Hobinya berfikir, menulis, berkata dan melakukan apa yang telah dikatakan...
Dari situlah saya mulai memahami sesuatu:
Kenyang memang tidak harus nasi.
Kenyang Tak Harus Nasi, Tapi Harus Cukup Gizi
Dari meja makan rumah kami, saya belajar bahwa kenyang bukan soal nasi, melainkan tentang keseimbangan gizi.
Anak saya tetap bertenaga karena asupan karbohidratnya ia dapat dari sumber lain --- kentang, pempek, martabak, cireng, makanan berbahan tepung dan umbi.
Namun di sisi lain, ada hal penting yang saya sadari:
masyarakat kita bukan kekurangan karbohidrat, melainkan kelebihan.
Kita makan nasi, mi, roti, tepung --- semuanya karbohidrat. Padahal tubuh manusia butuh keseimbangan: protein, serat, dan lemak baik.
Sebagai atlet, anak saya membutuhkan protein lebih banyak --- untuk membentuk otot, menjaga metabolisme, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Ia mendapatkan itu dari ayam, telur, ikan, tempe, tahu, dan susu.
Inilah makna sejati dari program nasional Kenyang Tidak Harus Nasi:
bukan sekadar mengganti nasi, tetapi menyeimbangkan pola makan dan memperbaiki cara pandang gizi masyarakat.