Sambil menunggu acara donor darah dimulai, saya berjalan-jalan di dekat lokasi wisata Segoro Gunung. Wilayah ini termasuk tinggi dan udaranya dingin.
Segoro Gunung, dengan keelokan alam dan ketinggian ideal sekitar 1500 meter di atas permukaan laut (mdpl), ternyata menyimpan potensi agrowisata yang belum banyak terjamah. Ini saya ketahui setelah berjalan-jalan di jalan turun di samping tempat wisata Segoro Gunung.
Salah satu komoditas yang menjanjikan untuk dikembangkan di daerah ini adalah labu siam (Sechium edule).
Melintasi jalan yang menurun, saya takjub menjumpai kebun sayur labu siam yang sedang berbuah cukup lebat. Buahnya yang montok berwarna hijau gelap sampai hijau terang bergelantungan di para-para yang sengaja dibuat untuk rambatan. Kebun labu siam ini milik pribadi penduduk yang tinggal di sini.
Melihat hasil pertanian yang menggiurkan ini, jiwa Sarjana pertanian saya yang selama ini dorman ikut meronta.
Tentunya ini bisa menjadi agrowisata yang potensial jika bekerja sama dengan tempat wisata Segoro Gunung Park yang hanya dipisahkan oleh jalan cor, seperti wisata agro di Tawangmangu Wonder Park yang bekerja sama dengan petani untuk agrowisata petik stroberi dan petik lemon.
Para pengunjung wisata bisa diajak wisata agro milik penduduk dengan memetik sendiri labu Siam yang ingin dibeli.
Tentunya dengan dipandu dan dipantau, sehingga pengunjung bisa memetik dengan hati-hati dan dengan cara yang benar, sehingga tidak merusak tanaman.Di saat libur sekolah, banyak orang tua yang mengajak putra putri nya berlibur di wisata alam.
Dengan agrowisata, petani bisa menjual hasil kebunnya langsung ke konsumen. Bagi petani, ini menguntungkan karena harga bisa lebih tinggi dibandingkan jika dijual ke pengepul karena memperpanjang rantai distribusi pemasaran.
Sebaliknya, bagi pembeli, dengan memilih sendiri dan memetik langsung dari pohon, akan memberikan pengalaman memanen tanaman yang menyenangkan, sekaligus bisa mendapatkan harga lebih rendah daripada di pasar.
Pada saat ini, harga labu Siam yang dijual perbiji sekitar 3 ribu rupiah, sedang per kilogramnya mencapai 15 ribu rupiah.
1. Ukuran
Buah berukuran besar biasanya harga justru lebih murah saat dijual/kg. Sedangkan labu Siam baby atau berukuran kecil, harganya lebih mahal.
2. Kualitas
Buah yang cacat biasanya lebih murah daripada buah yang bagus tanpa cacat
Tapi untuk buah yang ditanam secara organik, meski bentuk dan penampilannya kurang bagus, dan bebas pestisida, harganya justru lebih mahal.
3. Pasokan
Saat pasokan melimpah, seperti juga produk lain termasuk komoditas pertanian, maka harga jadi lebih murah. Sebaliknya saat pasokan langka, harga naik.
4. Musim
Saat musim panen, biasanya harga labu Siam turun. Tapi jika permintaan tinggi, maka harga labu Siam menjadi tinggi.
Selain memiliki nilai ekonomis tinggi, budidaya labu siam di Segoro Gunung dapat membuka gerbang agrowisata yang unik dan menarik.
Labu siam dikenal sebagai tanaman yang adaptif dan dapat tumbuh di berbagai ketinggian. Namun, untuk pertumbuhan optimal, labu siam sangat menyukai daerah dataran tinggi dengan curah hujan cukup dan suhu sejuk.
Ketinggian 1500 mdpl di Segoro Gunung sangat ideal karena menawarkan kondisi iklim yang stabil, kelembaban yang memadai, dan suhu rata-rata yang mendukung perkembangan vegetatif dan generatif labu siam.
Dengan kondisi ini, labu siam di Segoro Gunung terlihat tumbuh subur, membuat saya terpukau.
"Pak, ini dijual?" Tanya ayah.
"Apanya?"
"Labu siamnya, Pak!"
"Iya, Pak. Dijual. Tapi yang punya, orangnya sedang bantu-bantu di tempat hajadan!"
