Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com
Ini kali kedua saya nekat berjalan-jalan setelah wabah covid-19 merebak.
Kali ini, saya ingin menjelajahi waduk di Malang Selatan yang menampilkan atraksi keindahan alam dengan apik. Mulanya, saya ingin mengunjungi Waduk Karangkates yang berada di Sumberpucung Kabupaten Malang.
Saya juga sengaja memilih kunjungan pada hari Rabu agar saya bisa menikmati keheningan dan tak banyak pengunjung yang datang. Maklum, saya masih takut jika berada di tempat dengan banyak keramaian orang. Sedari pukul 7 pagi pun saya sudah berangkat dari Kota Malang.
Meski sempat berhenti di bebera titik di Kota Kepanjen untuk sarapan, tetapi akhirnya sekitar pukul setengah 9 pagi saya sudah tiba di pintu gerbang wisata tersebut. Apes, saya harus menelan kekecewaan karena tempat ini masih ditutup hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Lah, ternyata masih belum buka. Saya pun memutar otak agar perjalanan saya tak sia-sia. Maka, mau tak mau Bendungan Lahor pun menjadi alternatif berikutnya. Bendungan ini sendiri berada di sisi utara dari Bendungan Karangkates.
Hanya saja, tak seperti Bendungan Karangkates, pengunjung hanya perlu membayar tiket seharga 1.000 rupiah. Tak ada tempat parkir di sana. Biasanya, para pengunjung hanya memarkirkan motornya pada jembatan yang berdiri di atas bendungan ini.
Jembatan ini sendiri merupakan jembatan perbatasan antara Kabupaten Malang dengan Kabupaten Blitar. Saya ragu jika akan memarkir kendaraan saya di sana karena pada salah satu sisi jermbatan ada tanda dilarang berhenti.
Tak hanya itu, bagian yang menjadi tempat pengunjung untuk parkir dan duduk ternyata sedang direnovasi. Bagian tersebut ditutup seng dan tampak dari kejauhan ada beberapa pekerja yang sibuk memasang berbagai peralatan. Saya jadi bingung, motor saya enaknya diparkir di mana ya?
Akhirnya saya memutuskan untuk memarkir motor di warung lesehan yang berada di sisi selatan jembatan. Warung tersebut sudah mulai buka meski tidak terlalu ramai. Meski ditanyai oleh tukang parkir, tetapi setelah saya beri penjelasan hanya akan memoto lanskap alam di jembatan, akhirnya ia memberi izin.
Saya pun bergegas menuju jembatan dan berjalan untuk mengambil gambar. Pemandangan indah pun saya dapat dan cukup menghibur hati ketika tak bisa berjalan-jalan. Di sisi jembatan yang dekat dengan pegunungan, tampak beberapa pengendara yang memelankan laju motornya.
Saya memutuskan untuk menyeberang jalan yang berada di sisi jembatan yang dekat dengan waduk. Di sini, mulai ada beberapa pengunjung yang berhenti untuk duduk-duduk sambil berfoto. Ada pengunjung yang berasal dari Blitar dan ada yang dari Malang. Itu terlihat dari nomor plat motor mereka. Ada yang yang plat motornya AG dan ada yang N. Tak hanya itu, dari logat bicara saja, sudah ketahuan mana yang berasal dari Blitar dan mana yang berasal dari Malang.
Mereka yang berasal dari Blitar akan berbicara dengan logat Mataraman yang kental. Seperti piye, kowe, dan sebagainya. Sementara mereka yang berasal dari Malang akan terlihat jelas dari logat Kawasan Arek seperti kata koen, yokopo, dan lain sebagainya. Unik juga mendengar dua logat bahasa itu berkumpul di Jembatan Lahor ini.
Walau sekolah sudah masuk dengan pembelajaran online, tetapi ternyata masih bisa disambi ya dengan jalan-jalan. Entah kapan ini bisa terus berlangsung yang pasti sekarang anak-anak masih bisa bersekolah sembari berekreasi ke waduk, mall, pasar, atau pun tempat olahraga. Yang penting bukan ke sekolah ya.
Sayangnya, hampir 90 persen fasilitas umum tersebut tutup. Tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Sebuah hotel yang cukup besar pun terlihat mangkrak. Wabah covid-19 benar-benar memukul dunia pariwisata.
Terlebih, di Bendungan Lahor ini yang menjadi pintu gerbang dari dua kota. Mau tak mau akan pengecekan di tiap sisi gerbangnya. Walau PSBB sudah dilonggarkan, tetap saja ada petugas, baik dari Pemkab Malang atau pun Pemkab Blitar yang berjaga.
Mereka menanyakan tujuan pengendara, apakah akan berwisata ke waduk atau hanya lewat saja. Meski banyak penglaju yang kurang nyaman, ini tentu untuk kebaikan bersama. Mengingat, penularan wabah covid-19 masih tinggi.
Saya tidak tahu kapan wisata di Bendungan Lahor ini akan normal kembali. Memang akan sangat lama tetapi akan ada saja penglaju dari Malang dan Blitar yang singgah di sini. Sebuah ritual yang rasanya sulit ditinggalkan meski sebentar. Menikmati suguhan alam diantara dua kota yang memiiki logat Bahasa Jawa berbeda tetapi tidak bisa dipisahkan antara satu dan lainnya.