Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com
Selain ketiga kriteria tadi, tentu masalah lalu lintas menjadi pekerjaan tersendiri. Para pengunjung belum banyak menggunakan Suroboyo Bus untuk menuju lokasi Kya-Kya. Padahal, ada halte yang berada dekat dengan Kya-Kya yakni Halte Jembatan Merah.
Halte di sekitar Jalan Veteran tempat angkot dan bus kota pun juga tak berfungsi maksimal. Kondisi ini cukup kontradiktif dengan ramainya tempat parkir yang penuh sesak oleh kendaraan.
Masalah transportasi memang tetap menjadi masalah yang belum terpecahkan terutama di kawasan wisata ramai seperti ini. Pihak Suroboyo Bus juga belum terlihat menyosialisasikan bagaimana cara menggunakan Suroboyo Bus menuju Kya-Kya. Mereka juga belum berniat memperpanjang waktu operasional saat Kya-Kya beroperasi.
Padahal, saat kualifikasi AFC dulu, Suroboyo Bus sempat memperpanjang waktu operasional bus hingga pukul 11 malam. Jika operasional bus bisa diperpanjang, maka banyak pengunjung akan tertarik datang menggunakan transportasi umum dan mengurangi kemacetean.
Nah, konsep yang lebih tertata semestinya bisa dilakukan dengan membagi Kya-Kya Kembang Jepun dalam beberapa zona. Mulai zona untuk kuliner yang menjadi mayoritas, zona untuk belajar sejarah, zona atraksi, dan zona lain yang diperlukan.
Konsep yang lebih tertata akan membuat orang betah kembali datang. Lantaran, biasanya wisata malam semacam ini jika tidak ditata dengan lebih baik, maka akan ditinggalkan. Kya-Kya pun bisa mati suri lagi dan warga Surabaya akan memilih pusat perbelanjaan yang kian menjamur.
Semoga penataan Kya-Kya Kembang Jepun betul-betul bisa lebih terkonsep dan tak semata menonjolkan wisata kuliner. Surabaya sudah bagus menata Alun-Alun barunya yang kini menjadi ikon khas dan tujuan utama ke Surabaya. Tinggal bagaimana Kya-Kya Kembang Jepun ini apakah akan tetap eksis atau kembali tidur.