Ikrom Zain
Ikrom Zain Tutor

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Video Artikel Utama

Berasa Kereta Pribadi, Suasana Sepi Mewarnai Perjalanan KRD Sidoarjo-Indro di Suatu Pagi

24 Mei 2021   20:01 Diperbarui: 25 Mei 2021   14:45 9446 13 3

Bagian dalam gerbong KRD Sidoarjo| Dokumentasi Pribadi
Bagian dalam gerbong KRD Sidoarjo| Dokumentasi Pribadi
Akhirnya saya keturutan naik Kereta Rel Diesel (KRD) baru yang diresmikan PT KAI beberapa bulan lalu.

KRD tersebut adalah KRD Sidoarjo -- Indro yang baru beroperasi sejak Februari 2021. Saya begitu ingin naik KA ini karena merupakan KA perintis dari jalur yang sudah lama mati

Sejak membaca unggahan di Grup Railfans Indonesia, saya sudah sakaw ingin mencicipi bagaimana serunya naik KA ini. Sayang seribu sayang dengan pandemi yang masih merebak dan jadwal saya yang padat, keinginan ini baru sebatas ilusi.

Untungnya, saat akan ke Jogja dengan naik KA Sri Tanjung, tetiba saya melihat jadwal KRD ini pas dengan jadwal saya. Saya bisa naik KA Penataran dari Malang menuju Sidoarjo dulu. Dari Sidoarjo, saya bisa sejenak rehat untuk sarapan dan melanjutkan perjalanan naik KRD ini menuju Surabaya Gubeng. 

Mulanya sih saya mau bablas sampai Indro yang merupakan daerah industri di Kota Gresik. Hanya saja waktu kembali yang mepet dengan keberangkatan KA Sri Tanjung membuat saya mengurungkan niat itu. Daripada ketinggalan kereta ke Jogja ya wak.

KRD ini hanya melayani satu kali perjalanan PP dari Sidoarjo menuju Indro, Gresik. Di sepanjang perjalanan yang membutuhkan total waktu 2 jam ini, kereta akan berhenti di 10 stasiun. 

Kesepuluh stasiun tersebut antara lain Sidoarjo, Gedangan, Waru, Wonokromo, Surabaya Gubeng, Surabaya Pasar Turi, Tandes, Kandangan, dan berakhir di Stasiun Indro. Wah menarik sekali nih. Saya masih ingat Stasiun Tandes yang dekat sekali dengan Food Junction Grand Pakuwon. Saya bisa ke sana naik kereta ini.

Namun, perkiraan saya jika kereta ini akan berhenti di beberapa halte ternyata meleset. Saya kira, halte-halte di sepanjang jalur Sidoarjo dan Surabaya Gubeng bisa beroperasi jika dilalui KRD ini. 

Beberapa halte tersebut adalah Pagerwojo, Jemursari, Ngagel, dan Margorejo. KRD ini tidak melalui halte tersebut. Padahal, saya ingin sekali naik KRD dan turun di Halte Margorejo. Halte yang terletak tepat di seberang Royal Plaza ini bisa saya gunakan jika akan ke mall tersebut. Sayang sekali ya.

Bagian luar KRD Sidoarjo - Indro. - Dokumentasi Pribadi
Bagian luar KRD Sidoarjo - Indro. - Dokumentasi Pribadi
Jadwal keberangkatan dengan beberapa kereta lokal lain membuat KRD ini juga tidak banyak dipilih. Masyarakat Sidoarjo masih lebih memilih Kereta Lokal Bojonegoro jika akan menuju Surabaya. Padahal, jumlah tempat duduk Kereta Lokal Bojonegoro cukup terbatas. 

Kereta Lokal Bojonegoro juga menggunakan rangkaian K3 pada umumnya. Jadwal kereta ini juga terpaut hanya 15 menit dari KRD yang saya pilih. Makanya, ketika saya menuju KRD bercat kuning tersebut, kondisi dalam kereta masih sepi. Berbanding terbalik dengan Kereta Lokal Bojonegoro yang sudah penuh.

Sepinya kondisi kereta menyebabkan saya bisa leluasa mengambil gambar tanpa malu atau takut dilihat orang. Serasa kereta pribadi nih. Kalau kewarasan saya mulai sengklek, bisa-bisa saya catwalk di sepanjang koridor kereta saking sepinya.

Saya suka dengan livery KRD ini yang didominasi warna kuning sama dengan warna bagian luarnya. Warna kuning yang menyala membuat semangat saya dalam menaiki KRD ini bertambah. Warna kuning juga membuat saya tidak bosan berada di dalam kereta yang biasanya didominasi warna putih atau telur asin.

Suka dengan livery kereta yang fresh. - Dokumentasi Pribadi
Suka dengan livery kereta yang fresh. - Dokumentasi Pribadi
Sama dengan KRD lainnya, KRD ini terdiri dari beberapa gerbong didukung oleh satu atau lebih mesin diesel on-board. Livery dalam kereta juga hampir sama dengan KRD lain hanya saja tempat duduk KRD ini menyamping. 

