Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makan😅)
Potret Kehidupan Episode 60
Tentang Titik Terendah
Pastinya kita semua sempat yaa, merasa terpuruk hingga hilang harapan hidup. Maka konteks kehidupan itu, ya di jalani saja, di pahami..., di renungi, di syukuri, di sabari, di tepati, di patri dalam hati, dan di tunjukkan dengan bukti.
Tidak ada hidup tanpa masalah, tidak ada sukses tanpa usaha, tidak ada sehat tanpa sakit, tidak ada bahagia tanpa sedih, tidak ada kemudahan tanpa kesulitan, tidak ada sikaya tanpa simiskin, tidak ada besar tanpa ada kecil, so dinamika hidup ini sudah ada prosedurnya dari Allah.
Tentang Titik Terendah,
Dan pada waktu titik terendah itu, ternyata kita hanya perlu menguatkan diri. Kita hanya perlu mengupayakan cara terbaik untuk bisa bertahan dan, __kembali kuat. Iya, bertahan..., dan kembali kuat.
Hidup juga tak selalu diwarnai pelangi. Hari-hari kita tak selalu disinari cahaya matahari terang setiap waktu. Ada kalanya kita harus mengalami mendung..., hujan..., kemarau panjang hingga kerap menghadapi badai. Menjalani kehidupan akan membawa kita kepada berbagai pengalaman dan perjalanan yang kadang saangat, __tak terduga.
Pengalaman Pribadi;
*Apa yang kamu lakukan, saat sedang berada di dalam titik terendah?*
Begini;
Bersamaan musim yang berganti, lidah-lidah itu pun mulai lelah mencibir dan mencerca jatuh bangunnya perjalananku. Aku..., menulikan telinga atas bisikan-bisikan tak sedap mereka, membutakan diri atas tatapan-tatapan mata yang seolah-olah menghunuskan kasihan hingga amit-amit. Semua Itu, tentu saja masih menyisakan kenangan, cibiran itu meringkuk menunggu hujan agar terbawa arus dan hilang di lautan.
Barangkali benar, selama hati percaya, harapan itu masih ada dan __akan selalu ada. Selama yakin masih berakar, tidak ada kata mustahil. Dan,....tak perlu menunggu uluran tangan. Masa depan adalah milik mereka yang menyiapkan hari ini. Terkadang, Tuhan mempertemukan aku dengan seseorang agar aku belajar dari pengalaman bersamanya.
Kebersamaanku dengan siapapun, adalah cara Tuhan mengajarkan keikhlasan, juga memberiku sejuta warna indahnya pelangi...., dimana warna janji-Nya untuk insan yang bersabar itu lebih dari sejuta keindahan.
Dan yang patut aku syukuri, Tuhan yang memberiku sayap untuk terbang tinggi, meski pernah berakhir patah, namun Tuhan jua yang masih memberiku kaki yang masih kuat..., dan masih bisa aku gunakan untuk berlari, raga yang sehat untuk mengejar mimpi-mimpiku bersamanya.
Januari 2024, beginilah aku sekarang. Masih tersenyum menjalani hariku dengan lebih bijak. Tak peduli model apapun orang-orang yang aku temui. Tetap tersenyum setiap kali masalah datang. Dan, tak segan mengatakan hidupku akan baik-baik saja. Lagi pula, setiap kali aku jenuh dengan skenario Tuhan, aku bisa melampiaskannya melalui tulisan, atau hanya sekedar pergi ke salon untuk mengganti gaya rambut terbaru, dalam rangka menghadapi bukan baru, tahun baru, hal-hal baru, dan bersiap dengan tantangan-tantangan baru.
Aku percaya di dunia ini, ada beberapa hal yang disebut takdir. Sisanya adalah pilihan. Tidak ingin aku sesali sesuatu yang telah ditentukan takdir, karena tanpa kesulitan dan kesedihan, aku tidak akan benar-benar menghargai kebahagiaan. Setidaknya..., itulah yang dituliskan Winna Efendi pada novelnya, "Ai, Cinta Tak Pernah Lelah Menanti".
*Lalu, bagaimana saat kamu mengalami titik terendah dalam hidup?*
Aku berdialog dengan diri sendiri. Titik terendah atau fase tersulit, telah membuat aku terpaksa bergumul dengan diri sendiri. Bahkan pernah, musuh terbesar seakan berasal dari monster yang ada di dalam batin aku sendiri.
