Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Jam Kerja Guru Kok Agak Laen? Inilah kisah Omjay tentang Jam Kerja Guru, Kebijakan yang Perlu Direfleksi Ulang: Suara Lapangan, Suara Keadilan. Semoga bermanfaat buat pembaca kompasiana. Mari kita tonton videonya di https://www.youtube.com/watch?v=CxdMLHdOOMI
Pembahasan tentang jam kerja guru kembali ramai dibicarakan dalam beberapa minggu terakhir. Isu ini mencuat setelah Kang Dedi Mulyadi (KDM) angkat bicara mengenai ketidakadilan yang sering dialami guru terkait aturan kehadiran dan durasi kerja.
Menurutnya, guru sudah berangkat sejak subuh dan tiba di sekolah lebih awal dibanding banyak profesi lain. Karena itu, menurut KDM, tidak adil jika guru harus dipaksa bertahan hingga pukul 15.00 atau bahkan lebih, padahal inti pekerjaan mereka sudah selesai sejak 13.30 WIB.
Pernyataan tegas KDM ini langsung mendapat sambutan luas. Banyak guru merasa suaranya akhirnya terwakili. Guru bukan sekadar menghadirkan diri di sekolah. Mereka hadir penuh beban, penuh tanggung jawab moral, dan penuh tuntutan profesional.
Guru bukan hanya berdiri di depan kelas dan mengajar. Mereka menata kelas, merancang pembelajaran, mengoreksi tugas, memetakan karakter peserta didik, menyusun administrasi, mendampingi kegiatan sekolah, hingga melakukan komunikasi intens dengan orang tua siswa. Beban emosional dan mental ini tak pernah tercatat dalam absen sidik jari.
Karena itu, jika ada pihak yang menyamakan guru dengan pegawai yang "hanya hadir, absen, lalu bermain HP sepanjang waktu", tentu saja itu sebuah kekeliruan besar. Profesinya berbeda, tanggung jawabnya berbeda, dan logika kerjanya berbeda.

Setelah HUT PGRI ke-80 yang Meriah, Refleksi Semakin Diperlukan
Ramainya polemik ini muncul tak lama setelah perayaan HUT PGRI ke-80 di BritAma Arena Kelapa Gading yang berlangsung sangat meriah, kolosal, dan penuh kehangatan. Ribuan guru hadir dengan biaya mandiri, menunjukkan loyalitas dan cinta yang luar biasa terhadap organisasinya.
Namun di balik kemeriahan itu, masih tersimpan banyak pekerjaan rumah. Semangat organisasi, perjuangan guru, serta marwah PGRI perlu terus diperkuat agar tidak hanya menjadi euforia sesaat.
Perayaan itu menjadi pengingat bahwa betapa kuatnya energi kolektif guru Indonesia. Tetapi energi tersebut harus dituntun oleh kebijakan yang adil dan pemahaman mendalam terhadap tugas guru di lapangan.
Negara Berdasarkan Hukum, Begitu Pula PGRI
Untuk mewujudkan semua aspirasi dan perbaikan, diperlukan refleksi dan tindakan yang konsisten. Negara berdiri di atas hukum; demikian pula PGRI sebagai organisasi profesi, ketenagakerjaan, dan perjuangan. Oleh sebab itu, AD/ART, Peraturan Organisasi (PO), dan seluruh aturan yang disepakati dalam forum organisasi harus menjadi pedoman utama dalam bergerak.
Menjaga marwah PGRI berarti menjaga agar roda organisasi berjalan sesuai relnya---transparan, demokratis, dan berorientasi pada kemaslahatan guru. PGRI tidak boleh kehilangan arah hanya karena tarik-menarik kepentingan, apalagi sampai terjebak pada permainan kelompok tertentu.
Sudah waktunya PGRI kembali menata dan mengorkestrasi relasi dengan semua pengelola guru. Siapa yang menjadi pemilik kebijakan, siapa yang menjadi pelaksana organisasi, dan siapa yang seharusnya tidak intervensi, semua harus ditempatkan pada posisi yang tepat. Pihak-pihak yang tidak semestinya masuk dalam politik organisasi harus tetap berada di jalurnya sebagai pengelola kebijakan pendidikan, bukan aktor internal organisasi.
Dengan penataan ini, perjuangan dapat lebih fokus: menjadikan guru dan PGRI benar-benar jaya, solid, dan dihargai secara layak.
Suara Ketua Umum PB PGRI: Dimana Ada Guru, Di Situ Ada PGRI
Selain suara KDM tentang jam kerja guru, Ketua Umum PB PGRI, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd, turut memberikan penegasan penting. Beliau menyampaikan bahwa PGRI akan terus menjadi rumah besar bagi seluruh guru Indonesia, tanpa kecuali. Dalam berbagai pidato dan kesempatan, beliau selalu menekankan:
"Dimana ada guru, di situ ada PGRI. Dan PGRI akan selalu bersama guru Indonesia."
Pesan ini bukan sekadar slogan. Ini adalah janji organisasi bahwa guru tidak akan berjalan sendirian di tengah tantangan zaman, tekanan administratif, maupun kebijakan yang sering berubah-ubah.
PGRI hadir bukan hanya pada saat perayaan, tetapi pada saat guru menghadapi persoalan nyata: mulai dari perlindungan profesi, kesejahteraan, hingga pembelaan saat mereka diperlakukan tidak adil.
Saatnya Kebijakan Memahami Realitas Lapangan
Realitas di lapangan jelas: tugas guru bukan hanya mengajar. Mereka mendidik, membentuk karakter, menjadi teladan, menjadi konselor, dan sering kali menjadi orang tua kedua bagi siswa-siswinya.
Karena itulah kebijakan tentang jam kerja guru harus dibuat dengan empati dan pemahaman, bukan sekadar berdasarkan angka, jam hadir, atau administrasi absensi. Jika guru sudah mengajar dari pagi buta, maka memaksa mereka bertahan tanpa pekerjaan jelas hingga sore bukan hanya tidak efektif, tetapi juga merugikan kesehatan mental dan fisik guru.
Tugas pendidikan bukan hanya soal disiplin waktu, melainkan tentang kualitas interaksi manusia.
Solidaritas Guru Indonesia: Waktunya Diimplementasikan
Energi besar guru Indonesia sudah terlihat. Solidaritas sudah terasa. Yang dibutuhkan sekarang adalah implementasi nyata:
Jika semuanya berjalan harmonis, maka perubahan besar dalam dunia pendidikan tidak lagi menjadi harapan, tetapi kenyataan. Salam sehat untuk semua guru Indonesia. Teruslah berjuang, teruslah menginspirasi, dan teruslah menjaga marwah profesi.
Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah - omjay
Guru blogger indonesia
