KS Story
KS Story Petani

Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makan😅)

Selanjutnya

Tutup

Video

Pejuang Mimpi Episode 78 Peran Perempuan Dalam Ekonomi Keluarga

3 Mei 2025   09:36 Diperbarui: 3 Mei 2025   09:39 148 5 0

KS Story 
KS Story 




Pejuang Mimpi Episode 78

Peran Perempuan Dalam Ekonomi Keluarga

Para suami meninggalkan rumah untuk bekerja. Kepergian seorang kepala rumah tangga untuk jangka waktu tertentu, menyebabkan semua urusan keluarga dan rumah tangga menjadi tanggung jawab perempuan. Baik itu sebagai ibu, pendidik dan sekaligus menjadi kepala rumah tangga pada waktu tertentu adalah suatu hal yang biasa. 

Demikian pula perempuan yang mandiri akan mampu melaksanakan hal yang serupa. Haa. Episode ini mengulas tentang pemikiran KS mengenai peran perempuan dalam meningkatkan ekonomi keluarganya. Saya ingin memberikan gambaran yang nyata serta alasan yang jelas bagaimana peran perempuan dalam peningkatan ekonomi keluarga selama ini. 

Kita harus mengetahui..., apakah dengan perempuan bekerja bisa menggeser kepemimpinan yang ada dalam keluarga? Lalu bagaimana jika dalam sebuah keluarga hanya istri yang dominan bekerja? 

Gaeess...,

Ini yang sering terjadi. Dan yang seperti kita lihat sekarang, betapa banyaknya laki-laki tu menjadi abai pada kewajibannya hanya karena wanitanya memiliki keterampilan dalam meningkatkan ekonomi keluarganya. Ini fakta menarik untuk kita bahas. 

Sehari-hari saya lewat Kedai Kopi Cerenti kopi kekinian orang-orangnya Kuansing. Suami saya suka, ibu saya suka, saya juga suka, dan bahkan putra-putri saya juga penikmat kopi hitam. Akan tetapi akan lebih nikmat jika di seduh di rumah bersama keluarga. Kalo kita suka menikmatinya dirumah sendiri atau cafe sendiri. Karena apa? Kalau di kedai kopi, bakal rame ha-ha-ha dan bakal lama. Ngabisin waktu.

Ohiya, saya mau cerita bukan soal kopi. Tapi soal ekonomi keluarga. Hari-hari saya melihat, banyak laki-laki tu yang dari pagi duduuk aja di kedai kopi. Itu kenapa yaa, gaeees? Kenapaa? Ga ada kerja apa gimana? Nongkorong aja kerjanya! Apakah orang begitu bisa dikatakan horangkaya? Hari-hari kok nongkorong waeeh. Siang saya lewat lagi..., lho masih dengan sekelompok laki-laki yang sama. Sore saya mampir dengan sengaja kesitu, beliin kopi bubuk conti kiloan buat suami dirumah. Eh ketemu temen-temen. Ya saya say hello lah kan..., biar ga dikira sombong 25 ha-ha-ha. Meski hanya ngobrol, buat cemeeh -cemeeh doang. Tetap hore, tetap seru!

"Allloow para pria dambaan wanita sejagad raya..., betewe on the bus way..., lu dari pagi gue lihat disini. Gue liwat siang, dan lu masih tetap disini. Sore lu juga masih disini? Ga takut diabetes lu atau apa gitu? Sebenernya usaha lu apa sih sampe berhari-hari bisa ongkang-ongkang kaki begini? Punya hobi nongkrong? Horangkaya? Bebuah sawit ya tiap hari? Penghasilan berapa sehari?". Yang lain pada ngakak, dengerin saya nodong para pria yang punya hobi nongkorong, wkwka. Yang sebelah saya juga jadi ikutan ngeledek, eehehe."ya..., kan bininya kapal tengker KS, bisa jualan dari a sampe z, huahaha!". 