Pernah..., aku menyalahkan diri sendiri hingga menghukum diri sendiri atas hal-hal buruk yang ada di sekitarku. Tapi enggak sampai, aku yang menyakiti diri sendiri. Aaku..., selalu mengajak diriku berdialog. Mendengarkan batinku dan mendengarkan semua kesedihan yang ada di dalam diri sendiri.
Tidak masalah jika aku tidak sempurna untuk bermanfaat bagi banyak orang, asal aku selalu menyadari bahwa aku juga adalah seorang pembelajar yang juga mau belajar dari mereka yang bukanlah siapa-siapa. Aku belajar menjadi diri sendiri dan apa adanya.
Aku ingin menjadi air hujan..., yang membawa kehidupan baru bagi tanah-tanah yang kering. Aku juga ingin menjadi matahari yang berani terbit dan siap untuk tenggelam. Dan aku ingin, menjadi seseorang yang membuat dunia jadi berbeda. Dan...., jadilah aku ini sebagaimana diriku sendiri. Aku bukan apa-apa, dan bukan siapa-siapa, sampai aku mewakili pikiran dan perasaan aku sendiri.
*Apa yang membuatmu sedih, marah, tidak rela dan seolah-olah merasa bahwa kamu sedang berada di titik terendah di hidupmu?*
Banyaaak. Berbagai perasaan datang silih berganti, senang yang berganti sedih terkadang membuat hidupku terasa berat. Namun bagaimanapun juga, diperlukan hati yang lapang dan menerima setiap keadaan. Beban berat di pundak saat dihadapi dengan hati yang menerima, toh akhirnya juga terasa lebih ringan. Walaupun tak bisa dipungkiri untuk menjadi menerima itu, memang ada banyak hal yang harus dikorbankan. Tak mengapaaa. Hidup tak selamanya berjalan mulus.
*Apa lagi "titik terendah" dalam hidupmu sampai saat ini?*
Terbaring sebulan, aku enggak bisa ngapa-ngapain. Masa-masa sulit tak pernah hilang yaa, tapi orang-orang tangguh bisa mengatasinya. Begini ceritanya; waktu itu, aku kekantor naik sepeda motor. Enggak taakut sama huujan, enggak takut tambah item panas-panasan, pake rok span, dan pake kacamata hitamlah pastinya. Dan enggak tahu kenapa, diperjalanan badanku terasa begiiitu oleng. Eh, belum sampai dikantor, ga taunya aku sudah sampai lagi dirumah dengan diantar mobil ambulance. Ga ada angin ga ada hujan, aku terjatuh sendiri, gaaees.
Untungnya tak mengapa, tidak patah dan aku masih hidup sampe sekarang. Lecet-leceet sih, pingsan ga sadarkan diri ada sejam mungkin , untungnya ga koma, hanya tulang pipi kiri yang masih aja agak sakit sampe sekarang. Titik terendah akutu yaa, terbaring sebulan itu. Sediih bercampur kezeeel karena ga bisa kemana-mana. Perih bangeet lukanya, tiap malam aku menangis. Kadang ya, aku rewel ajah kayak anak kecil yang enggak mao berhenti nangis, sebab waktu itu emang kezeeel ajalah pokoknya karena aku kan ga bisa ngapa-ngapain. Aku ga biasa aja rebahan lama. Ga ada yang bisa menenangkan aku..., malah anak-anak dan suami juga jadi ikutan nangis. Dan kami.., kami akhirnya menangis bersama, wkwkka.
Nah itu, titik terendah aku di Desember tahun 2021. Pokoknya beda tahun, beda pula titik terendahnya, ga cukup satu disc klo mao diceritakan semua, soalnya aku kalo ga sakit-sakit ya gaees, umurku udah kepala 4. Berbagai perasaan datang silih berganti.
