KS Story
KS Story Petani

Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makan😅)

Selanjutnya

Tutup

Video

Pejuang Mimpi Episode 94 Baik Boleh, Bodoh Jangan!

25 Juni 2025   04:37 Diperbarui: 25 Juni 2025   04:39 90 1 1

Let me tell you, my story! 

Saya ga khawatir akan perkataan orang itu. Ga ada kasian-kasian. Baik boleh, bodoh jangan! Saya bersikap lebih tegas dan bodoh amat sama urusan pribadi orang kerja sama saya. Suatu hari, Mbak Sulha datang ke swalayan saya. Saya masih ingat, anak saya masih satu, Ara. Lalu, Mbak e meminta bekerja di rumah saya. Saya bilang, bisa datang jam 6 pagi? Karena saya harus berangkat ke kantor jam 6.30. Pagi mencuci tapi pake tangan, tidak mesin cuci. Memasak untuk saya ga usah, tapi masak untuk  karyawan gudang depan. Menyapu rumah atas bawah, dan halaman. Setrika dua kali seminggu. Itu saja. Saya pulang ke rumah, Mbak silakan pulang. 

Seminggu pertama, training. Datang sesuai dengan yang saya inginkan. Tapi setelah tu, SMS masuk subuh. "KS, Mbak izin sakit ya!". KS jawab, okeh. Besok masuk. Sehari sudah tu minjam duit, untuk berobat. Okeh ga apa-apa. Hari Sabtu, saya mau ke kondangan bersama suami dan anak. Baju seragam saya, baru saja dijahit. Saya minta setrikain sebentar. Kayaknya dia setrikaannya di depan tipi. Begitu saya keluar kamar mau minta baju saya, tau-tau baju saya sudah merekah aja lengannya. Ya saya, ga terimalah. Marah? Ya Iya. Coba kalo baju kita masih running, mahal, dan tiba-tiba dah rusak aja. Kita sakit hati kan? Seminggu kerja, yang ia sakitlah, minjam duit lah. Terus kerja ga bener pulak. Saya ngasih ia kerja karena kasian. Kalo i ga minta kerjaan gitu ke saya, ga bakalan ia saya tawarin kerja. Orang saya ga cari pembokat kuq. Saya suruh hitung, ia berapa hari kerja dirumah saya, gajinya sebulan sekian bagi 30 hari. Saya bayar ia sekarang. Kalo saya potong gajinya, ga nerima dia gaji. Sebel saya liat muka nya tu. Nih baru diceritakan aja, dah langsung lega saya, hahaha.

Datang-datang suami saya naik tangga buru-buru. Ditangga udah nyahut tu, ada apaaa ini ribut-ribuuut? Terus langsung ke kamar dan bilang...., ga boleh gituu sama orang. "Ga boleh gimana, masa gue kesel ga boleh, gimana sih lu?". Saya nangis. Pembokat yang salah, saya yang dimarahin.  Terus kan, suami diam-diam keluar. Dari dalam kamar kedengaran dia bilang gini. "Mbak..., mbak pulang dulu aja deh yaa! Ga akan aman Mbak dua jam ke depan kalo masih disini!". Mbak nya gugup, dan bilang maaf. "Maaf ya bang, baju kakak jadi kek gini!". Tercengang lah dia kan. Masa dia pake baju baru, terus bininya pake baju beda. Padahal ya, saya sudah ready bedakan. Ga jadi kami kondangan do gegara pembokat ga tahu diri tu. Ga boleh marah-marah sama orang, kata suami saya. "Apaa? Kata nenek pesan sama saya, baik boleh, __bodoh jangan!" . "Oh, gitu, katanya dingin". Ia menganggukkan kepalanya. Iya bener juga sih, katanya. Ha-ha-ha. 

Itu baru cerita pembokat. Kalo diberhentikan, nanti bilang yang KS beginilah begonolah. Kita sengaja ga cerita, dia kerjanya kek gimana. Klo kita bilangin semua, dia aja yang kan susah dapat kerja. Karena kita kasian, ya udahlah biarin aja kita diceritakannya jelex. Terkadang memang baik membantu tanpa pandang siapa yang kita bantu, tetapi jika kita dirugikan terus menerus oleh subjek yang kita bantu, __tentunya itu sangat mempengaruhi hidup kita. Kita akan tertekan dengan sendirinya. Kerugian juga tidak hanya fisik, namun bisa juga materi dan hal-hal berharga lainnya di hidup kita. Punya value membantu orang lain boleh-boleh saja, itu hal yang bagus. Tetapi jika hal itu merugikan kita, maka belajarlah untuk berkata TIDAK. Tidak untuk Mbak Sulha. 

