Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.
Menjaga Kesehatan Bukan Sekadar Agar Panjang Umur, Tapi Agar Pulang dengan Bertanggung Jawab
Oleh: Omjay, Guru Blogger Indonesia
“Kenapa sih repot-repot menjaga kesehatan tubuh? Toh, pada akhirnya kita juga akan mati.”
Jawabannya sederhana, namun menggetarkan hati:
Agar tidak menyusahkan anak, cucu, kerabat, dan tetangga di masa tua.
Agar tetap bisa menunaikan sholat berdiri, tanpa alat bantu, di usia senja.
Agar ketika kembali kepada Allah, kita pulang dalam keadaan bertanggung jawab—telah menjaga amanah tubuh yang dititipkan-Nya.
Kalimat inspiratif tersebut berasal dari Ustadz dr. Zaidul Akbar, seorang dokter yang dikenal luas melalui dakwah kesehatannya yang berbasis sunnah Rasulullah SAW. Beliau kerap mengingatkan bahwa menjaga kesehatan bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk memperbanyak amal sebelum ajal tiba.
Tubuh Ini Titipan, Bukan Milik Kita
Dalam Islam, tubuh bukan milik pribadi, tapi titipan dari Allah SWT. Maka menjaganya adalah kewajiban, bukan sekadar pilihan.
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.”
(QS. Al-Baqarah: 195)
Ayat tersebut menjadi pengingat agar tidak sembarangan dalam urusan makanan, kebiasaan, hingga pola tidur. Ketika seseorang tahu apa yang ia lakukan membahayakan tubuhnya namun tetap dilakukan, berarti ia secara tidak langsung telah mengabaikan amanah Tuhan.
Sehat Bukan Agar Hidup Abadi, Tapi Agar Tidak Tersiksa Sebelum Mati
Kematian itu pasti. Namun sakit sebelum mati—itu bisa dicegah. Banyak orang yang di usia lanjut tak bisa lagi sholat berdiri, tidak bisa bepergian sendiri, dan hidup bergantung pada obat dan alat medis.
Padahal, banyak dari kondisi tersebut bisa dihindari dengan gaya hidup yang sehat sejak muda. Maka menjaga kesehatan adalah bentuk ikhtiar agar masa tua tidak penuh derita, dan kematian bisa dijemput dengan tubuh yang masih berdaya.
Kesehatan, Jalan untuk Berbuat Lebih Banyak Kebaikan
Ustadz Zaidul Akbar berkali-kali menegaskan pentingnya pola makan yang halal dan thayyib (baik). Prinsipnya sederhana: makanan kita hari ini adalah investasi kesehatan masa depan.
Ia menganjurkan untuk kembali ke makanan alami, menghindari makanan olahan, dan memperbanyak konsumsi makanan sunnah seperti madu, kurma, habbatussauda, air zamzam, dan rempah-rempah.
“Kalau bisa sembuh dengan makanan, kenapa harus menunggu sakit dan bergantung pada obat-obatan kimia?” ujar beliau dalam salah satu kajiannya.
Jangan Jadi Beban, Jadilah Teladan
Menjadi sehat bukan hanya demi diri sendiri. Tapi juga demi orang-orang tercinta. Bayangkan, betapa bahagianya seorang kakek yang masih bisa berjalan menuntun cucunya ke masjid. Atau seorang nenek yang tetap aktif di majelis taklim hingga usia senja.
Sebaliknya, betapa sedihnya menjadi lansia yang hanya bisa terbaring, menyusahkan anak, dan tak lagi dikenal oleh cucunya karena wajahnya selalu tertutup selimut rumah sakit.
Sehat untuk Ibadah Maksimal
Rasulullah SAW selalu menjaga kesehatannya agar tetap kuat dalam beribadah. Beliau berjalan kaki ke masjid, berpuasa, dan berpergian jauh dalam berdakwah. Jika kita ingin meneladani beliau, maka menjaga kesehatan adalah bagian dari sunnah yang tidak bisa diabaikan.
“Sesungguhnya orang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.”
(HR. Muslim)
Hadis ini bukan hanya berbicara tentang kekuatan iman, tapi juga kekuatan fisik. Sebab fisik yang sehat memungkinkan seseorang lebih aktif berdakwah, lebih banyak beramal, dan lebih kuat menolong sesama.
Pulang dalam Keadaan Bertanggung Jawab
Bayangkan tubuh kita adalah kendaraan pinjaman. Kita diberi jantung yang berdetak, kaki yang melangkah, mata yang awas, paru-paru yang menghela napas. Lalu suatu hari, saat kendaraan itu dikembalikan kepada Pemiliknya—apakah masih layak? Atau sudah rusak karena kelalaian?