Sungguh, ini percakapan yang menarik abad ini. Semacam ada banyak pertanyaan yang tumbuh subur di dada. *Kenapa sih, para pria menjadi abai pada wanitanya, hanya karena wanitanya memiliki keterampilan dalam meningkatkan ekonomi keluarga?*. 

Mari, kita jawab sama-sama. Anggap saja, ini hanya sumbangan pemikiran KS saja..., dalam menambah khazanah keilmuan terutama dalam bidang sosiologi agama, khususnya sosiologi keluarga. Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman tentang dinamika-dinamika masalah sosial yang termanifestasikan ke dalam judul episode ini.

Berbagai perubahan terjadi dalam kehidupan seorang perempuan setelah menikah. Diantaranya adalah, perubahan peran sebagai istri dan ibu rumah tangga. Seorang perempuan setelah menikah dituntut untuk mampu mengurus suami, keluarga, rumah tangga, sekaligus dirinya sendiri. Itu artinya? Dalam kehidupan rumah tangga, suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangganya yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. 

Dalam sebuah rumah tangga biasanya, kan ada tuh..., __peran-peran yang dilekatkan pada para anggotanya. Seorang suami berperan sebagai kepala rumah tangga karena mendapat bagian tugas yang lebih berat, seperti mencari nafkah untuk seluruh anggota keluarga. Di samping itu, suami sebagai kepala rumah tangga juga diberi tanggung jawab untuk melindungi dan mengayomi rumah tangganya. Sehingga rumah tangga tersebut dapat berjalan sesuai

dengan nilai-nilai Islami. 

Karena dua hal tersebut, maka suami memiliki kekuasaan lebih dibandingkan anggota lainnya, terutama dalam hal ekonomi untuk urusan keluarganya. Sementara pada sisi yang lain, istri biasanya bertanggung jawab untuk mengurus rumah tangga sehari-hari. Pembagian peran dan fungsi suami-istri tidak lain bersumber pada penafsiran atas ajaran agama dan nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat. Yaitu sebuah nilai yang menempatkan laki-laki memiliki kemampuan lebih dibandingkan perempuan sebagai istri.

Pada saat ini, faktanya banyak juga kaum perempuan yang memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Seiring perkembangan zaman, tingkat modernisasi, globalisasi dan informasi mulai mengubah sikap perempuan. Kaum perempuan tidak lagi hanya berperan sebagai ibu rumah tangga yang menjalankan fungsi reproduksi, mengurus anak dan suami,

atau pekerjaan domestik lainnya. Hal ini terbukti, bahwa saat ini kaum perempuan telah banyak yang bekerja di luar rumah mulai dari pekerja kasar (buruh tani) sampai dengan menduduki jabatan strategis. Ya nggak?

Wahai para pria...,

Kepribadian perempuan merupakan sesuatu yang menarik untuk kau kaji. Baik eksistensinya..., karakteristiknya..., maupun problematikanya yang selalu timbul seiring dengan lajunya perkembangan masyarakat. Dewasa ini, konsep jati diri perempuan makin menunjukkan kematangan dan kedewasaan. Yang mengarah pada kehendak partisipasi untuk membangun bangsa dan

negara. Cie ciee cie. Jangan main-main sama wanita! Fenomena ini memang sedang terjadi di masyarakat kita. 

Ditempat saya khususnya, pekerja tani saya lebih banyak yang perempuan mulai dari ngarit, manen, dan perawatan tanaman kebun. Mereka batobo kalo orang sini bilang. Batobo tu, semacam kelompok yang menawarkan jasa buruh tani. Setiap desa ada, lhoo! Dan bahkan, mereka justru sepakat mengambil uang hasil keringatnya sebelum bulan ramadhan tiba. Bukan perhari. Haaa. Begitulah peran perempuan dalam meningkatkan ekonomi keluarga. 