"O,ya sudah. Kalau begitu kita lihat-lihat saja boleh, Pak?"
"Monggo!" Jawab sang Bapak yang ternyata bernama Pak Prapto (51 tahun).
Nilai jual labu siam cukup menjanjikan di pasar lokal maupun regional. Permintaan akan sayuran ini relatif stabil karena merupakan bahan masakan populer di berbagai hidangan Indonesia.
Dengan hasil panen yang optimal di Segoro Gunung, petani dapat memasok pasar dengan labu siam segar berkualitas tinggi, langsung dari kebun petani, sehingga menjamin keuntungan yang signifikan, baik untuk petani maupun pembeli atau pengunjung agrowisata.
Potensi keuntungan labu siam tidak berhenti pada penjualan hasil panen. Konsep agrowisata labu siam dapat meningkatkan nilai jual secara eksponensial.
Bayangkan sebuah destinasi di mana pengunjung tidak hanya membeli labu siam, tetapi juga:
1. Memetik Langsung
Pengalaman memetik labu siam segar langsung dari pohonnya akan menjadi daya tarik utama, terutama bagi keluarga dan anak-anak.
2. Edukasi Pertanian
Pengunjung dapat belajar tentang budidaya labu siam, mulai dari penanaman, perawatan, hingga panen, serta manfaat nutrisi dari labu siam.
3. . Kuliner Labu Siam
Area kuliner yang menyajikan berbagai olahan labu siam, mulai dari sayur lodeh, tumis, hingga inovasi kuliner seperti keripik labu siam atau jus labu siam.
4. Produk Olahan
Pengembangan produk olahan berbahan dasar labu siam seperti manisan, selai, atau bahkan sabun herbal dari ekstrak labu siam dapat menjadi cenderamata unik.
1. Lanskap Alam yang Indah
Berada di ketinggian 1500 mdpl, agrowisata labu siam akan menawarkan pemandangan pegunungan yang memukau, udara segar, dan suasana yang tenang, jauh dari hiruk pikuk perkotaan.
2. Eduwisata yang Interaktif
Pengunjung dapat terlibat langsung dalam proses pertanian, memberikan pengalaman edukatif yang lebih mendalam dan berkesan dibandingkan hanya melihat atau membeli.
3. Potensi Wisata Tematik
Agrowisata labu siam dapat dikembangkan menjadi bagian dari paket wisata tematik yang menggabungkan kegiatan pertanian dengan aktivitas lain seperti trekking, camping, atau kunjungan ke situs budaya lokal.
4. Dukungan Komunitas Lokal
Dengan melibatkan masyarakat sekitar dalam pengelolaan agrowisata, akan tercipta lapangan kerja baru dan peningkatan kesejahteraan ekonomi lokal.
5. Peluang Konservasi
Budidaya labu siam yang berkelanjutan dapat menjadi contoh pertanian ramah lingkungan, sekaligus mendukung upaya konservasi tanah dan air di daerah pegunungan.
Meskipun potensi agrowisata labu siam di Segoro Gunung sangat cerah, tantangan seperti aksesibilitas, infrastruktur penunjang, dan pemasaran perlu diperhatikan. Kerja sama antara pemerintah daerah, masyarakat lokal, petani, dan investor akan menjadi kunci keberhasilan.
Dengan perencanaan yang matang dan implementasi yang tepat, agrowisata labu siam di Segoro Gunung berpotensi menjadi destinasi wisata edukatif dan rekreatif yang populer, sekaligus memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian dan pembangunan berkelanjutan di daerah tersebut.
Ini adalah sebuah investasi yang menjanjikan, tidak hanya untuk petani, tetapi juga untuk seluruh ekosistem pariwisata lokal.
Tapi semua itu baru impian dan angan -angan saya yang terpantik saat melihat kebun labu Siam yang menggoda untuk dicolek dan diviralkan.
Terima kasih, semoga tulisan saya bisa dibaca para pengelola Segoro Gunung Park, siapa tahu bisa menginspirasi untuk bekerja sama dengan penduduk lokal dalam pemasaran hasil pertanian dan pembuatan agrowisata yang mengadopsi agrobisnis yang smart.
Yuk ikut saya menyusuri kebun labu Siam yang menggoda.
Sumber: YouTube @Isti Yogiswandani channel