Menikmati Lezatnya Sate Pak San yang Gendut, Jusi dan Maknyus(dokpri)
"Dek, Ayuk malmingan!" Ayah mengajakku keluar di malam Minggu yang indah, bertabur bintang di langit yang cerah. Asyik nih, bisa berburu sate Nusantara. Maksudnya mencicipi nacam-macam sate yang tersebar di sekitar tempat tinggal dengan keunikan dan variasi nya masing-masing.
"Ayuk..., Berangkat!"
Sepanjang jalan ramai kendaraan, mungkin banyak orang yang ingin menikmati akhir pekan di luar.
"Mau ke mana nih, Mas?" Tanyaku.
"Ke Sleko Food Court, mau?"
"Okelah!" Kita mau makan malam di Sleko Food Court, yang merupakan lapak aneka kuliner. Lapak yang dibangun oleh Pemkot Madiun itu disediakan sebagai lapak kuliner berbagai UMKM di Kota Madiun.
Sampai di sana, pengunjung sudah ramai, tempat duduk yang tersedia nyaris penuh. Rata-rata pengunjung berombongan bersama teman, kolega atau keluarga.
Suasana malam Minggu di Sleko Food Court, Kota Madiun (dokpri)
Ayah langsung mencari tempat duduk, karena suasana ramai dan penuh pengunjung.
"Sudah pesan, Mas?" Tanyaku.
"Belum!"
"Pengin pesan apa?"
"Soto babat!"
"Ya, sudah. Kupesanin!" Aku bergegas memesan soto babat di lapak yang dekat tempat duduk.
Sementara aku lagi penasaran pengin pesan sate gule di pojok dekat pintu masuk. Biasanya pas ke situ selalu tutup, atau sudah habis. Kebetulan ini sedang buka, jadi aku tidak ingin melewatkan kesempatan ini.
Lapak sate gule Pak San di dekat pintu masuk Sleko Food Court (dokpri)
Kulihat menu olahan kambing banyak variasinya. Dari sate, gule, tongseng, tengkleng, rica-rica dan kikil.
Menikmati Lezatnya Sate Pak San yang Gendut, Jusi dan Maknyus(dokpri)
Tadi mungkin ayah tidak memperhatikan lapak ini. Biasanya ayah penggemar daging kambing, karena tensinya biasa rendah. Kalau aku malah berkecenderungan darah tinggi.
Aku penasaran dengan menu sate campur yang tertulis di menu.
"Bu, sate campur itu yang bagaimana?" Tanyaku.
"Itu nasi gule, sama dikasih satenya, Bu!"
"Per porsi berapa?"
"Duapuluh tujuh ribu, tapi ini sate kambingnya habis!"
"Terus gimana, Bu?"
"Satenya, sate ayam, Bu."
"Gulenya, gule kambing?"
"Iya!" Aku nyengir. Rasanya gimana, ya?"
"Sate ayam saja, kalau begitu, Bu. Sama minumnya jeruk anget!" Kataku. Di sini ada yang mengenakan pembayaran dulu, soalnya tempat duduknya tersebar di mana-mana, bebas memilih. Jadi harus bayar dulu, biar tidak terjadi hal di luar kendali.
"Semua, berapa, Bu?" Tanyaku.
"Dua puluh tujuh. Seporsi sate ayam, lontong, sama jeruk hangat!" Aku segera melunasi pembayaran dan kembali ke tempat duduk, menemani ayah yang sotonya sudah diantar.
Sedikit lama, akhirnya sate ayam pesanan ku juga diantar.
Sate ayam Pak San, irisannya bulat gendut, Marem pokoknya(dokpri)
Berlainan dengan sate Ponorogo yang irisannya tipis melebar, sate ayam Pak San ini irisannya bulat-bulat gendut. Puas menikmati nya. Rasanya jusi dan maknyus, dengan bumbu yang unik.
Bumbunya dibuat seperti sate kambing dengan kecap, sambal kacang dan irisan cabe rawit. Penyajian nya juga ditambahkan kol segar, irisan tomat dan irisan brambang mentah.
Mungkin kalau untuk istilah kekinian, sate ayam ini cara membakarnya mirip sate taichan. Maknyusss banget.
Jadi sate taichan itu, satenya cuma dibakar polos tanpa dibumbu. Tapi saat disajikan, sate taichan ini baru diberi kecap, sambal kacang dan irisan cabe rawit. Jadi bukan sate taichan murni yang cuma disajikan dengan diberi perasaan jeruk nipis tanpa bumbu.
Sate Nusantara memang banyak macamnya. Mau dikreasikan apapun dan bagaimanapun sah-sah saja.
Menikmati Lezatnya Sate Pak San yang Gendut, Jusi dan Maknyus(dokpri)
Asyik kan, mengenal apalagi bisa menikmati beragam sate Nusantara. Aneka sate yang tersebar di wilayah Nusantara. Bahkan di sekitar tempat tinggal kita saja macam dan penyajian sate sudah berbeda. Bersyukur deh menjadi bagian dari Nusantara yang kaya kuliner, termasuk sate Nusantara.
Yuk simak videonya supaya bisa lebih dekat mengenal dan mempelajari sate Nusantara.
Sumber : YouTube @Isti Yogiswandani channel