Sedangkan yang laki-laki, banyak yang cemen. Maaf beribu-ribu maaf, saya bicara tu berdasarkan fakta di lapangan yang saya temukan saja. Jangan tersinggung kamu..., kalo kamu pria yang bertanggung jawab,  itu bagus! Yang mau saya bilang sekarang, hanyalah para pria yang enggak paham posisi. Suka kebolak-balik. Iyaa, saya tu paling ga respek dengan pria yang sebentar pengen kerja, sebentar ingin berhenti. Sebentaymau kerja sama si A, abis tu pindah ke B. Kerja nya jelek-jelekin A ke B. Asli, saya nemu orang-orang kayak gini. Ngopi aja yang banyak..., kerja males, wkwka. Duit nak banyak, kerja nak sikit. Weeeh, cemen. Kalo sama anak saya Ji ya, ketemu orang kek gini, "Sorakin diaaa......, laaalaaalaaa yeyeyeyeeee. Sekaaalee lagi..., laaalaaalaaa yeyeyeyeeee!". Haa..., besok izin sakit peruut. Trus masuk setengah hari, dua hari ga mau kerja lagi. Alasan capek. Padahal makan aja susah, susah pulak bangun tuh. Kalaupun pun mau kerja, nelat lagi, korupsi waktu. 

Saya bener-bener enggak respect dengan pria macam begini. Gimana mau respect, coba? Begini nya dia bilang hahaha; "Cita-cita ku ya KS, cuma pengen punya istri cantik...., mertua kaya raya. Dan, itupun kalo mati mau masuk surga. Aku, biarlah ndak bapitiii, asal ada obat nyamuk, wkwk". Kata bininya; "Bah. Enaknya kau, jadi laki-laki!".

Nah. Ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi kerja perempuan yang bisa dikatakan cukup tinggi bilang dibandingkan laki-laki. Di tempat saya, peran perempuan sebagai ibu rumah tangga yang sekaligus sebagai istri yang bekerja, banyak sekali ditemui. Istri manen suami nongki.

*Tahukah kamu, duhai pria? Nilai-nilai budaya dan ajaran agama mengenai pembagian peran suami dan istri sebagaimana umumnya? Dipertanyakan kembali, karena ada pergeseran-pergeseran peran yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita?

Umumnya, keberadaan perempuan sebagai kepala rumah tangga belum diakui di tengah masyarakat. Namun demikian, perempuan bekerja semakin diperhitungkan seiring dengan tingkat penghasilan mereka dibanding dengan suami. Norma yang berlaku dalam konteks berumah tangga, menempatkan laki-laki sebagai pengambil keputusan. 

Namun seiring dengan perkembangan karir perempuan, ranah pengambilan keputusan cenderung bergeser dari tidak pernah dilibatkan sama sekali pada keterlibatan aktif dalam konteks keputusan-keputusan yang harus diambil dalam keluarga menjadi lebih dilibatkan. Para ibu rumah tangga yang bekerja khususnya di tempat saya , cenderung membawa pada perubahan dalam ranah pengambilan keputusan dalam keluarga. Dimana perempuan tampak semakin dilibatkan aktif.

Realitas di atas tampak unik, karena dinamika perubahan sosial peran istri dalam ekonomi keluarga berada dalam konteks dimana norma dan aturan sosial dipegang sangat kuat. Namun di tengah norma yang kuat

dalam masyarakat itu, perempuan yang bekerja tampak mampu meningkatkan statusnya dari termarginal kepada kecenderungan akan relasi yang setara dalam proses pengambilan-pengambilan keputusan yang ada dalam keluarga. 

Dengan demikian, hal ini patut membawa kita untuk memahami dinamika perubahan sosial. Keterlibatan perempuan dalam usaha pemenuhan ekonomi keluarga, berdasarkan pemahaman bahwa tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga tidak saja terletak pada suami tetapi juga pada istri. Karena bagi mereka, tugas itu harus dikerjakan secara bersama-sama. Bukan siapa yang utama, tapi yang penting bagi mereka adalah kebutuhan keluarga tercukupi. 

