Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Guru

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Ada PGRI, KOGTIK dan Ribuan Guru di Puncak Peringatan Hari Guru Nasional

3 Desember 2025   15:45 Diperbarui: 3 Desember 2025   18:51 129 1 6

Penerima penghargaan anugerah Guru di HGN 2025/dokpri
Penerima penghargaan anugerah Guru di HGN 2025/dokpri

PGRI, KOGTIK dan Ribuan Guru di Puncak Peringatan Hari Guru Nasional. Di Mana Ada Guru, Di Situ Ada PGRI: Suara dari Senayan yang Menggetarkan Hati Guru Indonesia. Inilah kisah Omjay kali ini di Kompasiana tercinta. Omjay datang langsung ke senayan bersama 78 organisasi Pendidikan.

Tidak ada pemandangan yang lebih menyentuh selain melihat ribuan guru berbondong-bondong ke Senayan.
Ada yang berangkat subuh-subuh, ada yang iuran ongkos, ada pula yang harus meninggalkan keluarga demi merayakan satu hari yang selalu mereka tunggu: Hari Guru Nasional atau HGN 2025, dan HUT PGRI ke-80.

Mereka datang bukan karena undangan, tetapi karena panggilan hati.
Mereka duduk bukan di kursi VIP, tetapi di kursi perjuangan.

Dan ketika mereka mengangkat tangan untuk menyambut Presiden Prabowo Subianto, ketika nama Prof. Unifah Rosyidi disebut, ketika seruan PGRI menggema... air mata banyak guru tidak bisa disembunyikan lagi. Ibunda Unifah Rosyidi ketua umum PGRI menggema di seantero negeri.

Hari Guru Nasional (HGN) 2025 di Senayan Arena bukan sekadar perayaan. Hari ulang tahun PGRI ke-80 di Britama Arena.
Ia berubah menjadi lautan harapan, ruang pengaduan, dan panggung persatuan ribuan guru dari seluruh penjuru negeri. Dari wajah-wajah lelah yang tiba subuh-subuh, dari langkah kaki yang datang dengan biaya pribadi, hingga pelukan sesama pendidik yang berjumpa, satu pesan menggema kuat:

"Selama guru masih berdiri, PGRI tidak akan pernah mundur."

pidato presiden Prabowo/dokpri
pidato presiden Prabowo/dokpri

Momentum ini tidak hanya merayakan profesi. Ia juga menjadi saksi bahwa guru Indonesia tidak pernah benar-benar sendirian.

Ribuan Guru Mengalir ke Senayan dan Britama Arena: Bukan Karena Undangan, Tapi Karena Panggilan Hati

Senayan pada pagi itu penuh warna. Ada yang datang naik bus rombongan, ada yang menumpang mobil teman, bahkan ada yang naik kereta dari kota seberang hanya untuk merayakan satu hari: Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke-80.

Yang membuat hati terenyuh, banyak guru datang tanpa difasilitasi, tapi tetap melangkah dengan bangga. Mereka ingin menunjukkan bahwa profesi guru tetap perkasa, meski sering diguncang masalah kesejahteraan, kekerasan dari orang tua murid, tuduhan sepihak, hingga beban administrasi yang makin rumit.

Di tengah keluh kesah itu, PGRI hadir. PGRI selalu hadir untuk semua guru Indonesia.

Tidak berjarak.
Tidak memilih-milih.
Tidak pernah berhenti bersuara.

PGRI: Bukan Organisasi Biasa, Tapi Rumah Pulang Para Guru

Di HGN 2025 dan HUT ke-80 PGRI ini, ketegasan PB PGRI kembali menggema. Ketua Umum PB PGRI, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, menyampaikan dengan suara yang penuh getaran emosional:

"Guru harus dilindungi, dihormati, dan diberi tempat terhormat dalam perubahan pendidikan. PGRI akan selalu berada bersama guru, dari ruang kelas sampai ruang kebijakan."

Kalimat itu disambut tepuk tangan panjang.
Bukan karena retorika, tetapi karena guru-guru merasakannya secara nyata.

hut pgri ke-80/dokpri
hut pgri ke-80/dokpri

PGRI telah berkali-kali menjadi garda terdepan saat guru:

  • Difitnah orang tua murid,

  • Diancam secara hukum,

  • Dipermainkan soal tunjangan,

  • Atau tidak mendapatkan kepastian kesejahteraan.

PGRI berdiri ketika sebagian orang memilih diam.