Jika tubuh rusak karena pola hidup buruk, kita akan dimintai pertanggungjawaban.
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Termasuk tubuh ini—yang kita pimpin setiap hari.
Prinsip Gaya Hidup Sehat ala dr. Zaidul Akbar
Beberapa prinsip hidup sehat yang sering beliau sampaikan antara lain:
Kembali ke makanan alami: Kurangi makanan kemasan, perbanyak sayuran, buah, dan makanan segar.
Puasa sunnah: Senin-Kamis atau puasa Daud, menyehatkan tubuh sekaligus membersihkan jiwa.
Aturan makan Rasulullah: Jangan makan sebelum lapar, dan berhenti sebelum kenyang.
Minum air putih hangat di pagi hari: Untuk detoks alami tubuh.
Hindari gula dan tepung berlebih: Karena itu biang penyakit kronis.
Tidur cukup dan tidak begadang: Istirahat adalah kebutuhan fitrah.
Perbanyak jalan kaki: Rasulullah adalah pejalan kaki yang kuat dan aktif.
Penutup: Hidup Sehat untuk Akhirat
Menjaga tubuh bukan soal tampil bugar atau panjang umur. Tapi agar kita tetap bisa sholat tanpa bantuan kursi. Agar bisa menulis, mengajar, berkarya, dan beramal hingga akhir hayat.
Akhirnya, kita ingin wafat dalam keadaan sujud—bukan terbaring lemah karena tubuh yang kita abaikan. Kita ingin dikenang sebagai orang tua yang menyejukkan, bukan yang menyusahkan. Kita ingin pulang kepada Allah dalam keadaan bersih, utuh, dan bertanggung jawab.
Karena hidup sehat bukan tentang memperpanjang hidup. Tapi tentang memaksimalkan hidup sebelum akhirnya pulang.
Tagar:
#SehatSampaiAkhir #ZaidulAkbar #GayaHidupSunnah #KesehatanAdalahIbadah #KompasianaSehat
Omjay, Guru Blogger Indonesia /dokpri
Jika Anda ingin, saya bisa bantu ubah formatnya ke dalam HTML atau unggah langsung ke Kompasiana dengan gaya penulisan yang sesuai. Ingin lanjut?
Menjaga Kesehatan Bukan Sekadar Agar Panjang Umur, Tapi Agar Pulang dengan Bertanggung Jawab
Oleh: Omjay, Guru Blogger Indonesia
“Kenapa sih repot-repot menjaga kesehatan tubuh? Toh, pada akhirnya kita juga akan mati.”
Jawabannya sederhana, namun menggetarkan hati:
Agar tidak menyusahkan anak, cucu, kerabat, dan tetangga di masa tua.
Agar tetap bisa menunaikan sholat berdiri, tanpa alat bantu, di usia senja.
Agar ketika kembali kepada Allah, kita pulang dalam keadaan bertanggung jawab—telah menjaga amanah tubuh yang dititipkan-Nya.
Kalimat inspiratif tersebut berasal dari Ustadz dr. Zaidul Akbar, seorang dokter yang dikenal luas melalui dakwah kesehatannya yang berbasis sunnah Rasulullah SAW. Beliau kerap mengingatkan bahwa menjaga kesehatan bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk memperbanyak amal sebelum ajal tiba.
Tubuh Ini Titipan, Bukan Milik Kita
Dalam Islam, tubuh bukan milik pribadi, tapi titipan dari Allah SWT. Maka menjaganya adalah kewajiban, bukan sekadar pilihan.
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.”
(QS. Al-Baqarah: 195)
Ayat tersebut menjadi pengingat agar tidak sembarangan dalam urusan makanan, kebiasaan, hingga pola tidur. Ketika seseorang tahu apa yang ia lakukan membahayakan tubuhnya namun tetap dilakukan, berarti ia secara tidak langsung telah mengabaikan amanah Tuhan.
Sehat Bukan Agar Hidup Abadi, Tapi Agar Tidak Tersiksa Sebelum Mati
Kematian itu pasti. Namun sakit sebelum mati—itu bisa dicegah. Banyak orang yang di usia lanjut tak bisa lagi sholat berdiri, tidak bisa bepergian sendiri, dan hidup bergantung pada obat dan alat medis.
Padahal, banyak dari kondisi tersebut bisa dihindari dengan gaya hidup yang sehat sejak muda. Maka menjaga kesehatan adalah bentuk ikhtiar agar masa tua tidak penuh derita, dan kematian bisa dijemput dengan tubuh yang masih berdaya.