Adapun pengaruh dari istri yang bekerja yaitu perhatian istri terhadap anak menjadi berkurang. Peran istri yang dominan bekerja tersebut menggeser status perempuan menjadi setara dari yang tadinya tidak pernah dilibatkan sama sekali dalam proses pengambilan-pengambilan keputusan yang ada di dalam keluarga menjadi lebih dilibatkan. Bahkan dengan istri bekerja di luar rumah, banyak membawa pengaruh yang positif diantaranya ialah untuk membantu suami mencari nafkah sebab penghasilan suami sangat sedikit yang disebabkan oleh banyak faktor, entah itu gaji kecil kebutuhan besar atau memang pemalas dan sedang mengalami kebuntuan. Entahlah.

Agama mengatur kehidupan manusia. Termasuk tata kehidupan keluarga yang merupakan unit terkecil. Keluarga membutuhkan peraturan khusus tentang tata

cara hubungan antara anggota-anggotanya. Nah. Agar hubungan tersebut dapat berjalan sesuai dengan peraturan..., keluarga memerlukan seorang pemimpin. Pemimpin keluarga inilah yang bertanggung jawab atas segala urusan keluarga. 

Pemimpin tentu saja mengayomi anggota-anggotanya, dan mengendalikan rumah tangganya. Keluarga merupakan institusi sosial terpenting dalam masyarakat. Sebuah keluarga merupakan sumber kebahagiaan yang penuh dengan beragam khazanah emosional. Agama Islam mengakui bahwa antara laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan dan martabat yang sama di sisi Allah SWT. Begitu pula dalam tingkatan keluarga, antara keduanya sebagai suami istri masing-masing mempunyai kedudukan yang sama dalam rangka membina rumah tangganya.

Kenyataan di atas memang tampak membawa pada perubahan sosial, tetapi tidak serta merta membawa kepada kesetaraan relasi gender dalam artian meningkatkan kedudukan, peran, dan kesejahteraan perempuan. Meski secara signifikan bisa dikatakan perempuan lebih dominan. Pun, jika perubahan tidak mengarah kepada tercapainya kesejahteraan bagi perempuan, maka perubahan yang terjadi hanyalah perubahan semu karena dominasi wacana dan praktis sosial masih berada dalam garis dominasi laki-laki. Dalam konteks ini letak paradoksi kenyataan sosial saat ini, sehingga menjadi penting untuk ditulis dalam episode ini.

Asghar Ali Engineer dalam bukunya yang berjudul Hak-Hak Perempuan Dalam Islam menerangkan suami wajib bertanggung jawab untuk memberi nafkah kepada istrinya. Meskipun istri mempunyai kekayaan dan pendapatan, istri tidak diwajibkan memberi suaminya apapun yang didapatkan atas jerih payahnya sendiri. Bahkan jika suaminya miskin dan istrinya kaya, suami harus bertanggung jawab memberi nafkah menurut kemampuannya. Hehehe. Apakah kamu setuju dengan Asghar Ali Engineer? Buku tersebut menggunakan pendekatan teologi sosio-historis.

Literatur lain yaitu buku Mansour Fakih yang berjudul Analisis Gender dan Transformasi Sosial yang menerangkan tentang peran perempuan yang membawa perubahan sosial dalam masyarakat. Lebih lanjut Al-Qur'an sebagai rujukan prinsip masyarakat Islam, pada dasarnya mengakui bahwa kedudukan perempuan dan laki-laki adalah sama. Keduanya diciptakan dari satu nafs, dimana yang satu tidak memiliki keunggulan terhadap yang lain. Atas dasar itu prinsip Al-Qur'an terhadap kaum laki-laki dan perempuan adalah sama, dimana hak istri diakui sederajat dengan suami. Dengan kata lain, laki-laki memiliki hak dan kewajiban terhadap perempuan dan juga sebaliknya. Persamaan kedudukan laki-laki dan perempuan selain dalam hal pengambilan keputusan juga dalam hak ekonomi, yaitu untuk memiliki harta kekayaan dan tidaklah suami atau bapaknya boleh mencampuri hartanya. Apa iya?