*Hal apa yang membuatmu bangkit di saat titik terendah hidupmu?*
Aku punya tanggung jawab atas kehidupan beberapa orang yang setia bekerja untukku. Sehingga menyerah bukanlah pilihanku. Kayak di 2019, kan pandemi tuh. Disaat ekonomi semua orang sulit, aku juga sulit kuq.... Akuu, juga di titik terendahku waktu itu. Mulai dari menjual apa yang enggak terlalu prioritas, pindah tempat tinggal menemani orang tua, tidak punya usaha, ya usaha terpaksa semua ditutup. Hampir tak punya tabungan malah, karena kian hari makin menipis. Hingga aku merasa tidak memiliki apa-apa lagi selain rumah cafe, dan tanah bekas industri saomil yang tak jadiin usaha tani holti, dan tersisa mobil untuk ke kantor beserta catatan hutang-hutang rekanan diatas kertas.
Aku melangkah keluar dari sulitnya kehidupan ini bersama mantan pacar (suami) dengan pongahnya, yang masih nagih-nagih ke rekanan. Tapi ga sampai naik darah lah, soalnya sudah ada juga yang gila. Akhirnya ya, aku sama dia capek sendiri, hingga ku buang jauh-jauh semua catatan hutang itu.
Ngapain. Tak ingin membuat diri ini hidup dalam penyakit hati, akhir kata "yoweslah". Belajar legowo dalam hidup. Diambil aja hikmahnya. Jadinya, apapun yang terjadi, aku jarang mengadu pada keluarga, seolah-olah aku tetap tidak butuh apa-apa dari keluarga, selagi aku dengannya bisa berjuang. Semua itu demi mempertahankan harga diri dan kewarasan yang sudah hampir habis.
Nerimo ajalah ketetapan dari-Nya. Tetap santuy. Meski kita pada waktu titik terendah itu ya, jualan dirumah cafe seadanya, satu persatu apa yang tersisa milikku kadang aku jual aja demi bertahan hidup. Ada perhiasan, gelang yang lumayan lucu-lucu pas masih jaya, daripada ga kepake kujual aja buat makan banyak orang dikebun. Yah, buat apa kan, kita ga hidup diliat orang dari penampilan doang. Suami juga. Bahkan ada besi-besi tua yang enggak kepake lagi di stone crusher nya tuh, banyak juga dia jualin, buat usaha tani ini.
Dan enggak tahu kenapa, kita berempat beranak tu ya, tetap aja sedari dulu ga mao rebahan, meski sudah dianjurkan berdiam diri saja dirumah. Begitulah Potret Kehidupan KS. Meski pada titik terendah sekalipun, tidak gampang stres menjalani hidup. Mungkin ya, akutu tipe istri yang merelakan hal-hal yang memang di luar kuasa kita.
*Apa yang membuatmu bangkit di saat orang meremehkanmu?*
Heh. Jadi ingat lagi niy orang-orang yang pernah meremehkanku. Aku tak pernah hirau perihal remeh remeh. Namun, aku punya daftar orang-orang yang kuhapus namanya dalam kontak ponselku. Aku juga punya daftar orang-orang yang kuhapus pertemanan di dunia maya, bahkan aku hindari pertemuan dalam dunia nyata. Aku juga punya daftar orang-orang yang belum utuh aku maafkan di semesta raya ini, tapi hanya tak tau sampai kapan. Hh, akan kuberi mereka waktu sampai mereka menyadari kesalahannya saja, meski memperbaiki sifat buruk itu tak pernah mudah. Aku melihat perubahan sedikit saja, sudah bisa membuatku membagi sesumbar senyum. Tak harus daftar orang-orang itu meminta maaf padaku. Cukup mereka bertanya-tanya dalam hatinya jika aku menjauhkan diri. Sesederhana itu aku. Karena aku tu pemaaf, dan aku ingin meniru sifat ALLAH. Pendendam bukan sifatku
*Apa yang dapat membuatmu bangkit saat sedang terpuruk?*
Anakku adalah motivator utama kenapa aku harus bangkit walaupun harus berkali-kali jatuh terpuruk. Karena apa? Karena, aku adalah penopang utama kehidupannya, jadi aku tidak boleh berlama-lama meratapi diri. Aku harus kuat, aku harus memaksa otakku mencari jalan keluarnya. Badanku harus sehat, pikiranku harus tetap waras. Aku sadar, satu-satunya yang menyelamatkan aku adalah anak. Tanpa dia, mungkin aku tidak bisa menikmati pergantian tahun. Tanpa dia, mungkin dia tidak bisa merasakan kebebasan perasaan. Apapun yang harus aku hadapi, aku tau aku akan kuat karena ada tangan kecil yang siap menggandeng aku menghadapi kerasnya dunia. Terima kasihku pada anakku, karena sudah hadir di kehidupan aku dan membuat aku selalu merasa utuh.
