Omjay Labschool
Omjay Labschool Guru

Blogger Handal di Era Global wa 08159155515

Selanjutnya

Tutup

Video

Omjay Pernah Merasakan Nikmatnya Menjadi Bapak Rumah Tangga

9 Oktober 2025   09:10 Diperbarui: 9 Oktober 2025   09:10 267 1 3

Sebelum Omjay menulis silahkan menonton dulu di klik https://www.youtube.com/watch?v=YR2hCui4caQ

Omjay, adalah Bapak Rumah Tangga yang Berjuang dengan Cinta dan Pena. Inilah kisah Omjay di kompasiana tercinta. Semoga anda semua sehat dan bisa menonton video kawan omjay di youtube.com. Klik https://www.youtube.com/watch?v=E0r1qYWhxsg


Tidak banyak orang yang berani mengakui, apalagi menikmati peran sebagai bapak rumah tangga. Namun, bagi seorang Wijaya Kusumah yang lebih akrab dikenal dengan panggilan Omjay, menjalankan peran itu justru menjadi bagian penting dalam perjalanan hidupnya. Apalagi di masa pandemi covid-19. Omjay banyak bekerja dari rumah.

Ehem-ehem banggain diri sedikit. Di balik sosoknya yang dikenal sebagai guru blogger Indonesia, penulis produktif, dan penggerak literasi pendidikan, tersimpan kisah sederhana namun sarat makna tentang perjuangan, cinta, dan kedekatan keluarga.

Suatu masa dalam hidupnya, Omjay pernah merasakan nikmatnya menjadi bapak rumah tangga sepenuhnya. Bukan karena kehilangan arah, melainkan karena keadaan dan panggilan hati yang membuatnya harus mengambil peran itu dengan penuh tanggung jawab. Sementara itu, istri Omjay bekerja karena gaji suaminya tidak besar sebagai guru.

Ketika sebagian besar pria atau laki-laki mungkin merasa kehilangan "status" saat tidak bekerja di luar rumah, Omjay justru menemukan makna baru dari kata "berjuang". Kala itu Omjay benar-benar berjuang menjadi bapak rumah tangga.

Omjay bersama keluarga kecilnya/dokpri
Omjay bersama keluarga kecilnya/dokpri

Menemukan Makna di Balik Kesederhanaan

Menjadi bapak rumah tangga bukan hal mudah. Setiap hari, Omjay harus mengatur waktu antara pekerjaan domestik dan menulis. Omjay belajar bahwa mengurus rumah, memasak, mencuci, dan menjaga anak-anak bukan pekerjaan ringan. Justru di situlah, ia menemukan nilai-nilai kehidupan yang tidak bisa dibeli dengan uang.

"Awalnya saya merasa tidak berguna," tulis Omjay suatu kali di Kompasiana. "Tapi perlahan saya sadar, kebersamaan dengan keluarga adalah rezeki yang luar biasa."

Dari sanalah lahir banyak tulisan reflektif di blog pribadai dan di blog keroyokan Kompasiana. Tulisan-tulisan kisah Omjay itu eh ini tidak hanya menceritakan perjuangan pribadi, tetapi juga memberikan inspirasi bagi banyak pembaca kompasiana, terutama para guru dan ayah yang mungkin sedang berada di posisi yang sama.

intan berlian beserta keponakan di Wanaraja Garut/dokpri
intan berlian beserta keponakan di Wanaraja Garut/dokpri

Kedekatan dengan Intan dan Berlian

Masa-masa menjadi bapak rumah tangga membuat Omjay semakin dekat dengan dua permata hatinya, Intan dan Berlian. Omjay menyebut keduanya sebagai harta sejatinya yang sangat berharga. 

Harta ini bukan dalam arti materi, melainkan dalam nilai kasih dan kebanggaan. Beda Umur Intan dan Berlian 5 tahun. Inilah harta yang paling berharga dalam keluarga.