Sedangkan dalam buku Wacana Perempuan dalam keIndonesiaan dan kemodernan yang di edit oleh Bainar memuat tentang problematika perempuan bekerja, peran, dan kedudukan yang dilihat dari berbagai perspektif. Data statistik menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalam ekonomi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dari penelitian-penelitian yang ada mengungkapkan bahwa perempuan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi dengan berbagai alasan diantaranya untuk memenuhi kebutuhan kehidupan keluarganya, terutama ketika keluarga kehilangan sumber pencaharian utama atau bagi keluarga yang dikepalai oleh perempuan.

Namun dalam mendapatkan porsi pekerjaan, para perempuan mendapatkan pekerjaan yang dekat dengan peran tradisionalnya yang umumnya bernilai rendah. Kajian Wanita dalam Pembangunan merupakan buku selanjutnya yang disunting oleh T.O Ihromi memuat tentang perkembangan yang telah dilalui oleh perempuan Indonesia. Dijelaskan juga bahwa pengembangan diri yang optimal dari perempuan yang berjumlah lebih dari 50% penduduk kita akan membawa dampak positif bagi pengembangan umat manusia secara umum. 

Namun dalam kenyataan, meskipun iklim yang berkembang telah memberi peluang, banyak aspek yang berkaitan dengan faktor-faktor kultural dan sosial masih menghambat pengembangan perempuan. Pandangan bahwa tugas pokok perempuan adalah urusan intern rumah tangga, tetapi dalam kondisi-kondisi tertentu dapat melaksanakan tanggung jawab pria bila diperlukan. Sebagai imbangan dan partisipasi istri yang bekerja untuk membantu ekonomi keluarga, partisipasi suami dalam urusan intern rumah tangga juga diperlukan.

Sedangkan patriarkhi berpandangan bahwa perempuan hanyalah pendukung eksistensi laki-laki. Dalam rumah tangga, istri dipandang tidak mempunyai agensi dan eksistensi suami. 

Perempuan terlibat dalam mengupayakan nafkah keluarga itu, dapat dilakukan sejauh tidak melepaskan peran utamanya sebagai ibu rumah tangga. Istri pendamping suami, dan pendidik utama bagi anak-anak. Keluarga adalah unit dasar dan unsur fundamental masyarakat, yang dengan itu kekuatan-kekuatan yang tertib dalam komunitas sosial dirancang dalam komunitas masyarakat. Keluarga terdiri atas orang-orang tertentu sebagai anggotanya dan tentu saja ada hal-hal yang tertutup bagi orang-orang yang bukan anggota. Ekonomi keluarga adalah sebuah upaya dari orang-orang tertentu (Ayah, Ibu dan anak-anaknya) dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti sandang, pangan, dan papan. 

Kemampuan perempuan dalam menjalani kodratnya, melahirkan dan menyusui, maka benar perempuan dikukuhkan perannya dalam rumah tangga dan sektor domestik. Dan ini diterima oleh perempuan sendiri atau pria sebagai tempat yang pantas bagi perempuan. Inilah yang menyebabkan secara ekonomi perempuan hidupnya tergantung pada pria. Hehehe.

Namun demikian, kemandirian perempuan khususnya sebagai perempuan yang telah berumah tangga dapat kita amati pada kaum perempuan di desa. Kegiatan ekonomi mereka umumnya di pasar-pasar juga kota-kota. Mereka dituntut untuk mandiri dalam bekerja, menopang ekonomi keluarga. Dan sifat ini akan memungkinkan perempuan memiliki otonomi, kekuasaan dan otoritas. Meskipun demikian, kemandirian perempuan merupakan tantangan bagi perempuan sebagai istri dan ibu, yang juga memilih untuk ikut aktif di dunia kerja. Entah itu di dunia kerja yang masih banyak didominasi pria, atau yang lainnya.