Kesehatan, Jalan untuk Berbuat Lebih Banyak Kebaikan
Ustadz Zaidul Akbar berkali-kali menegaskan pentingnya pola makan yang halal dan thayyib (baik). Prinsipnya sederhana: makanan kita hari ini adalah investasi kesehatan masa depan.
Ia menganjurkan untuk kembali ke makanan alami, menghindari makanan olahan, dan memperbanyak konsumsi makanan sunnah seperti madu, kurma, habbatussauda, air zamzam, dan rempah-rempah.
“Kalau bisa sembuh dengan makanan, kenapa harus menunggu sakit dan bergantung pada obat-obatan kimia?” ujar beliau dalam salah satu kajiannya.
Jangan Jadi Beban, Jadilah Teladan
Menjadi sehat bukan hanya demi diri sendiri. Tapi juga demi orang-orang tercinta. Bayangkan, betapa bahagianya seorang kakek yang masih bisa berjalan menuntun cucunya ke masjid. Atau seorang nenek yang tetap aktif di majelis taklim hingga usia senja.
Sebaliknya, betapa sedihnya menjadi lansia yang hanya bisa terbaring, menyusahkan anak, dan tak lagi dikenal oleh cucunya karena wajahnya selalu tertutup selimut rumah sakit.
Sehat untuk Ibadah Maksimal
Rasulullah SAW selalu menjaga kesehatannya agar tetap kuat dalam beribadah. Beliau berjalan kaki ke masjid, berpuasa, dan berpergian jauh dalam berdakwah. Jika kita ingin meneladani beliau, maka menjaga kesehatan adalah bagian dari sunnah yang tidak bisa diabaikan.
“Sesungguhnya orang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.”
(HR. Muslim)
Hadis ini bukan hanya berbicara tentang kekuatan iman, tapi juga kekuatan fisik. Sebab fisik yang sehat memungkinkan seseorang lebih aktif berdakwah, lebih banyak beramal, dan lebih kuat menolong sesama.
Pulang dalam Keadaan Bertanggung Jawab
Bayangkan tubuh kita adalah kendaraan pinjaman. Kita diberi jantung yang berdetak, kaki yang melangkah, mata yang awas, paru-paru yang menghela napas. Lalu suatu hari, saat kendaraan itu dikembalikan kepada Pemiliknya—apakah masih layak? Atau sudah rusak karena kelalaian?
Jika tubuh rusak karena pola hidup buruk, kita akan dimintai pertanggungjawaban.
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Termasuk tubuh ini—yang kita pimpin setiap hari.
Prinsip Gaya Hidup Sehat ala dr. Zaidul Akbar
Beberapa prinsip hidup sehat yang sering beliau sampaikan antara lain:
Kembali ke makanan alami: Kurangi makanan kemasan, perbanyak sayuran, buah, dan makanan segar.
Puasa sunnah: Senin-Kamis atau puasa Daud, menyehatkan tubuh sekaligus membersihkan jiwa.
Aturan makan Rasulullah: Jangan makan sebelum lapar, dan berhenti sebelum kenyang.
Minum air putih hangat di pagi hari: Untuk detoks alami tubuh.
Hindari gula dan tepung berlebih: Karena itu biang penyakit kronis.
Tidur cukup dan tidak begadang: Istirahat adalah kebutuhan fitrah.
Perbanyak jalan kaki: Rasulullah adalah pejalan kaki yang kuat dan aktif.
Penutup: Hidup Sehat untuk Akhirat
Menjaga tubuh bukan soal tampil bugar atau panjang umur. Tapi agar kita tetap bisa sholat tanpa bantuan kursi. Agar bisa menulis, mengajar, berkarya, dan beramal hingga akhir hayat.
Akhirnya, kita ingin wafat dalam keadaan sujud—bukan terbaring lemah karena tubuh yang kita abaikan. Kita ingin dikenang sebagai orang tua yang menyejukkan, bukan yang menyusahkan. Kita ingin pulang kepada Allah dalam keadaan bersih, utuh, dan bertanggung jawab.
Karena hidup sehat bukan tentang memperpanjang hidup. Tapi tentang memaksimalkan hidup sebelum akhirnya pulang.
Tagar:
#SehatSampaiAkhir #ZaidulAkbar #GayaHidupSunnah #KesehatanAdalahIbadah #KompasianaSehat
Omjay, Guru Blogger Indonesia /dokpri
Salam Blogger Persahabatan
Omjay/Kakek Jay
Guru Blogger Indonesia