
"Ini sedang membuat apa, kok asyik sekali?" Tanyaku pada sekelompok anak yang sedang asyik merangkai mote. Pernak-pernik kecil yang dirangkai menjadi sesuatu yang indah.
"Membuat gelang!" Jawab salah satu anak yang asyik menyusun pernak-pernik mote yang indah.
"Itu untuk dijual?"
"Iya!"
"Biasanya siapa yang membeli?"
"Teman!"
"Teman bermain, tetangga, atau teman sekolah?"
"Teman-teman Aku rayu!"
"Merayunya gimana?"
"Ayo beli!"
"Oh, ini jadi apa saja?"
" Ada cincin!"
"Gelang!"
" Gantungan tas!"
" Gantungan HP!"
"Wah, banyak ya!" Uangnya buat apa?""
"Ditabung!"
Begitulah, Si Kecil yang bernama Izzafatin ini sudah pandai Berbisnis. Menurut pengakuannya, dia sudah menekuni membuat asesoris sejak kelas 3 SD, sampai kini sudah duduk di kelas 5 SD.

Mungkin anak-anak seperti Fatin sudah tidak memusingkan tentang uang jajan dan MBG. Di saat para orang tua memotong uang saku karena sudah ada Makan Bergizi Gratis di sekolah, anak-anak seperti Fatin tidak terpengaruh, sebab dengan kreativitas nya sudah bisa menghasilkan uang sendiri.
Uang jajan MBG tidak lagi menarik untuk diperdebatkan. Sebagai murid sekolah dasar, dia sudah mempunyai side hustle sesuai passionnya yang suka merangkai pernak pernik menjadi asesoris.
Di era digital dan kewirausahaan yang semakin terbuka, fenomena anak-anak usia sekolah yang sibuk menghasilkan uang, baik karena didorong oleh passion maupun sebagai side hustle, semakin lazim ditemui.
Mulai dari berjualan daring, menjadi content creator, hingga menawarkan jasa les privat, mereka membagi waktu antara bangku sekolah dan dunia bisnis.
Langkah ini menawarkan pengalaman yang berharga, namun juga membawa tantangan tersendiri. Berikut adalah analisis mendalam mengenai keunggulan dan kelemahan yang dihadapi oleh para pelajar-pebisnis ini.
Keterlibatan dalam aktivitas menghasilkan uang sejak dini memberikan keuntungan jangka panjang yang tidak didapatkan hanya di ruang kelas, antara lain:
1. Kematangan Finansial dan Kemandirian
-Pengelolaan Uang Nyata
Mereka belajar secara langsung cara mengelola pendapatan, menabung, berinvestasi, dan membuat anggaran. Hal ini membentuk pemahaman finansial yang jauh lebih kuat daripada teori.
-Kemandirian
Dengan pendapatan sendiri, siswa tidak lagi bergantung sepenuhnya pada orang tua untuk kebutuhan non-primer atau keinginan pribadi. Ini menumbuhkan rasa tanggung jawab dan bangga diri.
2. Peningkatan Skill dan Pengalaman Praktis
-Keterampilan Non-Akademik
Aktivitas bisnis menuntut pengembangan soft skills dan hard skills seperti komunikasi, negosiasi, pemasaran, manajemen waktu, dan penyelesaian masalah. Keterampilan ini sangat relevan di dunia kerja masa depan.
- Etos Kerja Kuat
Siswa belajar tentang disiplin, ketekunan, dan pentingnya kerja keras, yang menjadi fondasi etos kerja yang kuat.
-Pengembangan Passion
Jika side hustle berakar dari passion, ini menjadi sarana eksplorasi mendalam yang berpotensi menjadi jalur karier utama di masa depan.
-Memperluas Jaringan. Berinteraksi dengan pelanggan, pemasok, atau rekan bisnis membantu siswa membangun jejaring profesional lebih awal.
-Portofolio Awal. Pengalaman bisnis, bahkan yang kecil, dapat menjadi poin kuat di CV, aplikasi universitas, atau saat melamar pekerjaan di masa mendatang, menunjukkan inisiatif dan kemampuan manajerial.

Di balik potensi kesuksesan, ada harga yang harus dibayar oleh siswa yang menjalani dua peran sekaligus jika tidak bisa memanage dengan baik, sebagai pelajar sekaligus pengusaha.
1. Gangguan pada Fokus Akademik
-Konsentrasi Terbagi. Energi dan pikiran yang terbagi antara tugas sekolah, ujian, dan urusan bisnis berisiko menurunkan performa akademik.
- Waktu Belajar Berkuran. Waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar atau mengulang pelajaran terpaksa dialokasikan untuk mengurus side hustle, terutama saat terjadi lonjakan pesanan atau masalah tak terduga.
2. Risiko Kelelahan Fisik dan Mental (Burnout)
-Kualitas Tidur Menurun
Upaya menyeimbangkan jadwal yang padat sering kali mengorbankan waktu istirahat dan tidur, yang sangat penting bagi kesehatan dan pertumbuhan remaja.
-Stres Berlebihan
Tuntutan ganda—tekanan untuk berprestasi di sekolah dan tekanan untuk menghasilkan uang—dapat menyebabkan stres kronis atau burnout pada usia muda.
3. Mengorbankan Kehidupan Sosial dan Self-Care
-Kurangnya Keseimbangan. Fokus berlebihan pada pekerjaan dan sekolah dapat mengorbankan waktu untuk bersosialisasi dengan teman, berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, atau sekadar menikmati masa remaja.
-Mengabaikan Hobi
Waktu luang untuk mengembangkan hobi atau melakukan self-care sering kali terpotong, padahal ini penting untuk menjaga kesehatan mental.
4. Kurangnya Pengalaman dan Modal
-Kesulitan Operasional
Siswa seringkali kekurangan modal awal, pengetahuan hukum, atau pengalaman mendalam dalam mengelola operasional bisnis, yang dapat menghambat perkembangan usaha.
Menjalankan side hustle saat sekolah adalah upaya yang menantang namun sangat bermanfaat, asalkan siswa dapat menemukan keseimbangan yang tepat.
Orang tua dan pihak sekolah memegang peranan penting dalam memberikan dukungan, mengajarkan manajemen waktu, dan memastikan bahwa kesehatan fisik serta mental siswa tetap menjadi prioritas utama.
Ketika passion berhadapan dengan tanggung jawab, diperlukan perencanaan yang matang, batasan yang jelas, dan pengakuan bahwa peran utama seorang anak sekolah tetaplah belajar.
Dengan pengelolaan yang bijak, aktivitas menghasilkan rupiah dapat menjadi bekal emas, bukan penghalang, menuju masa depan.
Sumber: YouTube @Isti Yogiswandani channel