Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.
Berbelanja di Toko Batik Yogya Dihibur Dance yang Atraktif
Berkunjung ke Yogyakarta, kita akan menemukan banyak tempat yang menarik. Salah satu tempat yang diburu pengunjung atau wisatawan adalah tempat untuk berbelanja atau mendapatkan oleh-oleh.
Banyak pilihan tempat untuk mendapatkan oleh-oleh sesuai selera pengunjung. Kawasan Malioboro adalah lokasi yang paling banyak dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Pedagang kaki lima (PKL) Maliboro telah dipindahkan ke sebuah lokasi indoor yang lebih nyaman, yaitu di lokasi bekas gedung bioskop, tidak jauh dari Pasar Bringharjo. Teras Malioboro, demikian nama tempat berburu oleh-oleh khas Yogyakarta.
(https://terasmalioboro.jogjaprov.go.id/)
Selain Teras Malioboro, ada sebuah toko oleh-oleh yang lebih dahulu berdiri, yaitu toko Hamzah Batik (eks Mirota Batik). Saat melihat pintu masuk, tampak hanya "kecil" dari luar toko batik tersebut.
Pada lantai dua, pengunjung Hamzah Batik akan dapat menemukan aneka kerajinan cindera mata dan suvenir yang unik dengan beraneka bentuk dan ukuran yang cocok untuk oleh-oleh.
Siang itu tanggal 28 Juli 2023, kami berkunjung ke toko batik tersebut setelah singgah di masjid Jogokariyan. Tulisan atau artikel terkait kunjungan ke masjid Jogokariyan dapat dibaca di sini.
Pengunjung yang memahami bahasa Jawa tentu akan senyum-senyum membaca tulisan bernada curhat atau menyindir orang yang belum mendapatkan jodoh.
Toilet Ikonik
Kebiasaan saya jika bepergian agak lama, keinginan untuk BAB (buang air besar) selalu ada. Untung, toko Hamzah Batik menyediakan toilet yang cukup bersih.
Saya pun mengamati benda-benda yang terdapat di dalam toilet tersebut. Bak tempat air terbuat dari tanah. Kemudian gayung atau ciduk untuk mengambil air terbuat dari batok kelapa. Nama alat seperti itu adalah siwur. Saya tersenyum melihat piranti yang sudah cukup lama tidak pernah saya temukan baik di rumah-rumah orang Jawa maupun yang dijual di pasar tradisional.
Habis ke Toilet Ingin Minum Teh Panas
Kebiasaan di rumah, saat habis BAB dalam rangka membuang "sial" saya selalu ingin minum teh panas. Kebetulan di lantai tiga ada kantin.
Sementara itu, Pak Gamaruddin, teman kepala sekolah yang asyik membelikan oleh-oleh untuk keluarganya sudah selesai pula berbelanja di lantai tiga Hamzah Batik itu.
Pada saat saya turun ke lantai satu terdengar suara musik yang nyaring. Saya pun segera menuju spot di tengah toko. Terlihat ada sebuah arena yang disiapkan untuk pertunjukan "dance".
Beberapa pengunjung terlihat sudah mulai merekam aksi para penari di tengah-tengah toko batik itu. Dengan gesit, saya ikut merekam aksi mereka. Posisi yang nyaman perlu saya cari karena banyak pengunjung terlihat sedang memilih-milih pakaian. Ada pula pengunjung yang turun dari lantai atas.
Kami cukup terhibur dengan penampilan "dance" yang cukup atraktif yang diperagakan oleh lima orang dengan komposisi yang menarik.
Setelah atraksi "dance" berakhir, saya segera mengajak Pak Gamaruddin untuk meninggalkan toko. Adik bungsu dan keponakan sudah menunggu di luar toko.
Sinar matahari siang cukup terasa panasnya di luar toko. Ada keinginan untuk jalan-jalan ke lokasi lain di dekat toko Hamzah Batik. Namun, kami merasa sudah cukup letih.
Di bawah terik sinar surya tengah hari menjelang sore itu, kami tidak dapat berfoto di spot lain yang masih cukup banyak sebagai ikon Yogyakarta, misalnya tidak jauh dri lokasi itu ada gedung-gedung bersejarah dengan model yang khas.
Kami segera melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Klaten, tempat ibu kandung saya. Saya sudah tidak sabar ingin segera berjumpa dengan wanita yang telah dengan suah payah melahirkan saya pada tahun 1964!***
Penajam Paser Utara, 23 Mei 2024