkan ejaan atau tata bahasa. Tujuannya adalah membebaskan pikiran dan membiasakan mereka menulis dari hati. Ini sangat efektif untuk membangun keberanian.

3. Buat "Pojok Cahaya Tulisan" di Kelas

Pajang karya-karya terbaik siswa di dinding kelas. Dengan begitu, siswa merasa dihargai dan terdorong untuk menghasilkan tulisan yang lebih baik. Guru bisa memberi judul:
"Cahaya Karya Kita" sebagai simbol bahwa setiap tulisan memiliki sinarnya masing-masing.

4. Gunakan Menulis Sebagai Alat Pemahaman Materi

Misalnya setelah menjelaskan materi, mintalah siswa menulis kembali:

Kesimpulan pelajaran

Contoh nyata di sekitar mereka

Satu pertanyaan yang masih mereka pikirkan

Kegiatan ini meningkatkan pemahaman sekaligus memperkuat kemampuan berpikir kritis.

5. Jadikan Menulis Sebagai Rutinitas Mingguan Guru

Guru pun perlu menulis. Bentuknya bisa beragam:

jurnal harian pembelajaran

catatan refleksi

dokumentasi praktik baik

kisah inspiratif

artikel untuk Kompasiana atau blog

Guru yang menulis sesungguhnya sedang mengabadikan perjalanan pengabdian. Suatu saat, catatan itu bukan hanya bermanfaat bagi dirinya, tetapi juga bagi guru-guru lain yang sedang belajar dari pengalamannya.

6. Gunakan Platform Digital untuk Mendukung Budaya Menulis

Di era digital, guru dapat memanfaatkan blog, Google Docs, atau platform edukasi untuk tempat publikasi karya siswa. Mereka akan bangga mengetahui bahwa tulisannya tidak hanya dibaca guru, tetapi juga oleh orang lain.

7. Berikan Umpan Balik yang Menguatkan, Bukan Menghakimi

Dalam menulis, kepercayaan diri adalah kunci. Guru sebaiknya memberi komentar positif terlebih dulu sebelum menyampaikan perbaikan teknis. Dengan begitu, siswa tidak takut mencoba lagi.

Catatan Harian Guru Tangguh Berhati Cahaya

Pada akhirnya, menulis bukan hanya kegiatan akademik. Menulis adalah perjalanan batin. Guru yang menulis setiap hari akan melihat bahwa dirinya perlahan berubah menjadi pribadi yang lebih peka, lebih sabar, dan lebih kuat.

Seorang guru tangguh bukan berarti tidak pernah lelah, tetapi ia selalu menemukan cara untuk menjaga cahayanya tetap menyala. Menulis adalah salah satu cara itu.

Dalam setiap goresan pena, guru meletakkan sepotong jiwanya dan catatan demi catatan yang suatu hari bisa menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya. Kelas pun ikut bercahaya ketika gurunya bersinar melalui tulisan.

Karena itu, mari kita hidupkan budaya menulis di sekolah.
Mari jadikan menulis sebagai cahaya.
Cahaya bagi guru.
Cahaya bagi siswa.
Cahaya bagi pendidikan Indonesia.

Salam blogger peraahabatan
Wijaya Kusumah - omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com

Omjay Guru Blogger Indonesia/dokpri
Omjay Guru Blogger Indonesia/dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2