Berlian anak kedua Omjay sekarang sudah jadi sarjana hukum/dokpri
Berlian anak kedua Omjay sekarang sudah jadi sarjana hukum/dokpri

Intan kini telah menjadi sarjana Sastra Inggris dari UIN Bandung. Sementara sang adik, Berlian, sukses menyelesaikan studinya sebagai sarjana Hukum dari Unisba Bandung. Kedua anak ini tumbuh dengan penuh kasih dan semangat belajar yang diwariskan langsung dari sang ayah. Omjay mendidik mereka untuk selalu belajar sepanjang hayat.

Omjay kerap eh sering bercerita bahwa kedekatan mereka terbangun dari hal-hal sederhana, anatara lain: menemani belajar, mengantar ke sekolah, mendengarkan cerita mereka sepulang kuliah, atau sekadar bercengkerama di ruang tamu sambil minum teh sore. Semua itu menjadi momen yang dulu mungkin sulit ia rasakan jika ia terlalu sibuk bekerja di luar rumah.

"Menjadi bapak rumah tangga justru membuat saya mengenal lebih dalam dunia anak-anak saya," kata Omjay dalam salah satu tulisannya. "Saya tahu kapan mereka butuh nasihat, kapan mereka ingin didengarkan, dan kapan mereka hanya butuh kehadiran ayah yang tidak menghakimi." Itulah yang Omjay lakukan selama menjadi ayah mereka sekaligus bapak rumah tangga.


Suka Duka yang Tak Terlupakan

Tentu saja, perjalanan itu tidak selalu mudah. Ada kalanya rasa lelah, jenuh, bahkan rasa minder menghampiri. Melihat teman-teman sebaya sibuk di kantor, sementara dirinya di rumah mengurus anak dan menulis, sempat membuatnya merasa tertinggal. Namun, setiap kali melihat senyum Intan dan Berlian, semangatnya kembali menyala, dan tak pernah padam.

"Dari mereka saya belajar bahwa menjadi ayah bukan soal berapa banyak uang yang kita hasilkan, tapi seberapa banyak cinta yang kita tanamkan," tulisnya.

Di sisi lain, ada pula suka cita yang tak tergantikan. Melihat Intan berjuang menulis skripsi dalam bahasa Inggris, atau Berlian berdebat dalam simulasi hukum kampus, membuat hati Omjay sebagai ayahnya sangat bangga. 

Omjay tahu, perjuangannya sebagai bapak rumah tangga tidak sia-sia. Alhamdulilah Omjay telah mengantarkan kedua "permata"hatinya menjadi sarjana dengan cara terbaik yang ia bisa: hadir, mendampingi, dan mendoakan. 

Tanaya Faza Atisa Cucu Kakek Jay/dokpri
Tanaya Faza Atisa Cucu Kakek Jay/dokpri

Kini Intan sudah berkeluarga dan punya anak perempuan bernama Tanaya Faza Atisa. Berlian belum menikah dan masih fokus untuk mencari pekerjaan dan kuliah lagi menjadi pengacara. Katanya ingin menjadi pengacara terkenal Indonesia.


Menulis sebagai Pelipur dan Warisan

Dari pengalaman itu, Omjay semakin produktif menulis. Setiap kisah keseharian, setiap renungan kecil, bahkan setiap rasa syukur ia tuangkan ke dalam tulisan. Kompasiana menjadi rumah atau media online bagi kisah-kisahnya. 

Kompasiana telah menjadi saksi perjalanan hidup seorang bapak rumah tangga yang menemukan makna besar dari hal-hal kecil. Semua hal yang besar berawal dari hal yang kecil. Di kompasiana Omjay menemukan kawan-kawana baru yang suka menulis.

Lewat tulisan, Omjay tidak hanya berbagi pengalaman, tetapi juga memberikan semangat bagi banyak pembaca. Omjay telah membuktikan bahwa menjadi bapak rumah tangga bukanlah kelemahan, melainkan bentuk kekuatan yang lahir dari cinta dan tanggung jawab. 

Omjay dan keluarga setelah sholat idul Fitri di Bandung/dokpri
Omjay dan keluarga setelah sholat idul Fitri di Bandung/dokpri

Omjay juga menegaskan bahwa setiap ayah memiliki cara berbeda dalam menunjukkan kasih sayangnya, dan semua itu layak dihargai. Kehadiran seorang ayah sangat diharapkan bagi semua anaknya. Apalagi semua anak Omjay perempuan, dan Omjay menjadi pria paling ganteng di rumah, hehehe.