Aku mana ada lagi yang airmataku mengalir dengan sendirinya. Klo pertama kali dijahatin orang, iyalah nyesek banget rasanya. Dulu aku mikir, hidupku kok gini-gini amat. Tapi aku bukan tipe pengeluh. Aku paling anti berkeluh kesah di depan keluarga. Dirumah, aku selalu berusaha ceria. Kalaupun lagi sedih ya sudah, tunggu malam saja baru nangis lagi disamping anak pas dia udah tertidur pulas. Aku bangkit, tak mao merasa terpuruk terlalu dalam.
*Apa yang sebaiknya dilakukan untuk memotivasi diri sendiri ketika sedang merasa berada di titik terendah dalam hidup?*
Aku keras pada diri sendiri. I remember when someone said; Keraslah kepada dirimu sendiri kalau tidak, dunia yang keras padamu. Aku selalu memegang itu dalam keseharianku, aku harus lebih keras terhadap diriku sendiri, aku harus mengurangi rasa malas, aku harus bisa belajar lebih banyak lagi, motivasi itu tidak hanya mengangkat semangat aku tetapi juga memberi tahu kepada aku, jika aku gagal sekali lagi, berarti aku bekerja kurang keras.
*Bagaimana cara memotivasi diri sendiri saat kita berada di titik terendah?*
Dengan menjadi pribadi yang lebih bahagia tanpa drama, misalnya. Melesaikan persoalan bergantian, dan mengappresiasi diri yang sudah bertahan. Semacam video ini. Aku ke kebun kadang naik sepeda motor untuk menghabiskan waktu dengan anak lelakiku dan memikirkan banyak hal.
Seiring kali tu begini. Aku hanya berdialog dengan diri sendiri ditempat-tempat ternyamanku; "KS yang baik, kalau titik terendahmu menghadapkanmu pada banyak persoalan dan masalah yang bertumpuk-tumpuk, coba urai satu per satu. Coba selesaikan masalah satu per satu. Sedikit demi sedikit pun tak apa. Untuk bisa kau kembali kuat, kau hanya perlu menghadapi rasa takut dalam dirimu dan meningkatkan keberanian untuk menyelesaikan persoalan secara bergantian".
Banyak hal, tentang titik terendah;
Ada kalanya pil pahit perlu kita telan mentah-mentah. Kadang kita perlu menerima realitas yang terpahit agar kita bisa menjalani hidup ini dengan kesadaran yang lebih penuh. Sebab..., lari dari kenyataan hanya akan membuat kita makin terpuruk dalam hal-hal semu. Untuk bisa kembali tenang, kita hanya perlu meletakkan hal-hal yang tak semestinya terus kita pikul lagi. Kita ini manusia, ada keterbatasan yang perlu kita terima apa adanya.
Titik terendah dalam hidup, telah membuat aku tak lagi ingin menyalahkan diri sendiri. Aku tak lagi merasa tak berguna dan sepertinya aku layak untuk menjalani hidup. Saat aku sudah memilih untuk bertahan di situasi tersulit, itu sudah menjadi sebuah keberanian luar biasa. Aku mengapresiasi diriku yang sudah memilih untuk tetap berusaha dan bertahan hingga titik ini.
Dan pada akhirnya, apa pun pegangan kita dalam hidup, selama itu bisa membantu kita untuk mendapat panduan yang lebih baik untuk melapangkan hati, maka kita bisa kembali padanya. Saat kita tak tahu harus berbuat apa atau harus mengeluh kepada siapa, biasanya kita hanya perlu kembali pada pegangan hidup terkuat kita, untuk bisa memunculkan lagi benih kekuatan dan keberanian untuk melangkah sedikit lebih jauh.
He said; Semoga apa pun titik terendah yang sedang kamu alami atau hadapi, ada perubahan lebih baik yang akan hadir di dalam hidupmu. Terima kasih kamu masih mau dan tetap memilih memperjuangkan hidupmu bersamaku.
#KSStory