Saya membantu orang lain saat itu, masih dalam kapasitas saya. Saya harus tahu seberapa kapasitas saya yaitu waktu, tenaga, materi, dll. Karena hidup saya tidak hanya membantu orang tersebut, ada banyak prioritas saya. Misal saya tidak mau repotin orang tua. Karena itulah saya mau menerima orang itu bekerja dirumah saya. Saya juga memprioritaskan mimpi-mimpi saya, anak-anak saya, tapi penting bagi saya menjaga emosi dan perasaan saya.

Jika dari awal saya sudah 'kurang sanggup' untuk membantu, maka jangan dipaksa, saatnya saya berkata TIDAK. Selain bantuan yang saya berikan kurang solutif untuk saya, itu juga tidak maksimal. Saya tentu akan tertekan, jika masalah orang lain tersebut semakin kompleks dan serius. Jika saya tidak bisa membantu secara langsung, itu karena saya memprioritaskan diri saya. 

Putri dan Maya, datang dari desa pelosok bagian selatan. Menelpon saya, mereka ingin bekerja rumah tangga. Karena kasian, saya terima pula. Kebetulan anak sudah dua. Putri untuk menjaga dua anak. Maya mencuci, menggosok dan menyapu. Seminggu abis waktu saya mentraining mereka. Minggu pertama, Maya pandai kali mengambil hati saya. Asal nampak mobil Jazz Orange dari jauh, dia dah berdiri depan minimarket. Ujug-ujug dia menuju mobil. Dan tanya-tanya. "Ada yang mau dibawain kak?", tanyanya. "Tas, sepatu, sandal atau apa?", tanyanya lagi. Saya jawab enggak ada. Masa tas saya, saya kasih dia huahaha. Ada-ada aja dia tu.

Ha, mendadak saya mau keluar kota. Tanpa bilang-bilang, saya pulang ke rumah sebelum waktu jam kantor berakhir. Agak-agak saya naik tangga tu, wkwka. Karena saya dengar diparkiran, bunyi sound sistem gede kek orang karaoke. Sepatu high heels saya, saya jinjing. Berdiri tegak pinggang saya di belakang Maya yang dangdutan. Dia terkaget-kaget...., ya iyalah kaget kan? Ga tahu diri. "Besok, kau pulang. Ini hape, pencet no hape bapak kau..., sekarang! Minta jemput sama bapak kau, paling lama dua hari dari sekarang! Pas saya pulang, kau juga harus pulang". 

Saya kalau keluar kota, anak-anak dan suami saya ga akan tidur dirumah. Kalo ga pindah ke rumah orangtuanya, pasti ke rumah orang tua saya. Lalu bagaimana putri? Putri tinggal dulu. Setelah bekerja rumah tangga selesai, akan diperbantukan membantu Dani mengurus minimarket dan butiq. Saya pulang, dapat laporan, Ara kayak intelijen jiwanya. "Ma, kak putri pakai bedak Mama. Bandana kakak dipakai na jugaak, baju di mesin cuci belum dijemurnyaa". 

Saya sebenernya capek lho, karena ga nyaman dengan adanya pembokat dirumah. "Panggil putri sekarang, Kak Ara!". "Masak apa kau, putri?, tanya saya. "Telor dadar kak!", jawabnya. "Coba kau kasih liat masakan kau sama aku!". Kalian tau nggak, kek mana telor nya? Telornya banyak minyaaak. "Cucian sudah dijemur?". Belum. Setrikaannya menumpuk. Jadi saya panggil Dani, "Ngapain aja ni orang?". Jawab Dani,"Sudah kerja di toko aja lagi kak!". "Saya bilang sama kau kan, Putri? Kerjakan tugas rumah dulu, jika sudah selesai bantu Dani. E sudah merasa jadi karyawan minimarket pulak kau!". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4