Berbeda dengan KRD Jenggala atau Prameks yang saling berhadapan. Pintu otomatis masih berfungsi dengan baik. Demikian pula AC yang terasa sejuk sehingga panasnya udara Sidoarjo dan Surabaya tidak begitu menyengat jika di dalam kereta. 

Imbauan untuk melakukan physical distancing juga tampak masih terpasang rapi dan dipatuhi oleh penumpang meski ada saja yang masih melanggar.

Penumpang kereta yang tidak banyak. - Dokumentasi Pribadi
Penumpang kereta yang tidak banyak. - Dokumentasi Pribadi
Kecepatan kereta juga cukup cepat melaju di petak Sidoarjo dan Surabaya yang dikenal cukup padat. Waktu berhenti tiap stasiun juga tak begitu lama sekitar 3 hingga 5 menit saja. 

Kereta hanya berhenti cukup lama di Stasiun Waru karena harus menunggu beberapa kereta lain yang akan melintas. Jadi, waktu tempuh dari Sidaorjo ke Surabaya Gubeng hanya memerlukan 50 menit saja dari total sekitar 2 jam jika sampai ke Stasiun Indro Gresik.

Bagi saya, kereta yang tiketnya hanya 5 ribu rupiah ini cukup nyaman dan terekomendasi digunakan. Paling tidak, dengan rendahnya okupansi kereta, kekhawatiran saya untuk berkerumun dengan banyak orang bisa sedikit berkurang. 

Sayang, sama dengan beberapa Railfans lain, saya masih menggap kereta ini perlu mendapatkan evaluasi terutama mengenai jadwal.

Kereta berhenti di Stasiun Gedangan selama beberapa menit. - Dokumentasi Pribadi
Kereta berhenti di Stasiun Gedangan selama beberapa menit. - Dokumentasi Pribadi
Kereta ini berangkat pukul 10 pagi dari Sidoarjo dan sekitar pukul setengah 1 siang dari Indro Gresik. Lalu, segmen masyarakat manakah yang dibidik oleh kereta ini? 

Apakah penglaju Sidoarjo-Surabaya-Gresik yang setiap hari berangkat bekerja atau mereka yang sedang jalan-jalan saja dan memiliki keperluan tertentu yang tidak setiap hari menaiki kereta ini?

Bagi saya, waktu keberangkatan tersebut cukup nanggung jika membidik segmen para penglaju atau pekerja. Siapa sih yang berangkat kerja pukul 10 pagi atau pulang kerja pukul setengah 1 siang?

Kalau saja kereta ini disusun lagi jadwalnya, maka kemungkinan okupansinya bisa lebih baik. Semisal, ada keberangkatan pagi dari Sidoarjo atau sore dari Indro Gresik. 

Kereta juga tidak berjalan satu kali PP tetapi bisa ditambah hingga 2 atau 3 kali. Apalagi, kalau KRD ini melewati halte-halte tak terpakai di sekitar Surabaya, bisa jadi masyarakat akan mulai berpikir untuk menggunakannya. 

Lumayan lho jika saya bisa naik sampai halte yang dekat Royal Plaza. Saya bisa hemat untuk ongkos ojek daring beberapa ribu rupiah.

Tanda social distancing pada kursi kereta. - Dokumentasi Pribadi
Tanda social distancing pada kursi kereta. - Dokumentasi Pribadi
Meski begitu, apresiasi terhadap PT KAI yang menyediakan KRD pada jalur yang telah lama mati ini layak diapresiasi. Sekadar informasi, meski Gresik bertetangga dengan Surabaya, tetapi kota ini menjadi salah satu kota di Gerbangkertosusila yang memiliki jalur mati. 

Kondisinya berbeda dengan saudaranya di Sidoarjo, Lamongan, atau Mojokerto. Jika mau naik kereta, orang Gresik ya harus ke Surabaya. Jalur menuju Stasiun Indro ini sebelumnya hanya digunakan sebagai angkutan peti kemas. Itu pun tak berlangsung lama karena dihentikan sejak 2017 lalu. Praktis, jalur ini kembali mati.

Pintu otomatis kereta yang masih terawat baik. - Dokumentasi Pribadi
Pintu otomatis kereta yang masih terawat baik. - Dokumentasi Pribadi
Dengan sepinya okupansi KRD Sidoarjo-Indro ini, saya tak tahu sampai kapan PT KAI tetap mengoperasikannya. Biasanya sih kalau okupansi sepi, maka sebuah kereta tidak lagi dioperasikan. 

Semoga saja KRD ini tetap eksis ya dan jadi salah satu alternatif transportasi menuju Gresik walau dari stasiun pemberhentian terakhirnya masih lumayan jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3