Di Indonesia, perempuan adalah mayoritas dan justru mereka mempunyai peranan penting dalam kehidupan ekonomi. Ada yang peran perempuan dalam ekonomi keluarga yang tidak menggeser pola kepemimpinan dalam keluarga, tapi tak sedikit pula yang sudah bergeser akibat para pria abai pada kebutuhan hidup para wanitanya. 

Kadang saya kasian meliat wanita yang sudahlah hanya ia yang bekerja, punya suami suka berburuk sangka. Ondee mandeeeh! Sehingga banyak wanita tu ya, bercerita pada sahabatnya "kalo sendiri lebih baik, kenapa harus berdua?". Itu sudah benar juga ahaha, dari pada kamu menderita, ya kan!

Satu hal! Ajaran dari mendiang Ayah saya. Begini; "Istri yang baik..., walaupun kamu yang mempunyai penghasilan lebih tinggi dibanding dengan suami, akan tetapi kepemimpinan dalam keluarga tetap di tangan suami dan istri tetap mengakui dan menghormati suami sebagai kepala rumah tangga. Namun, dalam menjalankan kepemimpinan itu perempuan juga sangat terlibat dalam pengambilan-pengambilan keputusan yang ada di dalam keluarga".

Realitas yang terjadi sekarang, pada keluarga yang istrinya lebih dominan bekerja pengaruh negatifnya bagi keluarga bisa dikatakan relatif kecil jika dibandingkan dengan pengaruh positifnya. Dengan istri bekerja justru sangat membantu suami dalam mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, beban suami juga akan menjadi lebih ringan karena keduanya sama-sama memperoleh income. Sehingga ; Bertumbuh bersama.

Tidak ada yang perlu diperdebatkan lagi. Perempuan lebih memutuskan untuk bekerja karena didasari adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya berupa gairah untuk dapat memanfaatkan ilmu, bakat dan kreativitas dan juga untuk pengalaman dan wawasan bagi dirinya. Mau bekerja atau tidak, murni pilihan.

Gaees,

Tulisan ini, lebih kepada saran saja yaa. Karena istri tidak mutlak harus berada di rumah dan juga tidak dihalangi untuk berkarya di luar rumah, maka yang harus diingat adalah istri dalam Islam harus dapat mengambil keputusan untuk menduduki posisi yang paling bermanfaat baginya dan bagi keluarganya demi mencapai kehidupan keluarga yang lebih baik dan lebih layak.

Dalam era modern sekarang ini, di banyak tempat di Indonesia dan juga di Desa saya, kaum istri banyak yang berperan serta dalam kegiatan-kegiatan produktif dan kegiatan lainnya yang positif dalam rangka pengembangan potensi diri dan juga meningkatkan kemandirian untuk dapat memecahkan berbagai masalah dalam keluarga. Tuhan telah memerintahkan kepada seluruh manusia baik laki-laki maupun perempuan untuk mencari ilmu, untuk memanfaatkan akalnya yang telah diberikannya pada manusia, sehingga akan lebih berguna bagi keluarga dan masyarakat. 

Demikianlah episode ini, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata KS mengharapkan kritik dan saran dari pembaca atas segala kekurangan dalam tulisan ini, hal ini semata-mata karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan sebab sebagai manusia tidak mungkin terhindar dari kekhilafan dan kekeliruan. 

Untuk itu kritik dan saran dari pembaca senantiasa diharapkan dan diterima dengan sepenuh hati. Sampai jumpa di KS Story Episode Selanjutnya!

#KSStory  #KSMotivasi  #KSGarden

#KSLifestyle  #KSFamily #onthisday

#PejuangMimpi #Episode78

#PeranPerempuanDalamEkonomiKeluarga

#Reels #Fbpro #Fyp #Vod

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6