Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makan😅)
Aku ingin menjadi air hujan..., yang membawa kehidupan baru bagi tanah-tanah yang kering. Aku juga ingin menjadi matahari yang berani terbit dan siap untuk tenggelam. Dan aku ingin, menjadi seseorang yang membuat dunia jadi berbeda. Dan...., jadilah aku ini sebagaimana diriku sendiri. Aku bukan apa-apa, dan bukan siapa-siapa, sampai aku mewakili pikiran dan perasaan aku sendiri.
*Apa yang membuatmu sedih, marah, tidak rela dan seolah-olah merasa bahwa kamu sedang berada di titik terendah di hidupmu?*
Banyaaak. Berbagai perasaan datang silih berganti, senang yang berganti sedih terkadang membuat hidupku terasa berat. Namun bagaimanapun juga, diperlukan hati yang lapang dan menerima setiap keadaan. Beban berat di pundak saat dihadapi dengan hati yang menerima, toh akhirnya juga terasa lebih ringan. Walaupun tak bisa dipungkiri untuk menjadi menerima itu, memang ada banyak hal yang harus dikorbankan. Tak mengapaaa. Hidup tak selamanya berjalan mulus.Â
*Apa lagi "titik terendah" dalam hidupmu sampai saat ini?*
Terbaring sebulan, aku enggak bisa ngapa-ngapain. Masa-masa sulit tak pernah hilang yaa, tapi orang-orang tangguh bisa mengatasinya. Begini ceritanya; waktu itu, aku kekantor naik sepeda motor. Enggak taakut sama huujan, enggak takut tambah item panas-panasan, pake rok span, dan pake kacamata hitamlah pastinya. Dan enggak tahu kenapa, diperjalanan badanku terasa begiiitu oleng. Eh, belum sampai dikantor, ga taunya aku sudah sampai lagi dirumah dengan diantar mobil ambulance. Ga ada angin ga ada hujan, aku terjatuh sendiri, gaaees.Â
Untungnya tak mengapa, tidak patah dan aku masih hidup sampe sekarang. Lecet-leceet sih, pingsan ga sadarkan diri ada sejam mungkin , untungnya ga koma, hanya tulang pipi kiri yang masih aja agak sakit sampe sekarang. Titik terendah akutu yaa, terbaring sebulan itu. Sediih bercampur kezeeel karena ga bisa kemana-mana. Perih bangeet lukanya, tiap malam aku menangis. Kadang ya, aku rewel ajah kayak anak kecil yang enggak mao berhenti nangis, sebab waktu itu emang kezeeel ajalah pokoknya karena aku kan ga bisa ngapa-ngapain. Aku ga biasa aja rebahan lama. Ga ada yang bisa menenangkan aku..., malah anak-anak dan suami juga jadi ikutan nangis. Dan kami.., kami akhirnya menangis bersama, wkwkka.Â
Nah itu, titik terendah aku di Desember tahun 2021. Pokoknya beda tahun, beda pula titik terendahnya, ga cukup satu disc klo mao diceritakan semua, soalnya aku kalo ga sakit-sakit ya gaees, umurku udah kepala 4. Berbagai perasaan datang silih berganti.
*Hal apa yang membuatmu bangkit di saat titik terendah hidupmu?*Â
Aku punya tanggung jawab atas kehidupan beberapa orang yang setia bekerja untukku. Sehingga menyerah bukanlah pilihanku. Kayak di 2019, kan pandemi tuh. Disaat ekonomi semua orang sulit, aku juga sulit kuq.... Akuu, juga di titik terendahku waktu itu. Mulai dari menjual apa yang enggak terlalu prioritas, pindah tempat tinggal menemani orang tua, tidak punya usaha, ya usaha terpaksa semua ditutup. Hampir tak punya tabungan malah, karena kian hari makin menipis. Hingga aku merasa tidak memiliki apa-apa lagi selain rumah cafe, dan tanah bekas industri saomil yang tak jadiin usaha tani holti, dan tersisa mobil untuk ke kantor beserta catatan hutang-hutang rekanan diatas kertas.
Aku melangkah keluar dari sulitnya kehidupan ini bersama mantan pacar (suami) dengan pongahnya, yang masih nagih-nagih ke rekanan. Tapi ga sampai naik darah lah, soalnya sudah ada juga yang gila. Akhirnya ya, aku sama dia capek sendiri, hingga ku buang jauh-jauh semua catatan hutang itu.Â
Ngapain. Tak ingin membuat diri ini hidup dalam penyakit hati, akhir kata "yoweslah". Belajar legowo dalam hidup. Diambil aja hikmahnya. Jadinya, apapun yang terjadi, aku jarang mengadu pada keluarga, seolah-olah aku tetap tidak butuh apa-apa dari keluarga, selagi aku dengannya bisa berjuang. Semua itu demi mempertahankan harga diri dan kewarasan yang sudah hampir habis.