Tidak berlebihan jika hari ini kita mengatakan,
"Di mana ada guru, di situ ada PGRI."

logo kogtik/dokpri
logo kogtik/dokpri

KOGTIK Hadir di Senayan: Teknologi Harus Memanusiakan Guru

Satu momen menarik dalam acara ini adalah hadirnya jajaran pengurus Komunitas Guru TIK dan KKA Indonesia (KOGTIK).
Ketua KOGTIK, Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd (Omjay), dan Sekjen KOGTIK Eko Adi Saputro, hadir langsung menyapa para guru.

Komentar Omjay Menggetarkan Senayan

Omjay, yang dikenal sebagai guru blogger Indonesia, mengatakan:

"Saya melihat guru-guru datang dengan biaya sendiri, tapi semangatnya luar biasa. Ini bukti bahwa guru Indonesia tidak pernah patah. Selama PGRI berdiri, guru tidak akan berjalan sendirian. KOGTIK pun berkomitmen menguatkan guru dalam kompetensi digital dan AI yang kini menjadi tuntutan zaman."

Omjay juga menegaskan bahwa teknologi bukan untuk menggantikan guru, tetapi memberdayakan mereka.

"Jangan sampai guru menjadi korban digitalisasi. Guru adalah pusat pendidikan. Teknologi hanya alat."

Kalimat ini viral di banyak grup guru.

Suara Sekjen KOGTIK, Eko Adi Saputro: Jernih, Tegas, dan Kena di Hati

Eko Adi menyampaikan pandangan yang sangat membumi:

"Transformasi digital tidak akan berhasil kalau guru masih kewalahan. Tugas kita memastikan teknologi membantu, bukan membebani. Semua guru berhak mendapatkan pelatihan TIK yang adil dan merata."

Ia menambahkan bahwa KOGTIK akan masuk hingga pelosok:

"Kami sudah turun langsung dari Aceh sampai Papua melalui kegiatan workshop elearning bersama Epson Indonesia. KOGTIK ingin mendampingi guru agar siap menghadapi dunia yang berubah sangat cepat."

pidato presiden prabowo/dokpri
pidato presiden prabowo/dokpri

Kata-kata itu membuat banyak guru tersenyum lega.

Senayan Menjadi Saksi: Guru Indonesia Tidak Pernah Kalah

HGN 2025 di Senayan bukan hanya acara seremonial. HUT PGRI ke-80 di Britama Arena Bukan acara biasa.
Ia adalah:

  • Panggung penyatuan guru Indonesia,

  • Ruang untuk menyampaikan aspirasi,

  • Tempat guru merasa dihargai,

  • Dan bukti nyata bahwa PGRI masih setia menjaga marwah profesi guru.

Dalam setiap langkah guru, ada semangat yang tidak pernah padam.
Dalam setiap keluhan guru, ada PGRI yang siap mendengar.
Dan kini, dengan kehadiran komunitas seperti KOGTIK, guru semakin siap memasuki era digital tanpa kehilangan jati diri.


Penutup: Guru Bukan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Tapi Pahlawan yang Masih Berjuang Mendapatkan Kejelasan

Kita semua layak bertanya:

  • Sampai kapan guru harus datang ke acara besar dengan biaya pribadi?

  • Sampai kapan guru menjadi sasaran amarah sebagian orang tua?

  • Sampai kapan guru dibebani administrasi yang tak berujung?

Tapi hari itu di Senayan, jawabannya mulai terlihat.

Guru tidak pernah benar-benar sendiri.
Ada PGRI.
Ada KOGTIK.
Ada suara-suara yang tidak akan pernah berhenti memperjuangkan.

"Di mana ada guru, di situ ada PGRI. Dan selama guru masih mengajar, bangsa ini tidak akan kehilangan harapan."

Ribuan guru memenuhi Indonesia Arena Senayan dalam puncak HGN 2025. Suasana haru, bangga, dan persatuan terasa begitu kuat. 

Pada akhirnya, HGN 2025 bukan hanya seremoni tahunan. Ia adalah pengingat keras bahwa guru adalah pilar negara yang tidak boleh diperlakukan sembarangan. Selama guru masih mengajar meski digaji pas-pasan, selama guru masih tersenyum meski kerap difitnah, dan selama guru tetap datang ke Senayan walau dengan uang pribadi---Indonesia masih punya harapan.

Karena bangsa ini tidak dibangun oleh pejabat, tapi oleh tangan-tangan guru yang tak pernah lelah menyalakan cahaya.

  • hari guru nasional

  • hgn 2025

  • pgri

  • prabowo subianto

  • unifah rosyidi

  • kogtik

  • omjay

  • guru indonesia

  • pendidikan indonesia

  • senayan

  • acara nasional guru

  • teknologi pendidikan

Omjay dan pak paidi/dokpri
Omjay dan pak paidi/dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7