Kini, ketika Intan dan Berlian telah menyelesaikan studi mereka, Omjay menatap mereka dengan penuh kebanggaan. Dalam hatinya Omjay berisik eh berbisik, "Terima kasih, Anakku. Kalian telah membuat perjuangan ayah tidak sia-sia."

Dan bagi para pembaca Kompasiana, kisah ini menjadi pengingat bahwa hidup selalu punya cara unik untuk mengajarkan arti kebahagiaan. Kadang, kebahagiaan itu tidak datang dari jabatan tinggi atau gaji besar. 

Akan tetapi dari kesederhanaan dan kedekatan yang tulus di dalam rumah. Omjay merasakan hal itu setelah merasakan menjadi bapak rumah tangga. Inilah kisah nyata yang Omjay tuliskan, tidak ditambah atau dikurangi. Semuanya apa adanya.

Harunya Omjay Saat Jadi Bapak Rumah Tangga: Semakin Dekat dengan Intan dan Berlian, Dua Permata Hatinya

Perlu anda ketahui. Tidak banyak pria yang berani mengakui, apalagi menikmati peran sebagai bapak rumah tangga. Tapi bagi Wijaya Kusumah, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Omjay, pengalaman itu justru menjadi babak berharga dalam perjalanan karir dan hidupnya. 

Di balik sosoknya yang dikenal sebagai guru blogger Indonesia, penulis produktif, dan penggerak literasi pendidikan, tersimpan kisah penuh makna tentang perjuangan, cinta, dan kedekatan keluarga. Begitulah kecerdasan buatan menuliskannya.

Omjay dan keluarga besar bapak Oleh/dokpri
Omjay dan keluarga besar bapak Oleh/dokpri

Menemukan Hikmah di Balik Peran yang Tak Mudah

Ada masa ketika Omjay harus menanggalkan rutinitasnya sebagai pengajar dan lebih banyak berada di rumah. Omjay menjalani hari-hari sebagai bapak rumah tangga. Inilah sebuah peran yang menuntut kesabaran luar biasa. 

Dari mengurus rumah, menyiapkan kebutuhan keluarga, hingga menemani anak-anak belajar, semua Omjay lakukan dengan ketulusan. Sementara istri Omjay bekerja di tanah abang, Jakarta Pusat.

"Awalnya saya merasa tidak berguna," tulis Omjay di salah satu artikelnya di Kompasiana. "Namun, perlahan saya menyadari, kebersamaan dengan keluarga adalah rezeki yang luar biasa."

Peran baru itu justru membawanya pada banyak pelajaran hidup. Omjay belajar bahwa pekerjaan rumah tangga bukan hal remeh. Di setiap cucian yang dibilas, di setiap masakan yang dimasak, ada cinta yang teruji. 

Dari sanalah muncul banyak renungan dan tulisan inspiratif yang kini bisa dinikmati ribuan pembaca Kompasiana. Bahkan ketika sayur yang dimasak terasa asin, bisa disulap menjadi tulisan yang menggembirakan pembaca.


Intan dan Berlian: Dua Permata Hati yang Membanggakan

Menjadi bapak rumah tangga membuat Omjay semakin dekat dengan kedua buah hatinya, Intan dan Berlian. Inilah dua permata hati yang selalu menjadi sumber semangatnya. Omjay menyebut keduanya sebagai "intan dan berlian sejati" dalam hidupnya.

Kini, keduanya telah tumbuh dewasa dan mengukir prestasi membanggakan. Intan berhasil meraih gelar Sarjana Sastra Inggris dari UIN Bandung dan sudah menikah, sementara Berlian sukses menyelesaikan studi sebagai Sarjana Hukum dari Unisba Bandung.

Kedekatan mereka dengan ayahnya bukan terbentuk secara instan. Ia lahir dari waktu-waktu sederhana yang penuh makna. Omjay ikut menemani belajar, mendengar keluh kesah, mengantar ke kampus, atau sekadar tertawa bersama di ruang keluarga. Semua momen itu meneguhkan peran Omjay sebagai ayah yang tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga secara emosional.

