Isson Khairul
Isson Khairul Jurnalis

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Dokter Rina PhD Deteksi Covid-19 dari Air Mata

24 Desember 2020   09:55 Diperbarui: 24 Desember 2020   10:06 1595 6 0


Ini terobosan baru tentang Covid-19. Yang melakukannya adalah dr. Rina La Distia Nora, SpM(K), PhD., dokter mata dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI). Ia meneliti air mata serta berbagai hal tentang mata, untuk mendeteksi Covid-19. Keren, kan?

Mendeteksi Air Mata

Tiap orang memiliki mata. Tiap mata mengandung air mata. Nah, air mata itulah yang menjadi salah satu poin penelitian dr. Rina La Distia Nora, SpM(K), PhD. Dalam hal ini, ia meneliti air mata, untuk menemukan korelasi antara air mata dengan paparan virus Covid-19. Ini tentu saja merupakan terobosan baru, dalam konteks percepatan penanganan Covid-19.

Pada Sabtu (19/12/2020) lalu, dr. Rina La Distia Nora datang ke Unit Riset Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. Unit Riset RSDC adalah salah satu unit kerja RSDC Wisma Atlet, yang menghimpun lebih dari 20.000 data pasien Covid-19, yang pernah dan yang sedang dirawat di rumah sakit darurat tersebut.

Ribuan data itu, meliputi data medis, data psikis, serta data sosio-ekonomi tiap pasien Covid-19. Data tersebut sebagian besar sudah ditabulasi dan sudah diklasifikasi secara digital. Karena hal itulah, dr. Rina La Distia Nora menjalin kerjasama dengan Unit Riset RSDC Wisma Atlet untuk melakukan penelitian yang dimaksud.

Pada Sabtu (19/12/2020) siang itu, dr. Rina La Distia Nora mempresentasikan model riset yang akan ia lakukan, kepada para tim riset di Unit Riset RSDC Wisma Atlet. Pertama, dr. Rina La Distia Nora mengukur kandungan air mata dengan perangkat Oculus Keratograph. Pasien yang diteliti duduk dengan kedua mata menghadap ke perangkat tersebut.

Oculus Keratograph akan mencatat serta menampilkan data air mata sang pasien secara digital di layar monitor. Dari data itu, akan diketahui, apakah jumlah kandungan air mata sang pasien, normal atau tidak. Dokter Rina La Distia Nora menyebut, Oculus Keratograph secara cermat akan mengukur tingkat kekeringan mata sang pasien.

Hipotesanya, air mata orang yang sudah terpapar Covid-19, cenderung lebih kering dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar. Kedua, dr. Rina La Distia Nora mengambil sampel air mata pasien yang bersangkutan. Tujuannya untuk meneliti kandungan air mata tersebut. Ketiga, mencermati kondisi mata sang pasien, apakah memerah atau tidak.

Keempat, menanyakan secara langsung ke sang pasien, apakah yang bersangkutan merasakan gangguan pada mata atau tidak. Antara lain, apakah ia merasa matanya panas atau tidak. Hasil dari keempat tahap tersebut, ditambah dengan beberapa tahapan lain, akan mengarah ke suatu kesimpulan tentang korelasi mata dengan paparan Covid-19.

Ini terobosan baru tentang percepatan penanganan Covid-19 di tanah air. Dokter Rina PhD melibatkan 144 pasien Covid-19 di RSDC Wisma Atlet sebagai sampel penelitian. Foto: mada mahfud
Ini terobosan baru tentang percepatan penanganan Covid-19 di tanah air. Dokter Rina PhD melibatkan 144 pasien Covid-19 di RSDC Wisma Atlet sebagai sampel penelitian. Foto: mada mahfud

Riset Mata, Riset Strategis

Mayjen TNI AD Dr. dr. Tugas Ratmono selaku Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, juga hadir pada Sabtu (19/12/2020) siang itu. Ia mencermati paparan dr. Rina La Distia Nora dengan sungguh-sungguh. Di kesempatan itu, Tugas Ratmono beberapa kali mendiskusikan rancangan penelitian tentang mata dan Covid-19 tersebut.

Menurut Mayjen Tugas Ratmono, penelitian yang akan dilakukan dr. Rina La Distia Nora itu adalah penelitian yang menarik dan strategis. Pertama, karena ini merupakan terobosan baru di bidang percepatan penanganan Covid-19. Kedua, jika hasil penelitian ini kemudian bisa dipertanggungjawabkan secara medis, tentu biaya mendeteksi Covid-19 akan lebih murah dibandingkan dengan 3 jenis tes saat ini: rapid test antibodi, rapid test antigen, dan swab PCR test.

Mayjen Tugas Ratmono, baik selaku Koordinator RSDC Wisma Atlet, maupun selaku Kepala Pusat Kesehatan Tentara Nasional Indonesia (TNI), mengapresiasi rencana penelitian dr. Rina La Distia Nora tersebut.    Penelitian itu akan melibatkan 144 pasien Covid di RSDC Wisma Atlet sebagai sampel penelitian.

Saat ini, sejumlah tenaga kesehatan di sana, sedang dilatih serta dilibatkan secara aktif dalam proyek penelitian tersebut. Oh, ya, inspirasi penelitian ini didorong oleh sejumlah penelitian, antara lain, di Cina dan Jerman, yang menemukan bahwa ada korelasi antara kondisi mata seseorang dengan kemungkinan yang bersangkutan terpapar Covid-19.

Para peneliti dari kedua negara tersebut meneliti mereka yang pernah terpapar Covid-19 dan telah sembuh dari serangan virus itu. Sementara, sampel penelitian dr. Rina La Distia Nora adalah pasien Covid-19 yang baru saja terpapar dan kemudian diteliti secara intens saat yang bersangkutan menjalani perawatan.

Artinya, apa yang dirasakan pasien Covid-19 yang tengah menjalani perawatan di RSDC Wisma Atlet, yang dijadikan sampel penelitian, akan dicatat secara saksama dari hari ke hari. Karena itulah, pelibatan tenaga kesehatan di sana secara aktif, menjadi salah satu kunci penting keberhasilan penelitian tersebut.

Ini bagian penting dari upaya percepatan penanganan pandemi Covid-19 di tanah air. Dua hingga tiga bulan mendatang, kita sudah akan mendapatkan hasil riset tentang korelasi mata dengan Covid-19 tersebut.

Jakarta 24-12-2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2