Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com
Setelah mencari tempat, akhirnya saya mendapatkan tempat duduk di emperan toko. Saya pun membeli beberapa buah bakpao isi jamur. Sembari mengamati suasana, saya jadi teringat sebuah jurnal mengenai kriteria sebuah kawasan heritage yang dibangun kembali. Saya mencoba membandingkan apa yang saya amati dengan kriteria yang seharusnya dimiliki olej kawasan tersebut.
Pertama, desain kawasan heritage harus memiliki identitas yang khas. Dalam hal ini, Kya-Kya sudah cukup merepresentasikan kawasan Pecinan di Surabaya. Ikon gapura merah dan lampion beserta beberapa bangunan bersejarah.
Namun, identitas berupa kawasan bisnis dan perdagangan yang dulu menjadi ikon Kembang Jepun belum kentara. Terbukti, masih banyak pengunjung yang mengira bahwa kawasan ini sengaja dibangun sebagai kawasan Pecinan untuk wisata malam.
Kedua, desain kawasan heritage harus mampu menjembatani masa lalu dan masa kini. Meski sekarang bangunan di kawasan Kembang Jepun sudah beralih fungsi, tetapi memori masa lalu harus tetap dirawat.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memasang foto atau memutar video mengenai kawasan Kembang Jepun masa lalu. Cara ini belum dilakukan oleh Pemkot Surabaya karena titik perhatian masih kepada wisata kuliner.
Ketiga, kawasan heritage harus memiliki daya tarik yang membedakan dengan kawasan lain. Mengenai daya tarik ini sebenarnya, Kya-Kya Kembang Jepun sudah memilkinya berupa lampion dan gapura tadi dengan berbagai stan makanan bernuansa Tionghoa.
Beberapa spot berfoto pun juga sudah tersedia. Daya tarik lain yang bisa digali adalah dengan adanya tampilan atau even khusus seputar budaya Tionghoa yang bisa dilakukan dalam periode tertentu.
Semisal, adanya pertunjukan wayang potehi yang belum dimiliki oleh kawasan Pecinan lain. Meski sulit, tetapi jika bisa dilakukan, maka akan menjadi nilai plus tersendiri bagi Kya-Kya Kembang Jepun.