"Dari Intan dan Berlian, saya belajar bahwa anak-anak bukan hanya butuh uang dari ayahnya, tapi juga butuh waktu dan perhatian," tulis Omjay dengan haru.

Suka Duka yang Tak Pernah Terlupakan

Tentu saja, perjalanan itu tak selalu mulus. Ada kalanya rasa jenuh dan minder menghampiri. Melihat teman-teman sebaya sibuk di luar rumah sementara dirinya sibuk di dapur atau depan komputer, sempat membuatnya merasa "berbeda".

Namun, setiap kali melihat senyum Intan dan Berlian, semua rasa itu sirna. "Dari mereka, saya belajar bahwa menjadi ayah bukan soal seberapa banyak uang yang kita hasilkan, tapi seberapa besar cinta yang kita tanamkan," ujarnya.

Dan kini, melihat kedua anaknya telah menyandang gelar sarjana, Omjay merasa perjuangannya sebagai bapak rumah tangga tidak sia-sia. Ia telah menanam cinta dan nilai-nilai kehidupan yang kini berbuah manis.

Menulis: Dari Ruang Tamu ke Dunia Maya

Selama menjalani masa-masa sebagai bapak rumah tangga, Omjay tidak pernah berhenti menulis. Justru dari ruang tamu rumah sederhana, lahirlah banyak tulisan reflektif yang menggugah hati. 

Kompasiana menjadi saksi perjalanan itu. Sebuah keroyokan menjadi tempat di mana Omjay menulis kisah hidupnya dengan jujur, apa adanya, dan penuh makna. Tak salah bila akhirnya Omjay terpilih menjadi guru paling ngeblog kompasiana.

https://travel.kompas.com/read/2013/05/29/09472471/omjay-guru-yang-suka-menulis-dan-quotnge-blogquot?page=all

Melalui tulisan-tulisan itu, Omjay berbagi kisah perjuangan yang mungkin dirasakan banyak ayah di luar sana: ayah yang diam-diam berjuang, yang mungkin tak banyak bicara, tapi selalu hadir untuk keluarga.

Tulisan-tulisannya menjadi sumber inspirasi bagi banyak pembaca, terutama para guru dan ayah yang sedang mencari semangat baru dalam menjalani hidup. Omjay selalu mengingatkan bahwa setiap peran, sekecil apa pun, memiliki nilai jika dijalani dengan cinta.

Pelajaran dari Seorang Bapak Rumah Tangga

Kini, Intan dan Berlian telah dewasa, dan Omjay kembali aktif menulis serta berbagi pengalaman di dunia pendidikan. Namun, kenangan saat menjadi bapak rumah tangga tetap ia simpan sebagai bagian paling berharga dalam hidupnya.

Dari pengalaman itu, ia belajar bahwa kekuatan seorang ayah tidak hanya diukur dari kemampuan mencari nafkah, tetapi juga dari kesediaannya untuk hadir, mendengarkan, dan mencintai tanpa syarat.

"Anak-anak bukan hanya butuh orang tua yang sukses di luar rumah, tapi juga yang hadir di dalam rumah," tulis Omjay menutup kisahnya.

Kini, ketika Intan dan Berlian melangkah dengan percaya diri menuju masa depan masing-masing, Omjay sebagai ayahnya hanya bisa tersenyum bangga. Di dalam hati Omjay berbisik, "Terima kasih, Intan dan Belirna. Kalian adalah karya terbaik ayah."

Omjay dan keluarga/dokpri
Omjay dan keluarga/dokpri

Penutup Kisah Omjay:

Omjay mengajarkan kita bahwa menjadi bapak rumah tangga bukan berarti kehilangan jati diri, melainkan menemukan versi terbaik dari diri sendiri. Omjay bukan hanya guru di kelas, tetapi juga guru kehidupan bagi keluarga, bagi murid-muridnya, dan bagi siapa pun yang membaca kisahnya di Kompasiana. 

Alhamdulillah perjalanan hidup Omjay sellau dituliskan di https://kompasiana.com/wijayalabs.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay/Kakek Jay

Guru Blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

Omjay Guru Blogger Indonesia/dokpri
Omjay Guru Blogger Indonesia/dokpri




HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7